Brigjem Dedi Sastrsawan. (Instagram)
Dream - Sikap tegas dan disiplin sangat melekat pada sosok prajurit TNI. Apalagi jika sudah memangku pangkat Jenderal yang tentunya menjadi contoh dari anak buahnya. Namun sikap tegas itu tak selalu berhubungan dengan sosok seram dan tidak bisa santai.
Inilah yang tampak dari sosok seorang tentara bintang satu, Brigjend Dedi Sastrawan di mata anak buahnya. Dikenal sebagai orang yang tegas, sang jenderal ternyata memiliki sisi berbeda yang menjadi kenangan mendalam bagi anak buahnya.
Sosok Brigjend Dedi Sastrawan ini diceritakan ulang oleh Kolonel Arm Anang Krisna saat bertemu dengan Kopka Ade Casmita yang sedang jatuh sakit. Saat pertemuan itu, keduanya mengenang masa lalu seorang Komandan Batalyon (Danyon) yang sering memarahi prajuritnya dengan gaya jenaka bernama Brigjen Dedi Sastrawan.
" Itu kalau ngasih jam komando, gimana ya, ya kita dimarahi tapi lucu gitu lho, karena sepertinya dia penggemar berat Rhoma Irama," ujar Anang Krisna bercerita seperti terlihat dalam unggahan akun Instagram @tni_angkatan_darat.
Saking ngefans-nya dengan Rhoma Irama, Brigjen Dedi akan menemui prajurit yang ketahuan bermain judi dan memarahinya dengan salah satu lagu terkenal dari raja dangdut tersebut.
Pernah suatu ketika, Birgjend Dedi menggebrak meja dan terus menyanyikan lagu judi milik Rhoma Irama.
" Bang haji kan sudah bilang, judi itu dilarang. Terus dia tiba-tiba bilang 'judi' lalu ada kelompok yang bilang 'teeeet' menjanjikan kemenangan. 'Bohong' kaget sambil gebrak meja haha," cerita Anang Krisna kepada Ade Casmita.
Menurut Brigjjen Dedi, tekniknya mengingatkan para prajurit dengan cara unik itu memang sengaja dilakukan. Dia berharap para prajuritnya akan selalu ingat dengan anjurannya jika diperingatkan lewat sebuah lagi.
" Ssupaya anggota itu masuk (nasihatnya) dengan bahasa-bahasa yang mungkin mudah dicerna oleh anggota, lalu kita hadapkan dengan lagu-lagu itu, bang Rhoma," ucap Brigjen Dedi.
Video momen Brijen Dedi mengenang masa lalu saat masih menjadi Danyon:
View this post on Instagram
Dream - Butuh perjuangan panjang untuk menjadi seorang prajurit TNI. Usai lulus dari pendidikan militer, para pelindung kedaulatan negara itu pun dihadapkan dengan situasi yang sesungguhnya. Nyawa menjadi taruhan.
Seperti kisah Prada Gilang. Tahun 2005 merupakan momen yang paling diingat baginya. Tahun itu, ia mendapat tugas negara untuk membuat perumahan bagi korban bencana erupsi Gunung Sinabung.
" Mula-mula saya seperti ini karena tugas dari satuan melalui perintah Presiden ke Panglima langsung ke satuan. Saat itu saya diutus ke Sinabung untuk membantu membuat perumahan untuk pengungsi Gunung Sinabung ya meletus erupsi," ujarnya dalam kanal YouTube Karya Tv Indonesia.
Tugasnya cukup berat saat itu. Prada Gilang ditugaskan untuk membawa material ke puncak menggunakan mobil khusus. Tak dinyana, abu vulkanik Gunung Sinabung justru mengenai tubuh dan wajahnya.
" Pada saat itu saya lagi membawa material ke atas puncak 2005. Saat itu saya berada di atas mobil hardtop, menghadap ke depan, membawa material pas lagi naik ke atas, keluarlah itu debu vulkanik yang lagi erupsi besar. Langsung menghantam ke saya, ke wajah sehingga mata saya itu terkena debu-debu vulkanik tersebut," ucapnya.
Usai insiden, ia tak langsung mendapatkan pertolongan pertama lantaran tak ada perlengkapan yang memadai. Terpaksa, ia harus menahan rasa sakit yang mengguncang mata hingga tubuhnya kala itu.
" Pada saat itu mata saya perih, tapi pas di atas mobil itu kan tidak ada air itu. Jadi saya enggak bisa bersihkan, pada saat itu setelah saya bersihkan cuma saya agak kucek sedikit mata saya, hilang memang tapi masih perih. Debu itu masih terasa panas hingga tenggorokan dan dada saya itu terasa panas," katanya.
Tak berselang lama, tubuh Prada Gilang bereaksi. Ia demam tinggi dan tak sadarkan diri hingga harus dipindahkan ke Medan menggunakan ambulans.
Usai mendapatkan perawatan dan sadar, ia sempat merasakan kelumpuhan. Prada Gilang tak mampu berbicara, berjalan, dan melihat.
" Setelah demam saya semakin parah, saya langsung dievakuasi ke Medan dengan ambulans. Sampai di sana, saya sempat beberapa hari dirawat, saya sempat tidak sadarkan diri. Pas saya sadar itu, saya sudah terbangun kondisi saya itu lemah. Begitu mau jalan enggak bisa, berbicara pun enggak bisa, sama melihat pun juga enggak bisa, jadi lumpuh total saat itu," tambahnya.
Terapi dan perawatan yang dijalani Prada Gilang membuatnya mampu kembali berjalan dan berbicara. Namun, penglihatannya tak kunjung pulih. Ia divonis mengalami kebutaan.
" Saya berobat terapi terus saya jalankan Alhamdulillah sudah bisa berjalan dan berbicara. Tapi mata saya ini sudah tidak bisa melihat, karena kata dokter saraf mata saya ini keracunan debu vulkanik," ceritanya.
Bukan hal yang mudah mendapatkan ujian dari Tuhan untuk menerima kondisinya saat itu. Namun, rasa ibanya kepada orang tua saat melihatnya berpangku tangan justru membangkitkan semangat Prada Gilang.
Kini, ia menjalani kehidupan baru dan mengabdi kepada negeri dengan penuh semangat meski fisik tak lagi sempurna. " Apa sih yang membuat abang tegar untuk menghadapi situasi abang saat ini?" tanya presenter.
" Ya terutama sih saya orang tua, orang tua kan sudah bangga dengan saya yang sudah jadi prajurit, pengabdi negara[...] Memang sedih pertamanya, lalu saya mikir gitu, gimana saya bisa bangkitkan semangat orang tua saya, terutama ibu saya yang sering menangis karena melihat saya terduduk di rumah enggak bisa ngapa-ngapain," paparnya.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN