Fajri Pria Obesitas Berbobot 300 Kg
Dream - Fajri, pria asal Tangerang yang memiliki bobot 300 kilogram tengah menjadi sorotan. Setelah dievakuasi dari rumahnya dengan menggunakan forklift dan mobil pikap, Fajri sempat mendapat perawatan di RSUD Kota Tangerang.
Dalam pemeriksaan dokter terungkap penyebab pria tersebut mengalami obesitas. Ternyata, berat tubuh Fajri naik drastis dalam delapan bulan terakhir.
Awalnya berat badan Fajri hanya 120 kg. Namun karena menjalani pengobatan tirah baring selama delapan bulan, bobot Fajri melonjak menjadi 300 kg.
“ Jadi berat badan MF ini, mulai meningkat selama delapan bulan tirah baring di rumah. Dari awalnya 120 kg naik hingga mencapai 300 kg,” kata Direktur Utama RSUD)Kota Tangerang, Taty Damayanty, dilansir dari tangselife.com, Selasa 13 Juni 2023.
Akibat tirah baring, kata Taty, luka di kaki kanan Fajri mengalami infeksi. Meski demikian, hasil laboratorium kondisi luka di kaki Fajri menunjukkan hasil yang bagus.
“ Hasil laboratorium bagus terhadap luka kaki kiri MF ini. Normal, tidak ada (diabetes) dilihat dari hasil pemeriksaan,” ujarnya.
Lantas, apa itu sebenarnya tirah baring? Melansir dari Alodokter, Tirah baring adalah perawatan kedokteran yang membutuhkan berbaringnya pasien di tempat tidur untuk jangka waktu yang berkesinambungan dan tidak melakukan tindakan di luar dari berbaring.
Biasanya dilakukan pada kondisi medis tertentu yang mengalami sakit parah, sekarat atau memerlukan berbaring untuk menghindari komplikasi penyakit/kondisi tertentu yang lebih buruk.
Tirah baring biasanya diperuntukan untuk pasien yang mendapatkan perawatan di rumah atau di rumah sakit jika tidak memungkinkan perawatan di rumah.
Tirah baring sering dikondisikan untuk pasien dengan kehamilan dengan resiko tinggi perdarahan, riwayat abortus pada kehamilan sebelumnya dan mengalami kehamilan yang lemah.
Kemudian penyakit jantung parah, penyakit gout akut yang parah, patah tulang pinggul, stroke, dan lain-lain.
Dream - Fajri (27), warga Pedurenan, Karang Tengah, Kota Tangerang, yang menderita obesitas dengan bobot 300 kilogram menyita perhatian publik.
Evakuasi dibantu oleh petugas Pemadam Kebakaran dan warga setempat denggan menjebol pintu depan rumah yang dihuni Fajri bersama orangtuanya. Fajri kemudian dievakaasi menggunakan Forklift untuk dipindahkan ke mobil pikap.
Evi, salah seorang tetangga Fajri, menceritakan keseharian pria berusia 27 tahun itu saat di rumah. Menurutnya, Fajri lebih sering berada di rumah karena kesulitan bergerak.
" Kesehariannya cuma tiduran aja sih, enggak kemana-mana, soalnya sebelum dia ngedrop begini mah bisa naik motor keluar, waktu itu masih ada pacar. Terus setelah pacarnya meninggal dia ngedrop, di rumah, tiduran saja, makan apa cuman pesan saja. Kayaknya setahunan setelah pacarnya meninggal," tutur Evi, dikutip dari liputan6.com.
Dia mengatakan bahwa berat badan Fajri meningkat pesat satu tahun terakhir. Terlebih selama di rumah Fajri hanya tinggal bersama ibunya karena sang ayah sudah meninggal dunia.
Tak hanya Fajri, berikut ini kasus obesitas di Indonesia yang pernah menyita perhatian publik:
Arya Permana warga Desa Cipurwasari, Kecamatan Tegalwarung, Karawang ini sempat mencuri perhatian publik pada tahun 2017. Arya saat itu menderita obesitas dengan bobot mencapai 192 kilogram.
Namun, selang dua tahun, Arya berhasil menurunkan berat badannya menjadi 85 kilogram. Ia rajin berolahraga didampingi Ade Rai.
Arya juga diketahui sempat menjalani operasi bariatrik di RS Omni Alam Sutera, Tangerang. Setelahnya, ia mengaku menjadi mudah kenyang dan porsi makannya berkurang drastis.
Berkat kerja kerasnya, berat badan Arya akhirnya berangsur turun. Pada tahun 2019, Arya bisa kembali beraktivitas seperti anak-anak pada usianya. Ia sudah kembali sekolah, mampu bermain sepak bola, naik motor, hingga berenang.
Kasus obesitas yang sempat viral di Indonesia berikutnya adalah Titi Wati. Pada awal tahun 2019, berat badan Titi Wati mencapai 350 kilogram.
Akibatnya, warga Gang Bima, Jalan G Obos XXV Palangkaraya, Kalimantan Tengah itu hanya bisa berbaring di kasur.
Pada Januari 2019, sedikitnya 20 sukarelawan yang dikerahkan untuk membawa Titi ke ruang inap. Ia menjalani operasi yang memakan waktu sekitar 4 jam dan melibatkan 16 dokter ahli.
Ia akhirnya dibolehkan pulang usai menjalani rawat inap selama tujuh hari. Saat itu, tim terpaksa menjebol pintu dan jendela rumahnya agar tandu yang membawa Titi bisa masuk.
Di sisi lain, tim medis tetap memantau kesehatan Titi. Dalam setiap bulan, target penurunan berat badan mencapai 15 kg hingga 20 kg.
Untuk mencapai target tersebut, tim medis diketahui belum mengizinkan Titi makan nasi. Ia hanya diperbolehkam minum susu khusus sebagai pelengkap kalori tubuh. Selain itu, Titi juga diberi makanan ringan sehat lain agar kadar kalori dalam tubuhnya tetap terpenuhi.
Pada 2017, Yudi Hermanto, pria berbobot 310 kilogram ini menderita obesitas karena doyan menghabiskan sisa makanan katering. Dia mengaku bobot badannya naik 3 kali lipat setelah setahun terakhir.
Obesitas ini membuat Yudi dirawat di RSUD Karawang dengan bantuan pembiayaan dari pemerintah. Dia sendiri tak sadar kalau mengidap obesitas.
Menurut dia, penyakit obesitas mulai dirasakan mengganggu sejak setahun terakhir. Saat itu dirinya bekerja di perusahaan katering, dan selalu memakan kelebihan makanan pesanan pelanggan. Sejak saat itu dia merasakan tubuhnya semakin tambun.
Yudi akhirnya meninggal dunia di rumah sakit setelah sesak napas dan kejang-kejang usai mandi. Jenazah Yudi dibawa keluarganya dan langsung dimakamkan di Kampung Pancasila, Telukjambe Timur.
Kerabat Yudi, Nadia, mengatakan Yudi bangun tidur sekitar pukul 04.00 dan mengaku kepanasan. Dia memutuskan untuk mandi. Setelah mandi, dia kembali berbaring di tempat tidur dan tak lama kemudian mengeluh sesak napas.
Satia Putra, bocah penderita obesitas dengan berat 110 kg asal Karawang, Jawa Barat juga dikabarkan meninggal dunia, pada Sabtu 2019 sekitar pukul 21.00 WIB.
Sang ayah, Sarli bercerita dalam sehari anaknya bisa enam kali makan. Belum termasuk cemilan seperti bakso dan ayam tepung. Satia banyak menghabiskan waktu di rumah.
Sarli juga menyebutkan bahwa berat badan Satia naik setelah disunat pada umur tiga tahun. Sejak saat itu nafsu makannya semakin meningkat.
Menurut laporan paramedis puskesmas yang memeriksa, Satia mengalami obesitas karena pola makan yang berlebihan serta jarang bergerak.
Sebelum meninggal, Satia sempat dirawat di puskesmas setempat karena batuk dan sesak nafas. Berat badannya saat itu juga bertambah dari 105 kg menjadi 110 kg.
Sunarti, warga Desa Cibalongsari, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat juga menderita obesitas dengan berat badan 148 kg.
Pada 2019 lalu, ia dilarikan ke RSUD Karawang karena merasa sesak napas. Sunarti tinggal sendiri di rumahnya. Sementara sang suami disebut bekerja di luar kota dan hanya pulang dalam waktu tertentu.
Sunarti mengatakan dirinya jarang melakukan aktivitas dan kerap mengurung diri di dalam rumah. Ia mengaku hanya makan nasi dua kali sehari. Namun menjadikan bakso dan mi sebagai camilan.
Pada 31 Januari 2019, Sunarti dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung. Kemudian, pada 18 Februari 2019, ia juga menjalani operasi pengecilan lambung.
Dua pertiga lambung Sunarti dipotong untuk mengurangi volume dan kapasitas jumlah makanan yang dikonsumsinya. Selain itu, tim medis juga mengangkat alat sensor lapar yang berada di lambung.
Usai menjalani perawatan, Sunarti dibolehkan pulang pada 1 Maret 2019. Pihak rumah sakit mengklaim, saat itu suhu badan, nadi, tensi, dan respirask Sunarti masuk dalam keadaan baik.
Namun, Sunarti dikabarkan meninggal pada Maret 2022 sekitar pukul 04.00 WIB. Sebelumnya, ia sempat mengeluh sesak napas. Padahal saat itu, ia sudah berhasil menurunkan berat badan sebanyak 15 kg.
Advertisement
Momen Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Pengganti Kerugian Negara Rp13,25 Triliun dari Korupsi CPO
Mantan Ketum PSSI Usulkan STY Kembali Latih Timnas, Ini Alasannya
Wanita Ini 400 Kali Operasi Plastik Selama 15 Tahun
Potret Keren Yuki Kato Taklukan Chicago Marathon 42,2 Kilometer
16 Peneliti dari ITB Masuk Daftar World Top 2% Scientists 2025
9 Kalimat Pengganti “Tidak Apa-Apa” yang Lebih Hangat dan Empatik Saat Menenangkan Orang Lain
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
PT Taisho Luncurkan Counterpain Medicated Plaster, Inovasi Baru untuk Atasi Nyeri Otot dan Sendi
Momen Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Pengganti Kerugian Negara Rp13,25 Triliun dari Korupsi CPO
Bahas Asam Urat dan Pola Hidup Sehat, Obrolan Raditya Dika dan dr. Adrian Jadi Sorotan