Tukang Pijit yang Rajin Amalkan Al Waqiah Itu Akhirnya Naik Haji

Reporter : Eko Huda S
Selasa, 14 Agustus 2018 07:20
Tukang Pijit yang Rajin Amalkan Al Waqiah Itu Akhirnya Naik Haji
"Kalau enggak baca surat tersebut sehari saja, rasanya badan jadi lemas dan enggak kuat. Jadi mudah sedih, pokoknya ada yang kurang, jadi enggak enak," kata Aslikhah.

Dream - Aslikhah. Janda berusia 68 tahun ini tak pernah berpikir bisa naik haji ke Tanah Suci. Senbab, sejak sang suami meninggal 31 tahun silam, dia harus menghidupi tujuh anak. Menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga.

Jangankan menanggung ongkor berjuta-juta ke Tanah Suci. Untuk sandang pangan anak-anaknya yang sudah yatim itu dia kesulitan. Harus bekerja keras. Memeras keringat, membanting tulang.

Untuk menyambung hidup semenjak sang suami wafat tahun 1987, dia berjualan jamu gendong. Saban hari berjalan kaki, berkeliling menjajakan jamu dagangan.

Ketika ada pembeli jamu, Aslikhah ia juga memberikan bonus pijatan. “ Banyak yang cocok dengan pijatan saya,” tutur Aslikhah, dikutip dari jatim.kemenag.go.id, Senin 13 Agustus 2018.

Karena banyak yang, banyak penduduk di sekitar Kota Jombang yang menggunakan jasa pijatnya. Tiap hari, mulai pukul setengah enam pagi hingga sepuluh malam ia terus berkeliling mendatangi rumah warga. Menjaja jamu, juga menawarkan pijatan.

Di masa keemasan, Aslikhah dalam satu hari punya target memijat hingga sepuluh orang. “ Soalnya saya butuh untuk biaya hidup anak yatim saya yang banyak itu,” jelas dia.

Aslikhah tak mematok tarif untuk jasa pijat. Meski begitu, banyak orang yang memberinya uang Rp15 ribu untuk sekali datang. “ Ya enggak menentu, kadang ada yang ngasih Rp50 ribu. Banyak juga yang ngasih lima belas,” tutur Aslikhah.

1 dari 2 halaman

Amalan Alquran

Aslikhah tak pernah merasa capek dan pegal dengan aktivitas yang menguras tenaga tersebut. Dia mengaku punya amalan yang membuatnya terus merasa bugar. Antara lain rutin membaca surat Al Waqiah, Al Mulk, Ar Rohman, permulaan dan akhir Al Baqarah, setiap hari tiga kali.

“ Kalau enggak baca surat tersebut sehari saja, rasanya badan jadi lemas dan enggak kuat. Jadi mudah sedih, pokoknya ada yang kurang, jadi enggak enak,” papar dia.

Sejak anak bungsunya meninggal dunia tahun 2014, Aslikhah sudah tidak berkeliling memijat. Ia hanya memijat di rumah. Menurutnya, selama ini ia telah meninggalkan anak-anaknya, sejak pagi hingga malam demi mencari nafkah.

“ Jemaah sholat saya pun banyak yang bolong karena pas lagi keliling mijat,” terangnya.

 

2 dari 2 halaman

Mulai Niat Berhaji

Aslikhah mengaku mulai mendaftar haji tahun 2010 menggunakan dana talangan. Waktu itu, jemaah yang tergabung dalam Kloter 79 Surabaya memiliki uang Rp6,5 juta.

Uang itu merupakan dana untuk merenovasi rumah. Sebab, tempat tinggalnya sudah banyak berlubang. Namun anak bungsunya menyarankan Aslikhah menggunakan uang tersebut daftar haji.

Akhirnya, uang tersebut ia gunakan daftar haji dengan dana talangan. “ Alhamdulillah, dana talangan tersebut sudah lunas dalam waktu 2 tahun,” ujarnya.

Sepulang dari Tanah Suci kelak, Aslikhah akan tetap memijat. “ Saya kan juga ingin amal, ikut kumpulan yasinan, manakiban, tahlilan dan lain lain, itu kan butuh uang,” tutur jemaah yang terbang ke Tanah Suci pada Selasa pukul 02.30 WIB ini.

Beri Komentar