Kondisi Petugas Medis Di China Yang Tak Kenal Lelah Melawan Virus Corona. (Foto: Twitter @PDchina)
Dream - Wabah virus corona telah menjadi momok seluruh negara selama sebulan terakhir. Di saat banyak orang menjauh dari paparan virus 2019-nCoV, para tim medis seperti perawat dan dokter harus berkutat dengan penyakit yang telah membunuh 1000 orang tersebut.
Satu per satu cerita pilu perjuangan para tim dokter ini mulai banyak bermunculan di laman media sosial. Salah satunya adalah kondisi tubuh yang mengalami efek mengerikan akibat sering terapapr obat-oabatn
Baru-baru ini, foto-foto wajah para petugas medis yang bekerja di garis depan dalam merawat pasien yang terjangkit virus corona menjadi viral di dunia maya.
Surat kabar China People's Daily mengunggah gambar di Twitter yang memperlihatkan kondisi para petugas medis yang bekerja ekstra keras di tengah wabah virus corona.
Nurses take off their face masks after a grueling shift in fight with novel #coronavirus, touching the hearts of millions on Chinese social media. Salute to these angels!#EverydayHero ?????? pic.twitter.com/BiO7E3PfGR
— People's Daily, China (@PDChina)February 5, 2020
Tanpa kenal lelah, mereka bekerja berjam-jam di rumah sakit dan klinik untuk merawat para pasien virus corona yang makin lama bertambah jumlahnya.
Wajah mereka yang penuh bekas luka dan tanda memakai masker mengungkapkan betapa banyak dan lamanya pekerjaan mereka.
Wajah-wajah lelah para petugas medis dipenuhi dengan bekas luka dan tanda akibat memakai masker, respirator dan perlindungan pribadi lainnya yang tak pernah dilepas selama mereka bekerja.
Meski terasa tidak nyaman, mereka tidak boleh melepas pelindung wajah seperti masker dan respirator yang terpasang dengan ketatnya. Itu dilakukan karena mereka bersentuhan langsung dengan para pasien virus corona.
Penderitaan para petugas medis tidak sampai di situ saja. Seorang perawat di rumah sakit di Hubei - provinsi yang menjadi pusat penyebaran virus - mengatakan kepada BBC bahwa petugas medis tidak diizinkan untuk makan makanan yang layak.
Selama jam kerja yang mencapai 10 jam, mereka juga tidak boleh menggunakan kamar kecil, atau bahkan beristirahat sejenak.
" Makanya, saat jam kerja selesai dan kami melepas pakaian pelindung, baju kami basah kuyup oleh keringat. Sementara dahi, hidung, leher dan pipi kami dipenuhi luka dan tanda bekas masker yang terpasang ketat," kata perawat tersebut.
(Sah, Sumber: AsiaOne)
Dream - China terus berupaya menangani penyebaran wabah virus corona Wuhan yang bermutasi menjadi 2019-nCoV. Salah satu upaya yang dilakukan adalah membuat pusat observasi agar pengidap endemi ini tak menyebar.
China membangun rumah sakit baru dan mengubah fasilitas umum untuk menjadi pusat perawatan untuk pasien dalam jumlah besar.
Dilaporkan World of Buzz, salah satu fasilitas umum yang dijadikan pusat observasi yaitu Wuhan International Convention and Exhibition Centre. Tempat pameran ini disebut mampu menampung 1.600 tempat tidur untuk para pasien.
Fasilitas ini digunakan untuk mengobati mereka yang memiliki gejala ringan.
Toilet di pusat observasi di Wuhan
Otoritas China rencananya akan mengubah lokasi semacam ini sebagai `rumah sakit darurat`.
Meski begitu, pasien yang telah dipindahkan dari rumah sakit ke `rumah sakit darurat` ini berada dalam kondisi menyedihkan. Tidak ada dokter atau perawat yang ditugaskan ke rumah sakit dadakan untuk memberikan obat-obatan selain kekurangan peralatan oksigen.
Sarapan disajikan dalam porsi yang sangat kecil sementara 1.000 orang harus berbagi satu toilet yang belum dibersihkan. Selain itu, pasien dapat didengar batuk satu demi satu, sehingga lebih sulit bagi mereka akan sulit pulih dari penyakit mereka.
Dream - Seorang dokter asal China yang mencoba mengeluarkan peringatan pertama mengenai wabah virus Corona Wuhan dikabarkan telah meninggal dunia. Li Wenliang, 34 tahun, tertular virus saat bekerja di Rumah Sakit Pusat Wuhan.
People's Daily melaporkan Li meninggal pada Jumat, 7 Februari 2020 pukul 02.58 waktu Indonessia. Meski demikian laporan BBC menunjukkan adanya perbedaan catatan kematian Li.
Global Times, People's Daily, dan media China lainnya telah melaporkan kematian Li sebelumnya pada Kamis, 6 Februari 2020.
Li awalnya dinyatakan meninggal pada pukul 21.30 waktu setempat dan berita itu memicu gelombang reaksi populer di Weibo. People's Daily mengirim tweet yang mengatakan kematian Li telah memicu " kesedihan nasional" .
Tetapi, Global Times mengatakan Li dalam kondisi kritis dan mendapat perawatan oksigenasi membran ekstra-korporeal (ECMO) yang membuat jantung seseorang memompa dan menjaga darah mereka teroksigenasi tanpa melalui paru-paru.
Wartawan dan dokter di tempat kejadian, yang tidak ingin nama mereka digunakan, mengatakan kepada BBC dan media lain bahwa pejabat pemerintah telah campur tangan.
Media resmi telah diberitahu untuk mengganti laporan mereka dengan mengatakan bahwa dokter itu masih dirawat.
Sebagian besar dari mereka yang meninggal dunia karena coronavirus berusia di atas 60 tahun atau menderita kondisi medis lain, menurut otoritas kesehatan China. Sejarah medis Li tidak diketahui.
Dilaporkan BBC, Li mengirimkan peringatan munculnya wabah virus Corona kepada sesama petugas medis pada 30 Desember 2019 melalui Weibo. Tetapi, peringatan itu direspon berbeda oleh polisi. Li ditangkap polisi agar berhenti membuat peringatan palsu.
Saat ini, berdasarkan data John Hopkins University-Centre for System Science of Engineering (JHU-CSSE) sebanyak 638 orang dinyatakan meninggal dunia. Sementara yang terinfeksi tercatat 31.377 orang.
Virus Corona Wuhan menyebabkan infeksi pernapasan akut dan demam, serta diikuti batuk kering.
Dream - Seperti kita semua tahu, virus corona baru atau 2019-nCoV bisa menular dari manusia ke manusia melalui cairan yang keluar dari penderitanya atau benda yang terpapar virus mematikan itu.
Namun perkembangan terbaru tentang cara penularan virus 2019-nCoV yang pusat penyebarannya di Wuhan, Provinsi Hubei, China, ini mengejutkan banyak pihak.
Menurut stasiun TV Pemerintah China, CCTV, dokter di Wuhan dari Rumah Sakit Anak Wuhan telah mengkonfirmasi bahwa seorang bayi yang baru lahir dari ibu yang terinfeksi positif terjangkit virus corona baru.
Bayi malang tersebut tertular virus berbahaya itu 30 jam setelah dilahirkan oleh ibunya. Laporan mengatakan bayi itu lahir pada 2 Februari 2020.
Meskipun bayi tersebut tampak stabil dan tidak menunjukkan gejala batuk atau flu, dia terlihat susah bernapas.
Pemeriksaan X-Ray pada bayi juga mengungkapkan bahwa dadanya mengalami infeksi dan ada sedikit kelainan pada jantungnya.
Namun, hingga saat ini, mekanisme penularan virus melalui ibu ke anak tersebut masih belum bisa dipastikan.
Seorang ahli medis di Universitas East Anglia di Inggris mengatakan masih belum ada bukti kuat bahwa bayi itu positif terkena virus corona karena terinfeksi oleh ibunya selama dalam kandungan atau proses kelahiran.
Jadi, untuk ibu-ibu yang hamil di luar sana, jaga kesehatan dengan baik. Yang terpenting adalah memprioritaskan kebersihan dan selalu memakai masker saat bepergian. Bahaya virus corona ini sangat nyata dirasakan penderita dan orang-orang di sekitarnya.
Sumber: Lobak Merah
Advertisement
Momen Prabowo Singgung Duit Negara Dicolong Koruptor Ratusan Triliun
3 Tempat Makan Milik Artis di Luar Negeri, Ada Warkop di New York
3 Komunitas Seru di Bawah Naungan BNI, Mulai dari Bisnis hingga Olahraga
Cara Mudah Bikin Parfum Bareng Casablanca di Campus Beauty Fair
Waspadai Layanan Palsu, Akses Service Center Resmi Kini Lebih Mudah dengan MODENA
5 Fakta Ambruknya Musola Ponpes Al Khoziny, Masih Ada Korban di Bawah Reruntuhan