Seorang Relawan Sedang Merawat Flying Foxes Atau Kalong. (Foto: Youtube ABC News)
Dream - Warga kota Cairns di Queensland, Australia, terpaksa mengungsi. Mereka meninggalkan rumah bukan karena bencana alam, tapi tidak tahan dengan bau bangkai flying foxes (kalong) yang mati akibat gelombang panas tak tertahankan.
Sejumlah laporan menyebutkan ribuan kalong yang sedang bergelantungan di pohon-pohon di sekitar kota Cairns banyak yang mati berjatuhan pada hari Senin lalu.
Bangsa kelelawar, tapi berukuran raksasa, itu mati akibat tidak tahan dengan suhu di wilayah Queensland yang meningkat hingga di atas 40 derajat Celcius.
Menurut para ahli hewan, mamalia yang aktif di malam hari itu tidak dapat mempertahankan suhu internal tubuhnya lebih dari 40 derajat.
Karena tidak menemukan cara untuk mendinginkan tubuhnya, organ mereka mulai tidak berfungsi sehingga mengakibatkan kematian.
Penyelamat satwa liar bekerja sepanjang waktu menolong kalong-kalong yang masih bisa bertahan hidup.
Menggunakan semprotan dan kain basah, mereka berusaha mendinginkan tubuh mamalia terbang yang tak berdaya itu.
Namun, karena jumlah kalong yang terlalu banyak, usaha para penyelamat satwa liar tidak memberikan pengaruh signifikan.
Akibat gelombang panas, koloni kalong di wilayah Cairns telah mengalami penyusutan dalam jumlah besar.
Jumlah kalong yang mati akibat kepanasan diperkirakan akan meningkat selama gelombang panas terus berlanjut.
Namun, sejumlah besar bangkai kalong dekat rumah-rumah penduduk kini telah menjadi masalah kesehatan dan lingkungan yang serius.
Warga melaporkan ribuan kalong yang mati di halaman atau kebun mereka, sudah mulai membusuk.
Hal itu menimbulkan pencemaran udara berupa bau yang tak tertahankan. Bangkai kalong yang membusuk juga menimbulkan berbagai penyakit.
" Kita berbicara tentang ribuan kelelawar mati di atas berhektare-hektar tanah," kata Pip Schroor, seorang warga Edmonton, kepada Tropic Now.
Schroor mengatakan dia terpaksa mengungsikan anak-anaknya ke Gordonvale karena bau busuk bangkai kalong sudah tidak bisa ditolerir.
" Bahkan bau busuk itu meresap ke dinding dan seprai kami. Ada belatung di mana mana dan darah terus menetes dari atas pohon. Suasana rumah kami seperti film horor sejak hari Senin," tambah Schroor.
Warga Edmonton lainnya, Lisa Eagleton, juga mengalami kondisi yang sama. Halaman, rumah, dan kebunnya dipenuhi bangkai kalong.
Eagleton harus memungut bangkai-bangkai tersebut dan membuangnya di tempat sampah. Namun dia akhirnya menyerah karena jumlah kalong yang mati terus meningkat jumlahnya.
Dia sangat membutuhkan bantuan Pemerintah Queensland untuk menangani masalah ini. Namun Eagleton mengeluhkan aksi pemerintah yang lambat.
" Semua orang telah meninggalkan kami. Badan Taman Nasional dan Satwa Liar, Biosekuriti Queensland, Dinas Kesehatan Queensland, semuanya tidak memberikan bantuan kepada kami," kata Eagleton kepada Tropic Now.
Eagleton mengatakan keluarga dan tetangganya harus memakai masker sepanjang hari. Meski begitu banyak juga muntah-muntah namun tidak mendapat pertolongan.
" Ini sangat mengerikan. Tak ada yang mau menolong atau peduli kami," katanya dengan nada jengkel.
Salah satu alasan banyak orang enggan memberikan pertolongan atau mendekati ribuan kalong yang mati itu karena takut tertular penyakit menular.
Hal itu disampaikan Dr Richard Gair, Direktur Pelayanan Kesehatan Masyarakat Cairns. Gair mengatakan ribuan kalong yang mati itu mungkin terinfeksi lyssavirus kelelawar Australia.
" Siapa pun harus memakai perlindungan yang memadai dan menggunakan sekop saat membersihkan kalong yang mati di halaman rumah mereka. Setelah itu mereka harus menjalani vaksinasi, seperti rabies misalnya," jelas Gair.
Namun warga seperti Eagleton tidak punya pilihan lain selain menggunakan tangan untuk mengambil bangkai kalong yang memenuhi halaman rumahnya.
" Saya tidak punya pilihan selain harus melakukannya sendiri karena bangkai-bangkai itu berada di halaman belakang rumah saya. Ada anak-anak dan kami juga memiliki hewan peliharaan," pungkas Eagleton.
Sumber: OddityCentral.com
Advertisement
Jakarta Doodle Fest Hadir Lagi, Ajang Unjuk Gigi para Seniman dan Ilustrator
Sah! Amanda Manopo dan Kenny Austin Resmi Menikah
Geger Pernikahan di Pacitan dengan Mahar Rp3 Miliar, Ternyata Pengantin Prianya Penipu
Hore! Kebun Binatang Ragunan Kini Bikin Sesi Visit Malam Hari
Saking Girangnya Mas Pur `Tukang Ojek Pengkolan` Wisuda Sarjana, Sampai Joget Sound Horeg
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Pria Ini Bertahan 70 Hari di Hutan Tanpa Bekal, dapat Hadiah Rp232 Juta
Timnas Indonesia Kalah Lawan Arab Saudi, Erick Thohir Ingatkan Hal Ini
Komunitas Numismatik Indonesia, Berkumpulnya Penggemar Uang Lawas Penuh Sejarah
Jakarta Doodle Fest Hadir Lagi, Ajang Unjuk Gigi para Seniman dan Ilustrator