Jonas Salk Di Laboratrium Tempat Dia Menemukan Vaksin Polio (The Washington Post)
Dream – Peter Salk masih berusia 9 tahun saat ayahnya, Dr Jonas Salk, pulang ke rumah. Ayahnya nampak mensterilkan beberapa jarum suntik di atas kompor dapur. Pada saat itu kalender di rumah menunjuk tahun 1953.
“ Saya benci suntikan,” kenang Peter Salk, yang kini berusia 78 tahun, kepada NPR. Ia merupakan anak tertua Dr Jonas Salk dari tiga orang bersaudara.
" Jadi, ayah saya pulang dengan vaksin polio dan beberapa jarum suntik. Jarum suntik dia sterilkan di atas kompor dapur, merebusnya dalam air, kemudian memberi kami anak-anaknya suntikan vaksin," kata.
Ia belum cukup umur untuk memahami sepenuhnya mengapa dia dan saudara-saudaranya mendapatkan suntikan ini dari ayahnya.
Peter Salk mengenang era itu adalah tahun ketika polio meneror negara Amerika Serikat setiap musim panas. Anak-anak paling terpukul.
Dalam satu tahun terburuk, tahun 1952, hampir 60.000 anak terinfeksi. Banyak yang lumpuh, dan lebih dari 3.000 orang meninggal. Orang tua yang ketakutan menjauhkan anak-anak mereka dari kolam renang, bioskop, dan tempat umum lainnya.
Ketika Peter Salk dan saudara-saudaranya disuntik, itu menandai awal dari akhir polio. Tapi itu adalah proses yang berlarut-larut. Yang terjadi selanjutnya adalah percobaan manusia terbesar yang pernah ada, dengan hampir 2 juta anak-anak Amerika ikut mengambil bagian lewat vaksinasi polio massal.
Akhirnya, pada 12 April 1955, hampir dua tahun setelah anak-anak Salk menerima suntikan mereka, vaksin itu dinyatakan aman, efektif, dan manjur.
" Apa yang terjadi pada saat itu luar biasa. Ada kegembiraan," kata Peter Salk. " Ada perasaan lega sehingga ketakutan ini, yang telah menggantung di kepala semua orang selama bertahun-tahun, akhirnya terangkat."
Ini adalah salah satu kisah sukses vaksin yang hebat. Dan, ayahnya, Dr Jonas Salk, menjadi salah satu pria paling terkenal di Amerika. Karena dia merupakan penemu vaksin polio.

(Jonas Salk saat menyuntik vaksin polio ke seorang anak/UW Magazine)
Polio secara efektif musnah di Amerika pada awal 1960-an. Dan pada tahun 1979 Amerika benar-benar sudah bebas polio.
Sejak itu, kasus polio terus-menerus dihilangkan di seluruh dunia. Saat ini, hanya sejumlah kecil kasus polio yang muncul setiap tahun, sebagian besar di Pakistan, Afghanistan, dan Nigeria.
***
“ Polio tidak pernah menjadi epidemi yang mengamuk yang digambarkan di media massa, bahkan pada puncaknya di tahun 1940-an dan 1950-an,” tulis David M. Oshinsky, penulis buku peraih penghargaan Pulitzer berjudul “ Polio: An American Story.”
Namun pada pergantian abad ke-20, ketakutan masyarakat terhadap polio mencapai puncaknya. Virus itu tampaknya menyerang tanpa peringatan. Virus ini menyerang anak-anak, kebanyakan anak laki-laki, dengan berbagai tingkat kelumpuhan dan dalam beberapa situasi: kematian.
Rekaman pertama poliomielitis, disingkat menjadi " polio" oleh jurnalis Amerika yang menolak keras menggunakan 13 huruf kata itu karena keterbatasan margin, terjadi di Mesir pada 1500 SM. Namun, ketika polio menyerang, untuk hampir semua orang hasilnya biasanya hanya infeksi ringan diikuti oleh kekebalan seumur hidup. Di tahun-tahun berikutnya, hanya sedikit perhatian diberikan pers pada wabah polio.
Bahkan, epidemi polio pertama yang tercatat di Amerika Serikat, yang terjadi di Otter Valley, Vermont pada tahun 1894, nyaris luput dari perhatian media massa tanpa upaya tak kenal lelah dari Charles Caverly, seorang dokter muda pedesaan. Ia melacak 123 anak yang terkena virus polio. Caverly menemukan bahwa 84 kasus menimpa anak berusia di bawah enam tahun, 50 lumpuh permanen akibat polio, dan 18 meninggal. Caverly juga menemukan bahwa mayoritas korban adalah laki-laki.
Pada tahun 1930-an, menurut History Net, penyakit polio kemudian mulai mendapat perhatian yang signifikan dari pers dan komunitas medis.
Pada tahun 1938, dengan dukungan dari Presiden Franklin D. Roosevelt, yang menderita polio pada usia 39 tahun, wabah polio mulai diperangi.
Setahun setelah pencalonannya sebagai calon wakil presiden dari Partai Demokrat, sebagai bintang politik yang sedang naik daun, Franklin D. Roosevelt terjangkit polio saat berlibur di rumah musim panasnya di Pulau Campobello pada tahun 1921. Penyakit itu membuat kaki calon presiden Amerika Serikat berusia 39 tahun itu lumpuh secara permanen.

(Presiden AS Franklin D. Roosevelt, lumpuh karena terkena pilo di uisia 39 tahun/NPR)
Pada tahun 1938, lima tahun setelah memasuki Gedung Putih, Roosevelt membantu mendirikan National Foundation for Infantile Paralysis --kemudian berganti nama menjadi March of Dimes Foundation-- yang menjadi sumber pendanaan utama untuk uji coba vaksin Jonas Salk. Mengkaryakan kekuatan bintang selebritas macam Mickey Rooney hingga tokoh kartun Mickey Mouse, organisasi akar rumput itu telah berhasil mengumpulkan lebih dari U$ 20 juta atau Rp 269 miliar per tahun pada akhir 1940-an. Kebanyakan orang menyumbang dalam jumlah mata uang sen, sesuai namanya March of Dimes. Dana ini dikumpulkan dalam wadah kosong yang diedarkan dari rumah ke rumah.
Dalam yayasan National Foundation for Infantile Paralysis yang kemudian kemudian berganti nama menjadi March of Dimes, persaingan sengit untuk menemukan vaksin polio muncul di antara tiga pria: Jonas Salk, Albert Sabin dan Hilary Koprowski.
Sabin dan Koprowski mendukung vaksin virus hidup yang dirancang untuk memicu infeksi alami yang lemah untuk menghasilkan antibodi. Tetapi tidak seperti rekan-rekannya, Salk menyukai versi virus mati " yang dimaksudkan untuk merangsang sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi yang diinginkan tanpa menciptakan infeksi alami," tulis Oshinsky. Sementara sebagian besar peneliti polio mendukung pendekatan Sabin dan Koprowski, yayasan tersebut secara subyektif menganggap bahwa metode Salk mungkin lebih cepat dan lebih mudah dipasarkan.
Pada tahun 1951 Salk dan timnya berhasil mengembangkan metode untuk membudidayakan virus polio di jaringan ginjal monyet, sehingga Salk memiliki kemampuan untuk memproduksi virus dalam jumlah besar.
Tahun berikutnya ia dengan cepat mulai melakukan uji coba manusia pertama pada anak-anak di dua institusi Pittsburgh untuk penyandang cacat fisik dan intelektual. Salk bahkan menyuntik istri dan tiga putranya sendiri dengan vaksinnya. Waktu sangat penting, karena tahun itu saja terdapat 58.000 kasus baru polio, dengan lebih dari 3.000 orang Amerika meninggal karena penyakit tersebut.

(Jonas Salk, istri dan ketiga anaknya/Arbor District Librarary)
Pada bulan Maret 1953, Salk siap mengumumkan bahwa dia telah berhasil membuat vaksin. Salk bersikeras bahwa " kemajuannya lebih cepat daripada yang kami harapkan" tetapi memperingatkan publik bahwa " tidak ada vaksin yang tersedia untuk digunakan secara luas untuk musim polio berikutnya," Meskipun demikian, pengumuman radio ini disambut dengan kegembiraan yang meluas. dan ilmuwan itu menjadi pahlawan bagi publik Amerika.
Komite Penasihat Vaksin menyetujui uji lapangan vaksin polio Salk, yang memulai eksperimen medis terbesar dalam sejarah Amerika. Apa yang disebut Uji Coba Lapangan Vaksin Salk tahun 1954 melibatkan hampir dua juta anak sekolah dasar.
Satu tahun kemudian, pada konferensi pers di University of Michigan, hasil uji coba diumumkan. Vaksin Jonas Salk, kata tim penguji, 80 hingga 90 persen efektif melawan virus polio. Pada hari yang sama, pemerintah AS melisensikan vaksin Salk untuk didistribusikan secara luas.
Namun, vaksin itu tidak datang tanpa ongkos. Hanya beberapa minggu setelah konferensi bersejarah itu, 11 anak yang baru saja divaksinasi polio meninggal dan ratusan lainnya lumpuh.
Saat diusut penyebabnya, ternyata berasal dari vaksin polio rusak buatan Cutter Laboratories di California, salah satu perusaahaan farmasi yang diberi pemerintah izin untuk memperoduksi vaksin polio secara massal. Dan meskipun tidak terbukti, “ kemungkinan metode produksi tertentu (yang ternyata tidak mengikuti instruksi Salk) mengakibatkan kegagalan untuk benar-benar membunuh Tipe 1 (Mahoney) virus polio dalam vaksin,” menurut Historyofvaccines.org.
Namun terlepas dari insiden Cutter Laboratories dan penundaan awal dalam produksi, pada tahun 1957 kasus polio baru telah turun menjadi di bawah 6.000 kasus di AS. Dan, menurut CDC, sejak 1979 tidak ada kasus polio yang berasal dari Amerika Serikat.
Untuk karyanya, Salk dianugerahi dua penghargaan sipil tertinggi —Medali Emas Kongres pada tahun 1955 dan Presidential Medal of Freedom pada tahun 1977.
Salk dipuji karena menyelamatkan nyawa jutaan orang dan memberi semua orang Amerika akses yang relatif murah dan luas ke vaksin polio. Ilmuwan itu tidak pernah mematenkan vaksin polionya.
Menurut perhitungan majalah Forbes, Jonas Salk kehilangan potensi pendapatan pribadi sekitar tujuh miliar dolar atau Rp 103 triliun karena tak mematenkan temuan vaksin polionya!
Pada tanggal 12 April 1955, Edward R. Murrow dari stasiun televisi CBS, bertanya kepada Jonas Salk dalam sebuah wawancara eksklusif pertamanya dengan ilmuwan itu, siapa seungguhnya yang memiliki hak paten atas vaksin polio. Salk menjawab, " Yah, orang-orang, menurut saya." .
“ Tidak ada paten. Bisakah Anda mematenkan matahari?,” tanya Salk balik.
Pada saat obrolannya dengan Murrow, yang ditayangkan pada hari vaksin polio diumumkan sebagai aman dan 90 persen efektif, Salk sudah lebih seperti mesias atau juru selamat ketimbang ahli virus bagi rata-rata orang Amerika.

(Headline media massa AS yang menunjukkan vaksin polio Jonas Salk berhasil/The Slate)
Selama setengah abad terakhir, pertanyaan retoris Salk kepada Murrow telah menjadi seruan bagi mereka yang berkampanye menentang keuntungan jumbo perusahaan farmasi atas penemuan vaksin. Bagi banyak orang, ini mewakili pandangan yang luas dari penemuan ilmiah yang disaring menjadi kesederhanaan yang indah.
Seorang kritikus farmasi besar menyebut Salk " orang tua asuh anak-anak di seluruh dunia tanpa memikirkan uang yang bisa dia hasilkan dengan menahan vaksin dari anak-anak orang miskin."
***
Salk dipuji secara luas sebagai " penemu ajaib" ketika keberhasilan vaksin polio pertama kali diumumkan pada April 1955. Apalagi dia memilih untuk tidak mematenkan vaksin atau mencari keuntungan apa pun darinya.
Banyak negara lalu memulai kampanye imunisasi polio menggunakan vaksin Salk. Termasuk Kanada, Swedia, Denmark, Norwegia, Jerman Barat, Belanda, Swiss, dan Belgia. Pada tahun 1959, vaksin Salk telah mencapai sekitar 90 negara. Kurang dari 25 tahun setelah peluncuran vaksin Salk, transmisi polio domestik telah dieliminasi sepenuhnya di Amerika Serikat.
Jonas Edward Salk lahir tanggal 28 Oktober 1914. Jonas Salk lahir di New York City dari pasangan Daniel dan Dora Salk. Orang tuanya adalah keturunan Yahudi. Daniel lahir di New Jersey dari orang tua imigran. Dan, Dora, yang lahir di Minsk, Rusia, beremigrasi ke Amerika ketika dia berusia dua belas tahun.
Orang tua Salk tidak menerima pendidikan formal yang tinggi. Jonas memiliki dua adik laki-laki, Herman dan Lee, seorang psikolog anak terkenal. Keluarga tersebut pindah dari East Harlem ke 853 Elsmere Place, Bronx, dengan beberapa waktu dihabiskan di Queens di 439 Beach 69th Street, Arverne.
Ketika dia berusia 13 tahun, Salk masuk ke Townsend Harris High School, sebuah sekolah umum untuk siswa yang berbakat secara intelektual. Di sekolah menengah dia dikenal sebagai seorang perfeksionis dan membaca semua buku yang dia bisa.
Salk terdaftar City College of New York (CCNY), tempat ia memperoleh gelar Bachelor of Science di bidang kimia pada tahun 1934.
Sebagai seorang anak, awalnya Salk tidak menunjukkan minat pada kedokteran atau sains secara umum. Dalam sebuah wawancara dengan Academy of Achievement, dia berkata: " Sebagai seorang anak saya tidak tertarik pada sains. Saya hanya tertarik pada hal-hal manusia, sisi manusia dari alam… dan saya terus tertarik pada itu."
Setelah City College, Salk mendaftar di Universitas New York untuk belajar kedokteran. Selama bertahun-tahun di New York University Medical School, Salk bekerja sebagai teknisi laboratorium selama tahun ajaran dan sebagai konselor kamp di musim panas.
Salk mengatakan: " Niat saya adalah pergi ke sekolah kedokteran untuk menjadi ilmuwan kedokteran. Saya tidak berniat untuk praktik kedokteran, meskipun saya kuliah di kedokteran.”
Mengenai tahun terakhir sekolah kedokterannya, Salk mengatakan: " Saya memiliki kesempatan untuk menghabiskan waktu dalam periode elektif di tahun terakhir saya di sekolah kedokteran, di laboratorium yang terlibat dalam studi tentang influenza. Virus influenza baru saja ditemukan beberapa tahun sebelumnya. Dan, saya melihat kesempatan pada waktu itu untuk menguji pertanyaan apakah kita dapat menghancurkan infektivitas virus dan tetap mengimunisasi. Jadi, dengan eksperimen yang dirancang dengan cermat, kami menemukan kemungkinan untuk melakukannya."

(Jonas Salk saat menyuntik vaksin polio ke seorang anak/The New Atlantis)
Sehari setelah lulus dari sekolah kedokteran pada tahun 1939, Salk menikahi Donna Lindsay, kandidat master di New York College of Social Work.
David Oshinsky menulis bahwa ayah Donna, Elmer Lindsay, " seorang dokter gigi Manhattan yang kaya, memandang Salk sebagai sosok yang inferior secara sosial. Potongan tampangnya jauh di bawah mantan-mantan pelamar Donna."
Akhirnya, ayahnya menyetujui pernikahan itu dengan syarat: Salk harus menunggu sampai dia bisa terdaftar dengan status dokter resmi atau sebagai MD di undangan pernikahan.
Dari pernikahannya dengan Donna, Salk memiliki tiga anak: Peter, Darrell, dan Jonathan Salk.
Di tahun 1947, Salk mendirikan labnya sendiri dan diberikan satu tempat di University of Pittsburgh School of Medicine. Tetapi lab itu lebih kecil dari yang dia harapkan.
Pada tahun 1948, Harry Weaver, Direktur Penelitian di National Foundation for Infantile Paralysis, menghubungi Salk. Dia meminta Salk untuk mencari tahu apakah ada lebih banyak jenis polio daripada tiga jenis yang diketahui saat itu.
Harry juga menawarkan dana untuk ruang tambahan, peralatan, dan tambahan tenaga peneliti. Salk kemudian resmi bergabung dengan proyek polio National Foundation for Infantile Paralysis yang didirikan oleh Presiden Franklin D. Roosevelt.
Pada tahun 1968, Salk dan Donna memutuskan bercerai. Dan pada tahun 1970, Salk menikah lagi dengan pelukis Prancis Françoise Gilot.
Jonas Salk meninggal karena gagal jantung pada usia 80 tahun pada tanggal 23 Juni 1995, di La Jolla, San Diego, California. Ia kemudian dimakamkan di El Camino Memorial Park di San Diego.
Jonas Salk memang sudah pergi. Tapi budinya tetap abadi. Tetap dikenang sebagai seorang penemu yang tak serakah harta dunia karena memilih tak mematenkan temuannya: vaksin polio. Akibatnya vaksin polio jadi begitu murah dan bisa menyebar cepat ke seluruh dunia dan bisa memberantas polio di seluruh pelosok dunia. Terimakasih Jonas Salk. (eha)
Advertisement
FKSM 2025 Singgah di Cirebon, Hadirkan Seni Media Sampai Layar Tancap

5 Tempat Makan Pempek Legendaris di Palembang untuk Manjakan Lidah

Anti Mainstream, 7 Spot Wisata di Korea Utara yang Curi Perhatian

Perusahaan Ini Temukan Pil Panjang Umur hingga 150 Tahun

7 Wisata Pantai di Garut yang Sedang Jadi Incaran Pengunjung


Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics


Anti Mainstream, 7 Spot Wisata di Korea Utara yang Curi Perhatian

5 Tempat Makan Pempek Legendaris di Palembang untuk Manjakan Lidah

FKSM 2025 Singgah di Cirebon, Hadirkan Seni Media Sampai Layar Tancap

5 Tempat Makan Pempek Legendaris di Palembang untuk Manjakan Lidah

Anti Mainstream, 7 Spot Wisata di Korea Utara yang Curi Perhatian