Ravi Murdianto, Kiper Alim Timnas U-19

Reporter : Eko Huda S
Rabu, 7 Mei 2014 14:53
Ravi Murdianto, Kiper Alim Timnas U-19
"Bapak saya waktu itu bekerja sebagai pemungut botol dari kampung ke kampung, jadi kami terkendala biaya untuk pergi dan pulang latihan," kenang Ravi.

Dream - Badannya tinggi menjulang. Hampir dua meter, ramping laksana tiang. Gerakannya gesit. Melompat, berguling, dan menerkam bola, selincah macan menangkap mangsa.

Dialah Ravi Murdianto. Penjaga gawang Tim Nasional Sepak Bola Indonesia Usia 19 tahun. Penjaga gawang yang turut membawa tim Garuda Jaya menjadi jawara Piala AFF U-19 di Sidoarjo, September silam.

Posisi Ravi di bawah mistar gawang nyaris tak tergantikan. Penampilannya yang cemerlang membuat kawan menjadi tenang. Serahkan urusan gawang ke Ravi, semua kawan tinggal konsentrasi menyerang.

Dan malam ini, Rabu 7 Mei 2014, pemuda alim yang rajin salat ini akan kembali beraksi. Dia akan unjuk kebolehan dalam uji coba kedua melawan Timnas U-19 Myanmar di Senayan. Dalam pertandingan pertama dua hari silam, Ravi satu kali kebobolan.

Kini Ravi memang tengah menapak sukses. Dia sudah menjadi langganan timnas junior. Mulai Timnas U-17 hingga U-19. Bersama timnas junior itu Ravi merengkuh gelar juara pada turnamen HKFA di Hongkong dan Kejuaraan Remaja U-19 AFF 2013.

Nama Ravi pun semakin kondang di penjuru nusantara. Ditambah wajah tampan, sikapnya yang alim, membuat semakin banyak orang yang menjadi penggemarnya. Terutama para gadis remaja. Buktinya, saat pemusatan latihan di Yogyakarta Januari silam, segerombol gadis remaja membawakannya kue ulang tahun untuknya.

Namun, prestasi itu tak didapat dengan mudah. Sebagai anak kampung, Ravi kecil harus melalui hari-hari sulit untuk menggapai mimpi. " Saya berangkat dari anak kampung yang tidak punya apa-apa," demikian kata Ravi saat diwawancara sebuah tabloid pada Oktober silam.

Sejak kecil, pemuda yang lahir di Gerobogan, Jawa Tengah, ini sudah  gandrung dengan bola. Saat masih kelas dua SD, Ravi sudah masuk sekolah bola di kampung halamannya, SSB Putra Bersemi.

Kiper bukanlah pilihan utama. Pemuda kelahiran sembilan belas tahun silam ini mulanya memilih posisi gelandang dan penyerang. Posisi kiper baru dia tekuni saat duduk di kelas V SD.

Dua tahun kemudian, putra pasangan Hery Supriyanto dan Murminah ini pindah sekolah bola. Kali ini dia hijrah ke Kota Semarang. Kota yang jaraknya kira-kira 20 kilometer dari kampung halaman. Di sana dia menimba ilmu di SSB Tugumuda.

Pindah sekolah bola di kota, ujian yang dihadapi Ravi menjadi semakin bertambah. Sudah jauh dari rumah, uang sakunya pun pas-pasan pula. Jangankan uang jajan, untuk biaya transportasi pun dia kesulitan. Kebaikan hati temanlah satu-satunya harapan bagi Ravi untuk bisa jajan.

" Bapak saya waktu itu bekerja sebagai pemungut botol dari kampung ke kampung, jadi kami terkendala biaya untuk pergi dan pulang latihan," kenang pemuda dengan tinggi 183 sentimeter itu.

Cibiran pun selalu masuk telinga kiri dan kanan. Namun nada sumbang itu juga yang membuat hatinya membaja. Tak menyerah menggapai mimpi menjadi pemain bola. Ravi terus mengasah kemampuan. Hingga saat kelas dua SMP dia lolos seleksi masuk ke Diklat Salatiga.

Pemuda yang mengidolakan kiper Timnas Italia Gianluigi Buffon ini tak menyia-nyiakan kesempatan. Diklat Salatiga dijadikan kawah candradimuka. Saat menempa diri di diklat kenamaan itu, akhirnya bakat Ravi terlihat juga dari Ibukota. Dua tahun lalu, dia diterima di Diklat Ragunan, Jakarta.

Sejak itulah dia menjadi penghuni tetap skuad timnas junior. Prestasi di timnas pula yang membawa Ravi terbang ke Tanah Suci. Bersama teman-teman di Timnas U-19, Ravi menunaikan ibadah umrah April silam. Itu sebagai hadiah karena telah memenangkan Piala AFF U-19 setelah mengalahkan Vietnam.

Di Tanah Suci itu pula Ravi punya doa spesial untuk sepak bola Tanah Air. Dia memohon agar Timnas U-19 bisa lolos ke Piala Dunia U-20 di Selandia Baru tahun depan.

" Saya pun berharap bisa menjadi seorang pria dewasa serta menjadi penjaga gawang nomor satu di tim ini," tutur Ravi April silam. Dan doanya memang mujarab. Hingga kini dia masih jadi andalan dan pilihan utama.

Beri Komentar