Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Kehidupan yang penuh dengan kekerasan tentu dialami oleh mereka yang berkarier di dunia militer. Tidak terkecuali mereka yang menjadi tentara wanita.
Tetapi, apa yang dialami seorang tentara wanita Korea Utara (Korut), Lee So Yeon, membuat mata kita terbelalak. Yeon tak hanya mendapatkan kekerasan verbal, namun juga mengalami pemukulan hingga pelecehan seksual dari para seniornya.
Tentara yang kini membelot itu mengaku pernah bertugas di kamp militer terbesar keempat di dunia itu. Karena tekanan di sana begitu keras, bentuk tubuhnya berubah.
Yeon menjadi sukarelawan militer saat baru berusia 17 tahun. Dia mengklaim mengalami pemerkosaan 'secara berulang-ulang, tanpa ada akhirnya' oleh para senior.
Wanita yang kini telah berusia 41 tahun bercerita kepada BBC alasannya mengabdi sebagai tentara di negara pimpinan Kim Jong-un itu. Putri seorang profesor universitas di Korut itu mengaku ingin mengabdi karena dorongan patriotisme yang tinggi. Selain itu, Yeon ingin mengikuti jejak keluarganya yang jadi tentara.
Yeon awalnya menikmati tugasnya tentara Korut. Dia bahkan mendapat hadiah pengering rambut, meski jarang menggunakannya karena listrik sering mati.
Lama-lama dia merasakan kondisi dan situasi yang tidak nyaman di kesatuannya. Berkurangnya jatah makan dan latihan yang terlalu keras mulai membuat Yeon dan beberapa rekannya menderita.
" Setelah enam bulan sampai satu tahun bertugas, kami tidak menstruasi lagi karena kekurangan gizi dan stres oleh lingkungan yang penuh tekanan. Tapi sebagian teman kami mengaku senang."
" Mereka senang dengan kondisi tersebut karena jika menstruasi maka segalanya akan menjadi lebih buruk lagi," kata dia.
Saat bertugas dari 1992 hingga 2001, Yeon mengaku sering melihat rekan-rekannya diperkosa oleh komandan lelaki.
" Komandan akan tinggal di ruangnya setelah jam piket dan memperkosa para tentara wanita atas perintahnya. Ini terjadi berulang-ulang, dan seolah tidak pernah berhenti," ujar Yeon.
Yeon teringat ketika tentara wanita Korut harus memakai handuk bekas teman mereka selama bertugas di markas.
Yeon juga mengingat betapa sulitnya dia dan rekan-rekannya mandi karena tidak ada air panas. Sebagai gantinya, mereka mengandalkan pipa yang disambungkan ke sumber air di gunung yang dingin.
" Sebagai seorang wanita, hal paling rumit adalah urusan mandi. Tapi kami tidak bisa mandi dengan benar karena tidak ada air panas. Karena mandi pakai air gunung, kami sering menemukan kodok dan ular di dalam pipa," kata dia.
Yeon meninggalkan posnya dan membelot ke Korea Selatan pada 2008. Saat itu, usianya baru menginjak 28 tahun.
Upaya melarikan diri itu dia jalankan ketika mendapat tugas jaga di pos unit sinyal yang terletak di dekat perbatasan Korut-Korsel. Dua kali berusaha kabur, namun gagal.
Dia akhirnya berhasil berenang menyeberangi Sungai Tumen menuju China. Di sana, Yeon bertemu perantara yang mengantarnya ke Korsel.
Kisah Yeon ini terkuak di tengah krisis ekonomi Korut akibat Jong-un lebih mementingkan program senjata nuklirnya ketimbang kesejahteraan rakyat.
Baru-baru ini sebuah laporan menyebutkan beberapa tentara Korut yang kelaparan menyerbu desa-desa untuk mencari makanan.
(Sah)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN