Ngeri, Indonesia Kehilangan Rp133 Triliun Setiap Tahun Akibat Judi Online
Presiden Prabowo Subianto (Foto: Tim Media Presiden)
Reporter : Okti Nur
Hal ini disampaikan Kepala Negara dalam acara APEC Economic Leaders’ Meeting (AELM) di Gyeongju beberapa hari lalu.
DREAM.CO.ID - Presiden Prabowo Subianto menyoroti pentingnya kerja sama internasional dalam menekan kejahatan lintas batas. Seperti penyelundupan, korupsi, perdagangan narkotika, dan perjudian daring yang merugikan ekonomi nasional.
Prabowo memperkirakan Indonesia kehilangan sekitar US$ miliar atau Rp133,8 triliun (kurs Rp16.729 per dollar Amerika) setiap tahun akibat perjudian daring alias judi online. Hal ini disampaikan Kepala Negara dalam acara APEC Economic Leaders’ Meeting (AELM) di Gyeongju, Korea Selatan.
“Diperkirakan Indonesia kehilangan sekitar 8 miliar dolar Amerika setiap tahun akibat aliran dana keluar yang disebabkan oleh perjudian daring,” ungkap Prabowo dikutip dari laman setkab, Selasa, 4 November 2025.
Prabowo melanjutkan, penguasaan teknologi menjadi kunci bagi kemajuan bangsa dan hanya dapat dicapai melalui kolaborasi erat di kawasan Asia Pasifik.
“Saya yakin inilah arah yang harus kita tempuh ke depan. Kita harus memastikan kendali atas masa depan teknologi kita dan saya yakin bahwa melalui kerja sama di dalam APEC, kita dapat mencapai tujuan ini,” ungkapnya.
Presiden juga menekankan komitmen pemerintah untuk memperkuat pendidikan dan keterampilan digital bagi masyarakat.
“Kami ingin berpartisipasi dalam semua inisiatif APEC yang bertujuan meningkatkan kapasitas di bidang teknologi dan pendidikan. Kami juga ingin memberdayakan usaha kecil serta memperkuat sistem kesehatan kami dalam menghadapi perubahan demografi,” ujar Presiden Prabowo.
Dia menyatakan bahwa pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi tinggi menjadi kunci bagi Indonesia dalam mempercepat pengentasan kemiskinan serta memperkuat ketahanan pangan.
Prabowo menegaskan bahwa pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menuntaskan kemiskinan dan kelaparan dengan langkah cepat dan terukur. Dia menilai kedua hal tersebut sebagai tugas paling mendesak dalam pembangunan nasional.
“Kami sedang memusatkan seluruh upaya untuk hal ini. Karena itu, kami percaya bahwa kami dapat memperoleh manfaat besar dari penggunaan kecerdasan buatan,” ujarnya.