Anak-anak suka imajinasi. Jadi, kenapa tidak ubah makan sayur jadi permainan? Misalnya, katakan “wortel ini bikin mata kamu setajam elang!” atau “bayam ini bikin kamu sekuat superhero.” Dengan pendekatan imajinatif, anak jadi punya hubungan emosional dengan makanan sehatnya.

Menurut American Academy of Pediatrics, storytelling adalah cara efektif membangun kebiasaan makan sehat sejak dini karena menstimulasi rasa ingin tahu anak.

2. Libatkan Anak Saat Menyiapkan Makanan

Anak yang ikut membantu memasak cenderung lebih tertarik untuk mencoba makanan yang mereka buat. Kamu bisa mulai dengan hal sederhana, seperti mencuci sayur, mengaduk adonan smoothie, atau menata buah di piring.

Selain itu, kegiatan ini juga mempererat bonding antara orang tua dan anak. Anak merasa dihargai dan punya “andil” dalam memilih makanannya sendiri.

Anak-anak cenderung makan dengan mata dulu. Kalau tampilannya menarik, mereka akan penasaran. Coba potong buah dan sayur dalam bentuk bintang, hati, atau karakter kartun favoritnya.

Studi dari Cornell University (2021) menunjukkan bahwa penyajian makanan berwarna-warni dan menarik bisa meningkatkan konsumsi sayur hingga 40% pada anak usia pra-sekolah.

4. Mulai dari Porsi Kecil

Kalau langsung disodori sepiring penuh brokoli, wajar kalau anak menolak. Mulailah dengan potongan kecil yang dicampur dalam makanan favoritnya, seperti menambahkan sayur ke dalam bakso, pasta, atau nasi goreng.

Trik ini membantu anak beradaptasi dengan rasa dan tekstur baru tanpa merasa “terpaksa”.

Anak adalah peniru ulung. Kalau kamu sering mengeluh makan sayur, mereka akan berpikir hal yang sama. Tapi kalau mereka melihat kamu menikmati salad dengan senyum lebar, rasa penasaran mereka tumbuh.

Penelitian dari University of Illinois menunjukkan bahwa anak-anak dua kali lebih mungkin mencoba sayur baru jika melihat orang tuanya makan sayur tersebut dengan senang.

6. Jangan Beri Label “Makanan Sehat”

Kedengarannya aneh, tapi kadang label “sehat” justru bikin anak menjauh. Anak bisa menganggap makanan sehat = tidak enak. Jadi, alih-alih berkata “ayo makan sayur biar sehat”, coba katakan “ayo coba ini, rasanya renyah banget” atau “buah ini segar banget, kayak es krim alami.”

Fokus pada rasa dan pengalaman makan, bukan manfaat medisnya, bisa membuat anak lebih terbuka.

Buku anak seperti The Very Hungry Caterpillar atau I Will Never Not Ever Eat a Tomato bisa jadi jembatan yang menyenangkan untuk mengenalkan berbagai jenis buah dan sayur. Saat anak melihat karakter favoritnya makan tomat, mereka bisa ikut penasaran untuk mencoba.

Penutup: Sabar dan Konsisten Itu Kunci

Perlu diingat, membentuk kebiasaan makan sehat itu butuh waktu. Jangan frustrasi kalau anak masih memilih makanan manis dibanding sayur. Tetap konsisten, sabar, dan jadikan prosesnya menyenangkan.

Karena pada akhirnya, yang paling penting bukan hanya anak makan sayur hari ini — tapi bagaimana mereka tumbuh dengan pola makan sehat dan bahagia seumur hidupnya.