Anak SD Naik KRL Jam 4 Pagi: Perjalanan Tangerang–Klender yang Bikin Haru dan Buka Mata Publik
© 2025 Https://www.dream.co.id
Reporter : Hevy Zil Umami
Sebuah video sederhana yang menampilkan seorang bocah SD berangkat sekolah seorang diri di waktu subuh menjadi perbincangan hangat di media sosial.
DREAM.CO.ID - Sebuah video sederhana yang menampilkan seorang bocah SD berangkat sekolah seorang diri di waktu subuh menjadi perbincangan hangat di media sosial. Bukan sekadar viral, kisahnya membuat banyak orang terenyuh karena menunjukkan perjuangan seorang anak kecil mempertahankan hak pendidikannya—meski harus melewati perjalanan panjang setiap hari.
Dalam video yang beredar, bocah tersebut terlihat sudah berada di stasiun sejak sekitar pukul empat pagi. Dengan seragam rapi, tas yang hampir sebesar tubuhnya, dan langkah kecil yang mantap, ia menaiki KRL Commuter Line yang masih lengang penumpang. Dari Tangerang menuju Klender, Jakarta Timur, perjalanan itu bukan hanya jauh tetapi juga membutuhkan semangat luar biasa untuk anak seusianya.
Tetap Bersekolah di Tempat Lama, Walau Jarak Tak Lagi Dekat
Dari keterangan yang beredar, bocah ini kini tinggal bersama sang ibu di Tangerang setelah ibunya pindah tempat kerja. Perubahan domisili itu membuat jarak ke sekolah lamanya di Klender menjadi sangat jauh. Namun, ia menolak pindah sekolah karena sudah terlanjur nyaman dengan lingkungan dan guru-gurunya.
Keputusannya itu memaksanya bangun dini hari setiap hari, berangkat ketika banyak anak seusianya masih tertidur pulas. Perjalanan antarkota yang melibatkan perpindahan kereta dan waktu tempuh lebih dari satu jam kini menjadi rutinitas hariannya.
Pihak sekolah pun disebut sudah mengetahui kondisi ini. Guru-guru bahkan mencoba memberikan perhatian tambahan, termasuk menyarankan agar ia sementara tinggal di rumah teman dekat sekolah untuk mengurangi risiko perjalanan. Meski begitu, si anak masih memilih pulang pergi demi tetap bisa bersekolah seperti biasa.
Respons Publik: Haru, Takjub, tapi Juga Khawatir
Tak butuh waktu lama, video tersebut langsung memancing berbagai reaksi warganet. Banyak yang memuji tekad bocah tersebut—keteguhan hati yang mungkin jarang terlihat pada anak-anak seusianya. Semangatnya dianggap sebagai bukti bahwa motivasi untuk belajar bisa muncul dari kondisi apa pun.
Namun di sisi lain, muncul juga kekhawatiran mendalam. Banyak orang menilai perjalanan panjang dan sendirian pada dini hari memiliki banyak risiko: keamanan di transportasi umum, potensi tersesat, hingga kelelahan fisik yang dapat memengaruhi kondisi belajar di kelas. Anak seusianya masih membutuhkan pengawasan ekstra, sementara rutinitas yang ia jalani kini sangat berat.
Di tengah pujian, muncul juga desakan kepada pihak terkait untuk turun tangan memastikan keselamatan dan kesejahteraan bocah tersebut.
Fenomena yang Mengungkap Masalah Lebih Besar
Lebih dari sekadar kisah viral, banyak yang menilai bahwa cerita ini membuka realitas lain tentang pendidikan di kota besar. Mobilitas keluarga di perkotaan sering kali berubah cepat karena tuntutan pekerjaan, sementara adaptasi anak terhadap sekolah baru tidak selalu mudah.
Ketika anak mempertahankan sekolah lama, konsekuensinya adalah perjalanan jauh yang tidak ideal. Namun jika dipaksa pindah sekolah, anak bisa kehilangan lingkungan yang sudah membuatnya merasa aman dan berkembang. Dilema inilah yang dialami banyak orang tua urban, bukan hanya keluarga si bocah viral ini.
Di sisi lain, publik menyoroti pentingnya kebijakan pendidikan yang lebih responsif. Misalnya, kemudahan proses mutasi sekolah bagi keluarga yang pindah mendadak, atau pendampingan khusus bagi siswa yang menghadapi situasi seperti ini agar tidak membahayakan keselamatannya.
Harapan Publik: Prioritaskan Keselamatan dan Hak Belajar Anak
Banyak pihak berharap dinas pendidikan maupun instansi terkait segera memastikan kondisi siswa tersebut, sekaligus memberikan solusi yang tidak membebani anak. Keselamatan adalah prioritas, tetapi kenyamanan dan hak anak memilih lingkungan belajar yang positif juga penting untuk diperhatikan.
Kisah bocah SD ini pada akhirnya menjadi pengingat bahwa perjuangan mendapatkan pendidikan yang layak tidak selalu mulus. Kadang, seorang anak kecil harus melakukan perjalanan panjang di tengah gelapnya pagi demi sesuatu yang ia yakini: sekolah tempat ia merasa diterima dan dihargai.
Dan di balik viralnya video itu, ada pesan yang lebih besar—bahwa urusan pendidikan bukan hanya soal hadir di kelas, tapi juga tentang memastikan perjalanan menuju pendidikan itu aman, manusiawi, dan tidak membebani anak.