Memiliki Wajah Berjerawat. (Source: Shutterstock)
Dream - Video kecantikan di media sosial bukan hanya tutorial makeup atau tips merawat wajah. Kamu juga bisa menemukan berbagai jenis konten yang unik seputar kecantikan.
Mungkin, kamu sudah biasa melihat konten makeup yang unik. Tapi, bagaimana dengan konten perawatan kulit? Salah satu konten unik yang berkaitan dengan kesehatan kulit adalah video memecahkan jerawat atau mengekstraksi komedo dari dalam pori-pori.
Faktanya, video tersebut terus dibuat dan tersebar di seluruh penjuru media sosial. Jumlah penontonnya pun cukup banyak. Padahal, kebiasaan ini sangat buruk untuk kesehatan kulit.
Memencet jerawat bisa menyebabkan bekas kemerahan atau kecokelatan yang sulit hilang. Sementara mengekstraksi komedo tanpa dilakukan oleh para ahli bisa membuat pori-porimu semakin besar dan infeksi.
Lalu, apa yang membuat video tersebut begitu diminati? Dilansir dari Pop Sugar, ternyata, video tersebut mampu menghasilkan dopamin atau hormon pemicu rasa senang pada beberapa kasus.
@karenherrera489 Happy Sunday ! #pimplepop #pimplepopper2021 #SimlishSessions #foryoupage #pimplepoppings #pimple #misspopper ♬ original sound - karen herrera
Menurut penuturan Psikolog, Roseann Capanna-Hodge, video memencet jerawat bisa merangsang berbagai emosi dan sensasi. Termasuk gairah, rasa jijik, dan malu. " Kamu tidak bisa berhenti melihat video tersebut karena bisa memicu dopamin," katanya.
Sementara menurut Psikoterapis, Amy Morin, sebagian orang masih sadar akan buruknya kebiasaan memencet jerawat. Sehingga, melihat video orang lain ketika memencet jerawat akan membantu menyalurkan keinginan untuk melakukannya tanpa mengalami risiko kerusakan kulit pribadi.
Video tersebut juga menunjukkan bahwa masih banyak orang yang berjuang mengatasi jerawat. Akhirnya, penonton video yang memiliki masalah serupa pun merasa lebih lega dan senang.
Pada kasus lainnya, menonton adegan memencet jerawat juga bisa disebabkan oleh rasa ingin tahu yang tidak wajar. Namun, rasa ingin tahu masing-masing orang bisa berbeda. Terkadang, rasa ingin tahu tidak lebih besar daripada rasa jijik. Sehingga, orang pun tidak ingin menonton video tersebut.
Kebosanan yang dialami banyak orang selama pandemi Covid-19 juga diduga bisa menjadi salah satu alasan dari banyaknya peminat video itu. Apalagi, jika aktivitas banyak orang akan lebih sering dilakukan virtual secara permanen.
Belum lagi, Morin menyatakan bahwa rasa jijik ketika melihat video tersebut bisa berkurang. Sehingga, terdapat potensi bahwa video itu akan semakin banyak ditonton maupun ditemui.
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik