Ilustrasi (Shutterstock)
Dream - Kopi arabika asal Aceh yang dibudidayakan oleh kelompok petani Bahagia Ginting menjadi jawara dalam Kompetisi Cup of Excellence (CoE) Indonesia 2022. Kopi arabika ini mengalahkan 39 pesaingnya untuk mendapatkan Presidential Cup.
" Kami menetapkan kopi arabika dari kelompok petani Bahagia Ginting Aceh ini lantaran kopinya memiliki kekhasan sebagai kopi asli Indonesia," ujar Ketua Umum Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI), Daryanto Witarsa, dalam keterangannya, Rabu 21 Desember 2022.
" Dan keberhasilan ini juga berkat sumbangsih Aceh sebagai produsen kopi terbaik yang 24 perwakilannya masuk 40 besar kompetisi CoE ini," tambah dia.
Cup of Excellence merupakan ajang kompetisi paling bergengsi yang diberikan untuk biji-biji kopi tertentu yang berasal dari sebuah negara produsen kopi. Biji kopi pemenang dipilih oleh sekelompok cuppers yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri.
Hasil kopi dari ajang CoE Indonesia 2022 ini nantinya akan dilelang secara daring dengan mayoritas pembeli berasal dari luar negeri.
" Ini sebagai upaya kita menaikan kelas kopi Indonesia di mata dunia. Terbukti yang menjadi pemenang tahun lalu hasil produksi kopinya dibeli oleh sebuah perusahaan di Jepang,” kata Daryanto Witarsa.
Bukan hanya sekadar pelelangan, menurut Daryanto, ajang ini merupakan alat untuk mempromosikan kopi Indonesia.
" Provinsi Aceh bisa dibilang banyak petani di sana dan sudah terlatih, jadi tahun ke tahun mereka sudah tahu skema cara kompetisi bagaimana, mereka tahu benefit untuk kompetisi ini gimana, jadi untuk ke depannya saya yakin kita pengen replikasi di Aceh sekarang ke kota-kota lain, ke Jawa Barat, Papua, Flores, dan Sulawesi," tambahnya.
Indonesia memang punya kopi-kopi single origin yang unik dan populer di dunia. Jika bicara kopi Aceh, ada kopi Aceh Gayo yang saat ini harganya bisa dipatok mencapai ratusan ribu per kilogramnya.
Sebagai informasi, dalam kompetisi Cup of Excellence Indonesia sebelumnya, 1 kilogram kopi Aceh Gayo pernah dilelang hingga harga Rp2,5 juta setelah dibeli oleh perusahaan Jepang bernama Wataru.
Komoditas biji kopi Aceh Gayo diketahui ditanam sejak abad ke-17 masehi saat pemerintah Belanda datang ke ke tanah Jawa dengan membawa biji kopi, yang kemudian menanam tanaman kopi di daerah Aceh.
Saat itu petani lokal pun lebih tertarik untuk menanam kopi karena keberhasilan komoditas biji kopi dibandingkan rempah-rempah.
Hingga kemudian kopi Aceh Gayo diminati oleh masyarakat Hindia Belanda di Indonesia. Perkembangan tanaman kopi Aceh Gayo berhasil diproduksi secara stabil sejak tahun 1920-an.
Biji kopi Aceh Gayo saat ini bahkan sudah diekspor ke seluruh negara-negara bagian Eropa, Amerika Utara, Asia hingga Pasifik.