Gubernur BI Agus Martowardojo (kanan) Bersama Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad (kiri) Mengikuti Rapat Dengar Pendapat Umum Bersama Komisi XI DPR Membahas RUU Tax Amnesty, Jakarta, Senin (25/4) (NTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Dream - Peran keuangan syariah dalam membantu mencapai target sustainable development goal (SDG's) tidak dipungkiri lagi. Namun, perkembangan sektor keuangan ini masih mengalami beberapa kendala utama.
Gubernur BI, Agus D. W. Martowardojo, mengatakan dibutuhkan pembiayaan dan dukungan dana dari berbagai pihak untuk mengakses 1 miliar orang yang hidup miskin di dunia. Hal ini bertujuan agar tujuan dari SDG's bisa tercapai.
" Tantangannya, bagaimana mewujudkan pembiayaan yang tepat karena sumbernya harus diperluas dan optimalisasi untuk SDG's, termasuk pembiayaan syariah," kata Agus dalam " 41th Annual Meeting Islamic Development Bank (IDB) Group" di Jakarta, Senin 16 Mei 2016.
Agus menurutkan, ada tiga tantangan yang dihadapi oleh global, termasuk Indonesia, dalam mengembangkan sistem keuangan syariah. " Pertama, kurangnya inovasi produk. Kedua, kurangnya ahli keuangan syariah, dan ketiga, komitmen yang kuat sesuai dengan standar internasional," kata dia.
Untuk Indonesia, kata Agus, Indonesia telah mengembangkan cetak biru (blueprint) untuk keuangan syariah dan pengembangan ekonomi. Target ini dirumuskan dalam lima pilar strategis untuk menghadapi tantangan pengembangan keuangan syariah.
Pilar yang pertama, BI mengembangkan produk dan pasar keuangan syariah. Tujuannya, menciptakan produk keuangan syariah dan instrumen untuk memperdalam pasar keuangan.
" Sejauh ini, kami sudah menerbitkan aturan hedging instrumen syariah, instrumen lainnya, dan instrumen repo," kata dia.
Pilar yang kedua adalah bank sentral ini melakukan pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan penguatan pasar dengan mendorong pendidikan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja di keuangan syariah.
" Kami punya Indonesia Sharia Economic Festival sebagai strategi forum mengenalkan peran Indonesia dalam keuangan syariah," kata dia.
Pilar ketiga adalah memperkuat pengawasan framework. Seperti, berinisiatif membentuk zakat institute dan memanfaatkan dana zakat untuk membiayai pembangunan.
Pilar yang keempat adalah dukungan pembiayaan infrastruktur untuk sektor riil dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Tujuannya, membantu kewirausahaan dan model bisnis lainnya.
Pilar yang kelima adalah mempromosikan struktur industri yang lebih efisien. Caranya, ikut berpartisipasi secara aktif dalam bagian keuangan syariah global dengan memperkuat kerja sama dengan institusi internasional.
" Kami menengaskan keuangan syariah memiliki peran untuk mewujudkan agenda SDG. Kami percaya yang telah dilakukan akan menjadi warisan untuk menjaga stabilitas pasar keuangan dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan untuk men-deliver kesejahteraan lebih dalam ekonomi kita," kata dia.
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Diterpa Isu Cerai, Ini Perjalanan Cinta Raisa dan Hamish Daud
AMSI Ungkap Ancaman Besar Artificial Intelligence Pada Eksistensi Media