5 Keuntungan Investasi Deposito, Nomor 3 Bikin Ngiler

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Jumat, 22 November 2019 08:24
5 Keuntungan Investasi Deposito, Nomor 3 Bikin Ngiler
Deposito sangat cocok untuk memulai investasi.

Dream - Deposito masih menjadi salah satu produk investasi yang diminati masyarakat. Biasanya, produk perbankan ini dipilih karena memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan tabungan. 

Nasabah juga memiliki despotio karena dianggap lebih aman karena dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Satu alasan lain adalah pemilik deposito harus patuh dengan jangka waktu pencairan yang sudah dipilihnya. 

Tak mengherankan jika deposito sering dijadikan cara awal untuk memulai belajar berinvestasi.

Sebetulnya banyak keuntungan lain dari deposito yang jarang diketahui publik. Mengutip laman Cek Aja, Jumat 22 November 2019, berikut lima keuntungan deposito yang perlu kamu ketahui.

Pertama, deposito bisa diambil perorangan atau lembaga.

Deposito berjangka diterbitkan atas nama perorangan atau lembaga. Instrumen ini bisa diterbitkan dalam valuta asing.

Kedua, jangka waktunya bervariasi.

Kamu bisa memilih menyimpan deposito untuk jangka waktu 1, 2, 3, 6, 12, atau 18 bulan. Perlu diingat, deposito berjangka waktu ini punya jatuh tempo untuk pengambilan dan uangnya hanya boleh diambil saat jatuh tempo tiba.

Ketiga, marjin keuntungannya lebih besar dari tabungan.

Deposito sebetulnya bentuk lebih baru dari tabungan. Bedanya, dana di deposito dikunci sampai jatuh tempo sesuai kesepakatan. Kalau mau, ini bisa dimasukkan ke dalam dana pokok untuk periode deposito berikutnya.

Keempat, diperpanjang otomatis.

Deposito juga bisa diperpanjang secara otomatis dengan sistem Automatic Roll Over (ARO). Produk keuangan ini akan diperpanjang otomatis setelah jatuh tempo sampai pemiliknya mencairkan depositonya.

Kelima, ada pinalti.

Ini yang harus kamu hindari jika benar-benar ingin menjadi investor. Deposito mensyaratkan penalti jika uang yang disimpan diambil sebelum jatuh tempo. 

Besaran penalti deposito beragam mulai dari 1-3 persen dari nominal dana pokok.

1 dari 5 halaman

Berinvestasi Sekaligus Beramal Lewat Wakaf Saham

Dream - Kedermawanan menjadi bagian tak terpisahkan dalam Islam. Hal ini diwujudkan dalam sejumlah amalan bernilai ibadah seperti zakat, infak dan sedekah.

Amalan tersebut terdapat dalam Islam sebagai pengingat bagi mereka yang mampu terhadap saudaranya yang membutuhkan. Sehingga, keimanan dapat semakin kuat. 

Saat ini, amalan wakaf tengah digalakkan di tengah umat Islam Indonesia. Sayangnya, banyak umat ragu untuk memilih antara wakaf dengan investasi. 

Menjembatani hal itu, PPPA Daarul Quran meluncurkan produk keuangan syariah yang mencakup wakaf sekaligus investasi. Produk tersebut adalah Wakaf Saham. 

Direktur Utama Daarul Quran, Abdul Ghofur, mengatakan Wakaf Saham menjadi salah satu instrumen PPPA Daarul Quran untuk memberikan manfaat bagi umat. 

“ Agar manfaat wakaf bisa dirasakan oleh banyak orang, khususnya bagi mereka yang membutuhkan,” kata Ghofur melalui keterangan tertulis yang diterima Dream.

Dalam pengelolaan Wakaf Saham, Daarul Quran menggandeng Paytren Aset Manajemen dan Samuel Sekuritas. Hasil penghimpunan wakaf saham ini digunakan untuk membangun lembaga pendidikan setara perguruan tinggi, Institut Daarul Quran (Idaqu).

Lembaga pendidikan ini ditujukan kepada para penghapal Alquran dan masyarakat umum, terutama generasi dhuafa. 

“ Jadikan wakaf sebagai investasi abadi di akhirat kelak. Sejatinya, harta dunia takkan berguna sedikit pun bagi kehidupan akhirat, kecuali harta digunakan di jalan Allah,” kata dia.

2 dari 5 halaman

Mengapa Wakaf Saham?

Ghofur mengatakan wakaf saham dipilih karena instrumen keuangan syariah ini memberikan pahala amal yang mengalir. Bahkan, pahalanya terus mengucur meskipun wakif sudah meninggal dunia. 

Lagipula, potensinya juga besar. Berdasarkan data Badan Wakaf Indonesia (BWI), nilai potensi wakaf tanah mencapai Rp2 triliun dengan luas lahan sekitar 420 ribu hektare.

Untuk wakaf uang, nilai potensinya mencapai Rp188 triliun per tahun.

3 dari 5 halaman

4 Tips Investasi untuk Kaum Milenial

Dream - Kalau dulu milenial dipandang sebagai sosok yang mengedepankan gaya daripada menabung, kini generasi ini disangkutpautkan dengan investasi.

Kaum milenial mulai melek investasi. Sebagian di antaranya punya deposito berjangka, menabung emas, membuka reksa dana, sampai bermain saham.

Akan tetapi, tak sedikit pula yang masih ragu-ragu untuk memulai. Entah karena enggan berinvestasi atau tidak memahami instrumennya.

Supaya tidak kebingungan dengan investasi, pengamat investasi Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, berbagi tip menanam modal untuk milenial.

" Pertama, harus menentukan investasi," kata Bhima dalam peluncuran " Logam Mulia Waris" oleh PT Sampoerna Gold Indonesia di Sampoerna Strategic Square, Jakarta Pusat, Senin 11 November 2019.

Bhima menekankan apakah investasi itu untuk pembelian motor, mobil, atau rumah sendiri. Sebab, cara investasi masing-masing kebutuhan itu berbeda-beda.

Ke dua, generasi milenial harus mau mempelajari instrumen yang cocok untuk generasi milenial. Misalnya, emas digital, saham, obligasi, surat utang, dan lain-lain.

" Pelajari yang paling nyaman dan dimengerti. Bisa juga beli di e-commerce reksa dana dan lain-lain," kata Bhima.

Menurut dia, tak ada batasan usia dalam investasi. Malah, usia seseorang untuk investasi kini semakin muda.

" Sekarang trennya justru anak masih kuliah. Semester awal tapi bisa manage uang yang dikasih orangtua. Semakin dini, semakin bagus. Apalagi, dengan perkembangan teknologi, informasi investasi yang cocok sama umur kita semakin gampang dicari," kata dia.

4 dari 5 halaman

Pahami Risiko dan Ukur Kemampuan

Ke tiga, memahami risiko. Bhima mengatakan orang harus memahami dulu risiko investasi dan jangan ikut latah.

" Ada yang sukses dengan investasi saham, terus kita latah dengan kondisi ekonomi kayak sekarang. Latah ke saham, risikonya gede," kata dia.

Ke empat, Bhima menekankan generasi milenial harus bisa mengukur kemampuan diri dan mengalokasikan dana minimal untuk dialokasikan secara rutin.

" Saya, sih, minimal punya standar 30 persen dari penghasilan itu ditabung untuk investasi. Misalnya, untuk cicil 30 persen. Untuk milenial, 2 bulan dia baru bisa beli emas 5 gram, 10 gram. Itu jadi menarik," kata dia.

5 dari 5 halaman

Survei: Generasi Z Lebih Optimistis daripada Milenial

Dream – Generasi Z disebut-sebut bakal membawa angin segar bagi dunia kerja. Menurut survei, generasi ini juga lebih tahan di tempat kerja daripada kaum milenial yang lahir di kisaran 1982 hingga 1996.

Menurut survei yang dilakukan Korn Ferry, generasi Z membawa banyak optimisme dan punya banyak tujuan. Apalagi, generasi yang lahir pada 1997 hingga 2010 ini termasuk ke dalam angkatan kerja yang nantinya mendominasi pasar tenaga kerja.

Saat ini, Indonesia sedang memasuki era “ bonus demografi”, di mana proporsi jumlah penduduk usia produktif berada di atas dua pertiga dari jumlah penduduk keseluruhan. Hal ini didukung oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yang menyatakan bahwa era “ bonus demografi” akan dialami Indonesia pada periode antara 2020-2030.

Pada rentang tahun tersebut, jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) mencapai sekitar 70 persen, sedangkan 30 persen merupakan penduduk yang tidak produktif. Persentase ini akan semakin ideal saat memasuki masa puncak yaitu antara tahun 2028-2030.

Hasil survei ini menunjukkan dua pertiga responden percaya bahwa generasi Z lebih pede terhadap masa depan daripada generasi Y. Ada 53 persen responden menyebut generasi ini membawa lebih banyak motivasi ke tempat kerja dibandingkan dengan generasi milenial dan lebih dari 54 persen responden berpendapat bahwa Gen Z lebih menekankan pada apakah pekerjaan mereka memiliki tujuan.

" Gen Z lebih optimistis didukung dengan fakta bahwa generasi tersebut adalah generasi yang baru memasuki dunia kerja profesional dan mereka masih sangat bersemangat dan siap menghadapi segala tantangan yang akan muncul," kata Principal Advisory Korn Ferry Indonesia, Melisa Soentoro, di Jakarta.

Melisa mengatakan, rasa optimisme itu berasal dari lingkungan, generasi Z tumbuh di lingkungan yang makmur.

“ Aspek lain yang juga mungkin mempengaruhi adalah faktor lingkungan yang membentuk pola pengasuhan tertentu. Kita telah melihat hampir satu dekade kemakmuran, yaitu era di mana Gen Z dibesarkan,” kata dia.

Beri Komentar