Para Perantau Mengadu Nasib Di Labuhan Bajo. (Foto: Dream.co.id/Maulana Kautsar)
Dream - Pria berseragam biru mengipasi bara. Sesekali, dia tata beberapa tusuk daging di atas panggangan arang yang terbakar.
Pria itu tengah menyiapkan sajian khas tempatnya bekerja, Warung Bangkalan Abah Turi. Seperti namanya, warung itu memang milik pengusaha sate asal Bangkalan, Jawa Timur.
Lokasi tempat makan tak sampai 10 menit dari Bandara Internasional Komodo di Labuhan Bajo. Berbagai menu khas Madura tersaji. Ada sate kambing, sate ayam, gulai, sop kambing, ayam goreng, dan ikan bakar maupun goreng.
Najwa duduk di meja di sudut warung, sibuk menata catatan sembari melihat pelanggan menyantap sajian. Oleh pemilik warung yang tidak lain adalah orangtuanya, Najwa dipercaya sebagai kasir.
" Pak Fadil," kata Najwa menyebut nama ayahnya, Jumat, 9 Agustus 2019.
Kepada Dream, remaja putri itu mengatakan telah tinggal di Labuhan Bajo sejak usia 6 tahun. Sebelumnya, dia tinggal di Ende.
" Bapak asal Madura dan pindah ke Ende," kata dia.
Najwa menyebut warung makannya sudah punya lima cabang. " Lima di Ende, dua di sini (Labuhan Bajo)" kata dia.
Di Ruteng, Manggarai Tengah, Sartini sedang menegur perempuan yang menggosok pantat panci.
" Jangan terlalu keras, nanti berlubang," kata Sartini.
Logat Sartini beda dengan 'mama-mama' khas Flores. " Saya dari Solo," ujar dia.
Sartini berasal dari Palur, kota di barat Solo, Jawa Tengah. Kota itu masuk Kabupaten Sukoharjo.
Dari tempat lahirnya, Sartini merantau jauh ke Roteng mengikuti suaminya. Sejak 2007, dia membuka warung makan untuk mencari tambahan penghasilan.
" Suami kerja di Kodim, tentara, saya cari peluang," ucap dia.
Soto ayam, soto daging, serta makanan ramesan dia jual. Warungnya terletak berdampingan dengan rumahnya di tepi jalan Kartini, tak jauh dari Markas Brimob.
Dream - Takbir berkumandang dari pengeras suara Masjid Al Istiqamah, Kampung Ronting, Desa Satar Kampas, Kecamatan Lambaleda, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Minggu, 11 Agustus 2019. Sejak pukul 06.00 WITA, warga berbondong-bondong mendatangi masjid untuk melaksanakan Sholat Id berjemaah.
Ketua Takmir Masjid Al Istiqamah, Safrudin Haji Umar, mengatakan sholat akan dimulai sekitar pukul 07.00 WITA. Usai sholat Id, prosesi dilanjutkan dengan pemotongan 11 sapi.
" Ada 10 sapi dari Dompet Dhuafa dan 1 Yayasan Al Azhar Indonesia," ujar pria yang disapa Abu ini.
Abu mengumumkan pemotongan dibagi menjadi tiga tahap. Di tahap pertama, sebanyak enam ekor sapi akan disembelih.
" Untuk hari pertama distribusi akan dilakukan ke lima kampung," ujar dia.
Kampung yang akan kebagian daging sembelihan yaitu Kampung Ronting, Waso, Binaan, Dampek, Nanga Pede, Nanga Lirang.
Sekretaris Takmir Masjid Al Istiqamah, Julfakar, mengatakan warga di pesisir Ronting juga bakal mendapat daging.
" Kalau di sini dibagi rata hampir semua tak bisa dibedakan, hampir semuanya dapat semua," kata Julfakar.
Marketing Communication Dompet Dhuafa, Ika Atika, mengatakan kurban di Pulau Ronting merupakan upaya memeratakan penerimaan daging kurban. Program ini telah digelar sejak 1994.
" Program Tebar Hewan Kurban yang digelar Dompet Dhuafa untuk memeratakan penerimaan hewan kurban di luar Jakarta," kata Ika.
Menurut Ika, saat ini sebaran hewan kurban Dompet Dhuafa mencapai di pulau terpencil, daerah bencana, dan daerah minoritas
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah