Aksi Merger dan Akuisisi Bisnis Makanan Halal Minim

Reporter : Syahid Latif
Rabu, 24 Februari 2016 12:39
Aksi Merger dan Akuisisi Bisnis Makanan Halal Minim
Dalam beberapa tahun terakhir, aksi merger dan akuisisi sangat jarang dilakukan.

Dream - Pengeluaran masyarakat muslim dunia untuk makanan halal terus meningkat dengan cepat tiap tahun. Namun pebisnis kuliner tampaknya masih berhati-hati.

Ahli industri makanan halal mengungkapkan aktivitas merger dan akuisisi di industri ini terbilang masih sangat minim.

" Kurangnya informasi keuntungan dari langkah akuisisi perusahaan makanan halal menjadi alasan utama mengapa aktivitas ini sangat minim di tingkat global dan regional," kata Managing Director Raqam Consultancy, Hassan Bayrakdar mengutip laman Zawya, Rabu, 24 Februari 2016.

Laporan terbaru Halal Food M&A Activity and Opportunities dari Thomson Reuters Oktober lalu menunjukan pengeluaran masyarakat dunia di sektor makanan dan minuman pada 2014 mencapai US$ 1,1 triliun.

Sementara Global Islamic Economy Report melaporkan pasar makanan halal dunia diperkirakan melonjak US$ 2,537 triliun hingga 2019. Namun dari perkiraan US$ 795 miliar pada 2014.

Menurut Bayrakdar, alasan lain terbatasnya aktivitas M&A di pasar makanan halal adalah minimnya pemahaman regulasi halal di masing-masing negara.

" Jika regulasi tak bisa dipahami, mereka cenderung menghindarinya...mereka khawatir akan ditolak. Contohnya regulasi di Malaysia berbeda dengan Uni Emirat Arab," katanya.

Laporan Halal Food M&A Activity and Opportunities menyebut setidaknya telah terjadi 400 kerjasama bisnis industri makanan di negara anggota OKI dengan rata-rata nilai US$ 2,1 miliar antara 2012 sampai 2015.

Sebagian besar kerjasama ini dilakukan produsen makanan khususnya di negara Asia Pasifik anggota OKI.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, transaksi M&A bisnis makanan halal di negara mayoritas muslim justru melambat.

Beri Komentar