Ini faktor kenapa negara Afrika Barat itu bangkrut
Dream - Pemerintah Ghana telah masuk dalam jurang kebangkrutan, setelah gagal membayar utang milaran dolar kepada para kreditor internasional pada bulan Desember 2022.
Akibatnya, Pemerintahan Presiden Nana Akufo-Addo tidak memiliki pilihan selain menyetujui pinjaman sebesar US$3miliar (sekitar Rp46,2 triliun) dari pemberi pinjaman terakhir, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF).
Namun pada bulan Mei, presiden Ghana menyampaikan bahwa dana talangan IMF sebesar US$3 miliar itu tidak akan secara instan menyelesaikan masalah-masalah ekonomi negara ini.
Lalu apa penyebab kebangkrutan Ghana sebenarnya?
Pada dasarnya bantuan IMF akan membantu krisis keuangan di Ghana, di mana organisasi-organisasi pemerintah di negeri itu disebut berutang miliaran dolar kepada para kontraktor.
Menurut Business Insider, krisis keuangan tersebut telah berdampak luas, dengan banyaknya kontraktor yang memberhentikan para pekerja, sehingga memperparah masalah pengangguran di negara tersebut.
Kepala eksekutif sebuah asosiasi perusahaan konstruksi Ghana, Emmanuel Cherry, baru-baru ini mengungkapkan bahwa pembayaran kembali dari pemerintah kepada para kontraktor mencapai 15 miliar cedis atau sekitar US$1,3 miliar, nominal ini belum dengan bunga.
Pemerintah Ghana juga berutang kepada produsen listrik independen sebesar US$1,58 miliar dan terancam mengalami pemadaman listrik yang meluas.
Dalam laporan tersebut, ini merupakan ke-17 kali Ghana terpaksa meminta bantuan dana dari IMF sejak kemerdekaannya pada tahun 1957.
demikian sebagian isi laporan tersebut.
IMF mempresentasikan sebuah rencana penyelamatan komprehensif untuk mengatasi utang Ghana, mengendalikan pengeluaran, meningkatkan pendapatan, dan melindungi populasi yang paling rentan, sambil bernegosiasi dengan para kreditor asing.
Masalah ini akan menjadi topik diskusi yang signifikan pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang akan datang. Beban utang yang terus meningkat bagi negara-negara berkembang, yang diperkirakan melebihi US$200 miliar, juga akan menjadi topik utama diskusi.
Laporan ini mencatat bahwa pinjaman IMF baru-baru ini membantu menstabilkan ekonomi dengan mengurangi perubahan mata uang dan meningkatkan kepercayaan. Bahkan dengan inflasi yang masih sekitar 40 persen, inflasi telah menurun dari puncaknya yang mencapai 54 persen di bulan Januari.