Ilustrasi (Foto © MEN)
Dream - Pemerintah telah menetapkan Idul Adha 1444 H di Indonesia jatuh pada Kamis, 29 Juni 2023. Selain sholat Idul Adha, hari raya umat Muslim ini diiringi dengan penyembelihan hewan kurban.
Penyembelihan biasanya berlangsung pada 10 Dzulhijjah sampai pada tiga hari tasyrik, yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Penyembelihan hewan kurban di Indonesia biasanya juga berupa sapi, kambing dan domba.
Orang yang melakukan kurban disebut shohibul kurban. Berkurban adalah ibadah sunnah muakkadah yakni bagi umat Islam yang sudah balig, berakal, dan mampu.
Lantas sebenarnya berapa biaya yang harus dikeluarkan jika ingin membeli hewan kurban untuk Idul Adha? Berikut ulasannya:
Salah satu lembaga yang memfasilitasi jasa pembelian hewan kurban adalah Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Dikutip dari laman resmi baznas.go.id, berikut daftar harga sapi dan kambing kurban 2023:
Domba/Kambing Premium
Bobot : 27-29 Kg
Harga : Rp2,9 Juta
Domba/Kambing Medium
Bobot : 23-26 Kg
Harga : Rp2,6 Juta
Domba/Kambing Platinum
Bobot : 30-33 Kg
Harga : Rp3,3 Juta
Sapi 1/7
Bobot : 250-300 Kg
Harga : Rp2,9 Juta
1 Ekor Sapi
Bobot : 250-300 Kg
Harga : Rp20,3 Juta
Dream – Umat Islam disunahkan menyembelih hewan kurban saat Idul Adha. Dalam Islam, menyembelih hewan kurban hukumnya sunnah muakad, artinya sangat dianjurkan bagi yang mampu.
Hewan yang bisa dikurbankan adalah sapi, kambing, domba, kerbau, hingga unta. Namun, hewan-hewan itu harus memenuhi syarat untuk dijadikan kurban.
Secara umum, kriteria hewan yang layak menjadi hewan kurban adalah sehat, tidak cacat, dan berumur cukup. Sementara, terkait besar dan kecilnya adalah relatif.
Jika semuanya telah sesuai kriteria, maka langkah selanjutnya adalah memastikan kesehatan hewan ternak.
Berikut ini adalah tips untuk mengenali ciri-ciri hewan sehat saat hendak membelinya di pasar atau di kandang peternak.
Dikutip dari Liputan6.com, menurut Dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Supratikno, hewan kurban yang sehat memiliki ciri aktif seperti bergerak, saling menaiki, nafsu makan baik, rambut atau bulu tidak kusam, cermin hidung basah, mata bersinar, mulut, hidung dan anus bersih.
Hewan kurban yang sehat biasanya juga memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH). Untuk mengetahui hewan kurban sehat, setidaknya ada beberapa, yaitu:
Lanjut dia mengatakan, syarat hewan kurban Idul Adha berikutnya adalah tidak cacat.
Dream - Dengan penghasilan yang berkurang, resesi ekonomi ternyata turut berpengaruh pada jumlah masyarakat yang menunaikan kurban di Idul Adha 1444 H. Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memproyeksikan potensi ekonomi kurban Indonesia tahun 2023 mencapai Rp24,5 triliun yang berasal dari 2,08 juta pekurban (shahibul qurban).
Proyeksi tersebut turun dari tahun lalu yang diestimasikan mencapai Rp24,3 triliun dari 2,17 juta orang pekurban. Dari perbandingan tersebut, diperkirakan akan ada penurunan sekitar 90 ribu pekurban pada tahun 2023 ini.
Meski pandemi telah berakhir dan mobilitas masyarakat telah sepenuhnya normal, Direktur IDEAS Yusuf Wibisono menjelaskan, resesi global telah melemahkan kembali pemulihan ekonomi pasca pandemi.
" Melemahnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga pangan dan energi, yang antara lain terlihat dari rendahnya inflasi saat Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini yang baru saja berlalu, menyebabkan kami mengambil estimasi kurban yang konservatif,” kata Yusuf Wibisono dalam keterangannya, dikutip Jumat, 23 Juni 2023.
Dari 2,08 juta keluarga Muslim berdaya beli tinggi yang berpotensi menjadi shahibul qurban, kebutuhan hewan kurban terbesar adalah kambing-domba sekitar 1,23 juta ekor, sedangkan sapi-kerbau sekitar 505 ribu ekor.
“ Dengan asumsi berat kambing-domba antara 20-80 kg dengan berat karkas 41 persen serta berat sapi-kerbau antara 250-750 kg dengan berat karkas 57 persen, maka potensi ekonomi kurban 2023 dari sekitar 1,74 juta hewan ternak ini setara dengan 103,0 ribu ton daging,” tutur Yusuf.
IDEAS juga menilai Indonesia sejak lama mengalami kesenjangan konsumsi makanan yang lebar, yang berakar dari kesenjangan pendapatan. Kesenjangan dalam konsumsi makanan terlihat jelas pada jenis makanan penting yang harganya mahal sehingga tidak mampu dijangkau masyarakat kelas bawah, seperti daging.
“ Pada 2022, rata-rata penduduk di persentil tertinggi (1 persen kelas terkaya) mengkonsumsi 5,31 kg daging kambing dan sapi per kapita per tahun, 294 kali lebih tinggi dari rata-rata penduduk di persentil terendah (1 persen kelas termiskin) yang hanya mengkonsumsi 0,02 kg daging per kapita per tahun,” ungkap Yusuf.
Lebih lanjut, dengan dampak resesi global yang dinilai semakin terasa dan lebih keras menghantam kelompok miskin, kesenjangan konsumsi daging cenderung akan semakin memburuk. Maka kehadiran kurban di tengah resesi global menjadi sangat berarti bagi si miskin.
“ Kurban berpotensi berpotensi besar memperbaiki akses kelompok miskin pada pangan penting yang harganya mahal ini. Akses yang lebih merata akan menurunkan tingkat ketimpangan konsumsi daging,” ujar Yusuf.
Yusuf menambahkan, besarnya potensi kurban dan rendahnya konsumsi daging masyarakat berpeluang besar menurunkan ketimpangan konsumsi daging yang sangat tinggi antara kelas bawah dan kelas atas.
Hal ini dapat terjadi ketika fokus pada pendistribusian daging kurban untuk kelompok masyarakat dengan konsumsi daging terendah.
“ Pada 2022, kami mengidentifikasi setidaknya terdapat 74,2 juta orang mustahik yang merupakan kelompok dengan konsumsi daging terendah, karenanya paling berhak menerima daging kurban,” ucap Yusuf.
Mustahik prioritas yang paling tepat menerima daging kurban tersebut terdiri dari 5,2 juta mustahik miskin ekstrem (dibawah 0,8 garis kemiskinan/GK), 11,4 juta mustahik miskin (0,8 – 1,0 GK), 16,5 juta mustahik hampir miskin (1,0-1,2 GK) dan 41,1 juta mustahik rentan miskin (1,2-1,6 GK).
Menurut Yusuf, jika dapat melakukan pentargetan secara sempurna kepada 74,2 juta mustahik prioritas, di mana mustahik dengan kelas ekonomi lebih rendah mendapatkan alokasi daging kurban yang lebih banyak, maka kesenjangan konsumsi daging berpotensi kuat dapat diturunkan secara signifikan.
“ Simulasi kami menunjukkan, jika dapat dilakukan rekayasa sosial dalam pendistribusian daging kurban, yang mengizinkan pentargetan secara sempurna kepada 74,2 juta mustahik prioritas, maka kesenjangan konsumsi daging yang diukur dalam gini rasio berpotensi turun signifikan, dari 0,61 menjadi 0,38,” tutup Yusuf.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah

UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini

Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun

Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000

NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia


Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan

Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!

Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025

Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025

Clara Shinta Ungkap Rumah Tangganya di Ujung Tanduk, Akui Sulit Bertahan karena Komunikasi Buruk


Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu