Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Konflik di tempat kerja adalah sebuah hal yang alami dan pasti terjadi di perusahaan atau organisasi mana pun. Gesekan ini bisa terjadi, mulai dari tahapan pekerja sampai manajer tingkat atas.
Dikutip dari Karir.com, Senin 2 Maret 2020, dalam taraf tertentu, konflik dalam dunia kerja bisa menjadi nilai positif untuk meningkatkan sikap kompetitif antar divisi.
Tapi, dalam jangka panjang konflik internal bisa menjadi salah satu faktor yang dapat mengganggu kinerja perusahaan. Lalu, bagaimana sebaiknya cara menghadapi konflik internal di dalam perusahaan?
Pertama, berkomunikasi secara sehat. Komunikasi internal yang kurang baik bisa menjadi sebuah faktor pemicu konflik internal. Tidak jarang masalah konflik internal hanya berasal dari komunikasi yang tidak baik antara satu karyawan dengan karyawan lainnya.
Untuk menghindari hal ini sebisa mungkin untuk membangun komunikasi yang sehat dan jelas jika berkaitan dengan pekerjaan. Buatlah komunikasi tercatat antara kedua belah pihak menggunakan memo atau media lainnya yang bisa diakses oleh kedua belah pihak.
Dengan cara ini kedua belah pihak bisa saling mengetahui materi apa saja yang dibahas sehingga mengarah ke bahasan lain yang bisa memperburuk keadaan.
Kedua, bekerja sesuai dengan tanggung jawab. Setiap pekerja di perusahaan tentu punya job description dan juga tanggung jawab masing-masing. Job description tersebut disusun agar setiap pekerja mampu berkontribusi ke perusahaan sesuai dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing.
Tapi tidak jarang untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut kita harus bersinggungan dengan pekerja atau divisi lain di dalam perusahaan. Tidak jarang singgungan ini menjadi awal drama konflik internal yang panjang dan melelahkan.
Agar tidak terjadi konflik yang berlebihan, usahakan untuk selalu bekerja sesuai porsi dari tanggung jawab masing-masing. Jika ada sebuah pekerjaan yang memang harus bersinggungan dengan divisi lain, pasti kita tidak melanggar wewenang yang kita miliki.
Ketiga, ada sinergi manajerial. Sebagai pemangku kebijakan di perusahaan, manajemen tingkat atas juga perlu membuat peraturan untuk mengelola konflik internal.
Manajemen bisa membuat peraturan yang harus dilakukan oleh seluruh pihak yang berkepentingan jika terjadi sebuah konflik.
Peraturan tersebut bisa berupa memo atau berupa SOP yang mengatur cara penyelesaian konflik berdasarkan kepada wewenangnya masing-masing. Dengan melakukan hal ini diharapkan konflik bisa diselesaikan oleh seluruh pihak tanpa harus mengorbankan waktu dan juga produktivitas setiap pekerja yang terlibat.
Dream – Perubahan teknologi dan gaya hidup di masyarakat telah mengubah dunia bisnis secara perlahan-lahan. Tanpa disadari kini gaya hidup kita menjadi lebih modern dan fleksibel. Hal itu juga berlaku di dunia kerja.
Dikutip dari Karir.com, Rabu 24 Juli 2019, ada tiga tren yang mulai muncul di dunia kerja seiring dengan perkembangan teknologi.
Perubahan pertama yang paling terlihat adalah freelancing yang mulai banyak menjadi pilihan karier.
Menjadi seorang freelance atau paruh waktu mungkin bukan sebuah pilihan karir yang utama di era 80-90an. Ketidakpastian waktu kerja dan penghasilan yang tidak tetap menjadi pertimbangan mengapa menjadi seorang freelancer tidak menjadi pilihan utama.
Namun, dengan situs yang menyediakan pekerjaan paruh waktu, freelance mendapatkan tempat di hati para pekerja. Dengan menjadi pekerja freelance, mereka merasa lebih bebas untuk bekerja daripada harus hidup terkekang dalam kehidupan kantor.
Selain itu, para pekerja lepas juga merasa lebih dihargai kemampuannya. Yang mengatur pekerjaan adalah mereka sendiri.
Semakin mahalnya biaya sewa gedung dan area perkantoran menjadikan co-working space menjadi pilihan utama untuk bekerja. Biasanya co-working space ini digunakan oleh perusahaan-perusahaan startup yang masih belum mampu menyewa gedung operasional.
Selain digunakan oleh perusahaan startup, co-working space juga banyak digunakan oleh para pekerja freelance yang ingin mendapatkan suasana berbeda ketika bekerja.
Co-working space biasanya sudah menyediakan berbagai fasilitas yang bisa digunakan oleh penyewa seperti telepon, air minum, toilet, wifi bahkan hingga ruang rapat. Harga untuk menyewa co-working space ini sangat bervariasi dan tergantung dari fasilitas apa saja yang ingin digunakan.
Harga rata-rata yang dipatok untuk menikmati co-working space ini berkisar antara Rp1,5 – Rp2 juta per bulan untuk fasilitas lengkap.
Semakin banyaknya teknologi pendukung untuk sebuah perusahaan beroperasi membuat perusahaan tidak perlu mengawasi pekerjanya selama 24 jam. Berbagai laporan dan hasil pekerjaan bisa langsung dipantau dengan teknologi cloud server.
Hal ini memungkinkan para pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dari rumah tanpa perlu repot datang ke kantor. Memang tidak semua perusahaan mengadaptasi hal ini sekarang.
Tetapi di masa depan bukan tidak mungkin gedung perkantoran tidak terlalu dibutuhkan dan hanya digunakan pada saat-saat tertentu saja.
Tiga contoh ini hanyalah gambaran singkat tentang tren yang terjadi di dunia kerja. Tapi, tidak berarti hal ini tidak terjadi di Indonesia dalam waktu yang singkat.
Dalam menyikapi perubahan trend ini tidak ada salahnya bagi para fresh graduates atau yang sedang mencari kerja untuk mulai sedikit belajar mengenai teknologi-teknologi terbaru. Carilah informasi mengenai cloud software yang saat ini banyak digunakan seperti Slack, Trello, Google Product dan sejenisnya.
Semakin terbiasa kalian menggunakannya, kalian akan semakin mudah untuk beradaptasi di masa depan nantinya. Nah, apakah kalian setuju?
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN