Eman Sulaeman (Foto: Timestechnet.com)
Dream - Eman Sulaeman bergerak lincah. Di bawah mistar gawang, ia jatuh bangun menghalau bola. Lari ke kanan kiri. Tangkas, menerka ke mana arah bola yang ditembakkan pemain lawan.
Juru gedor sang rival dibuat frustasi. Bola sepakan mereka selalu kandas menusuk jala yang dijaga Eman. Penonton terpana.
Gemuruh tepuk tangan hingga siulan terdengar, tatkala pemuda itu menggagalkan lagi gol tim lawan. Ia menyapu bola jauh-jauh keluar dari areanya.
Eman terlahir dengan disabilitas. Kakinya tidak sempurna; kaki kanannya hanya sebatas pergelangan, sedangkan kaki kirinya sebatas lutut. Di atas lapangan, ia bertumpu dengan kaki kanannya, sementara tangan kirinya ikut membantu menahan badan ketika sedang menguasai bola.
Toh, Eman tidak terlihat canggung. Ia justru perlihatkan kemampuan memukau yang belum tentu dimiliki orang berfisik 'normal'.
Hebatnya lagi, pertandingan itu merupakan kejuaraan sepakbola berlevel internasional, Homeless World Cup (HWC) 2016. Disaksikan banyak orang dari berbagai penjuru dunia.
Kegigihan Eman mengundang decak kagum. Beberapa media di Benua Biru memuji ketangguhannya, kendati memiliki keterbatasan fisik. Eman bahkan terpilih menjadi kiper terbaik di turnamen yang berlangsung di Glasgow, Skotlandia, 12 Juli kemarin.
Sering dicibir...
Perjalanan Eman sampai di titik ini jelas tak mudah. Terlebih ia hanya seorang pemuda cacat yang hidup pas-pasan. Sejak lahir ia sudah mengalami disabilitas.
Eman yang berasal dari Majalengka ini sehari-hari mengais rezeki dengan membuka jasa servis ponsel di kampungnya. Dari pekerjaan itulah ia membiayai hidupnya bersama kedua orangtua.
Ada kalanya beban ekonomi dan cibiran fisik dari orang-orang sekitar membuat Eman stres. Kalau sudah begitu, sepakbola menjadi satu-satunya media pelarian paling ampuh.
Ya, jika sedang penat atau di saat senggang, Eman selalu menyempatkan diri bermain sepakbola. Hobi yang sudah digelutinya sejak sekolah di SMKN 1 Majalengka. Hobi ini pula yang kemudian membawanya mengenal Rumah Cemara, komunitas yang menjadi national organizer untuk Homeless World Cup (HWC).
Bersama beberapa pemuda lainnya Eman mengikuti seleksi turnamen yang digelar Rumah Cemara. Tak dinyana ia lolos. Terpilih mewakili Indonesia dalam turnamen internasional HWC 2016.
" Saya ingin turut mengharumkan Indonesia, dan membuat senang orangtua," katanya sebelum berangkat ke Skotlandia.
Bersama 7 orang pemain lainnya, Eman resmi terbang ke Eropa. Menjadi satu-satunya pemain difabel di antara rombongan tim Indonesia tak menyurutkan semangat pemuda berusia 27 tahun itu.
Semangat itu tak padam tatkala ia tampil di atas lapangan Glasgow. Serangan demi serangan tim lawan dilibas.
Di luar lapangan, Eman boleh menggunakan kursi roda. Tapi di dalam lapangan, Eman terbukti mampu beraksi lincah bergerak mengamankan gawang. Berkali-kali penyelamatan dilakukan.
Dijuluki...
Karena kelihaiannya ini, media Inggris, Daily Record sampai menjulukinya kiper dengan gerakan refleks seperti kucing. Media asing lainnya, Mirror juga memuji aksi cemerlang Eman di lapangan.
Sayangnya, perjuangan Eman dan kawan-kawan di ajang HWC 2016 belum membuahkan hasil maksimal. Indonesia belum berhasil menjuarai kejuaraan sepakbola tunawisma dunia itu.
Meski demikian, Eman dan kawan-kawan tampil cukup cemerlang. Tim Indonesia sukses menjadi runner up Grup G di babak pertama melawan Meksiko.
Kemudian di putaran kedua mereka kembali berhasil mengalahkan lawan-lawan dengan skor besar yakni Rumania (4-3), Denmark (9-4) dan tuan rumah Skotlandia (10-3). Walaupun akhirnya harus dikandaskan tim Portugal di laga ketiga.
" Dengan membela HWC saya dapat banyak pengalaman, meski kami harus kalah. Pertandingan paling berkesan itu saat melawan Meksiko dan Portugal, mereka kuat sekali," ujar Eman.
Meski belum bisa membawa Indonesia menggondol piala, Eman Sulaeman terpilih menjadi kiper terbaik dalam HWC 2016. Rasa syukur, haru sekaligus bangga berkecamuk jadi satu.
" Alhamdulillah. Sungguh luar biasa seneng, bahagia, bangga bisa terpilih menjadi kiper terbaik," ungkap Eman penuh syukur.
Penghargaan ini dipersembahkan Eman bagi kedua orangtuanya yang selalu mendukung penuh pilihannya untuk serius di dunia sepakbola. Tak peduli sulitnya hidup di tengah segala keterbatasan.
" Penghargaan ini saya persembahkan buat kedua orangtua yang terus mendukung dari kecil hingga sekarang," kata dia.
Pengalaman dan pencapaian yang diraih Eman tak lantas membuatnya berpuas diri. Masih ada satu misi yang ingin sekali ia jalani saat ini. Menjadi motivator bagi anak-anak muda difabel yang bernasib sama sepertinya.
Kepada mereka Eman ingin berbagi ilmu dan motivasi, keterbatasan fisik tidak otomatis menghalangi seseorang untuk berprestasi. Asalkan mereka percaya diri dan tak berkecil hati.
" Yang jelas saya termotivasi untuk bisa buktikan bahwa orang-orang seperti saya bisa berprestasi bagi Indonesia. Kemampuan yang terbaik, dicurahkan. Kuncinya jangan berdiam diri, yakin bahwa masing-masing punya pengalaman," kata dia.
(Berbagai Sumber)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR