Endy Abdurrahman dan Mimpi Pionir Bank Syariah

Reporter : Maulana Kautsar
Senin, 4 Januari 2016 13:36
Endy Abdurrahman dan Mimpi Pionir Bank Syariah
Di bawah kendalinya, Bank Muamalat memiliki obsesi menjadi pemimpin di sektor industri perbankan syariah nasional.

Dream - Sejak pagi pria berkacamata itu telah sibuk dengan aktivitasnya. Hari itu, Minggu, 20 Desember 2015, menjadi hari bersejarah bagi dia dan segenap karyawan yang dia pimpin. Direktur Utama Bank Muamalat Endy Abdurrahman berangsur akan menempati markas baru di Muamalat Tower, Kuningan, Jakarta.

Endy mungkin baru setahun menjabat sebagai orang nomor satu di lembaga pionir perbankan syariah di Indonesia itu. Sebelumnya, dia menjabat sebagai Direktur HRD Bank Ekonomi, bank bersistem konvensional di bawah naungan HSBC.

Tetapi, di bawah kendalinya, Bank Muamalat bekerja keras untuk menjadi yang utama di industri perbankan syariah. Sejumlah harapan tersemat, Bank Muamalat harus bisa menjadi pembeda dengan sistem konvensional.

Meski begitu, Endy mengaku ada tugas berat ke depan. Walaupun sebagian besar penduduk Indonesia merupakan Muslim, banyak dari mereka belum akrab dengan sistem perbankan syariah. Hal ini menjadi tantangan bagi Endy dan seluruh karyawan Bank Muamalat untuk memperkenalkan sistem syariah secara lebih massif.

Disela peresmian kantor baru, jurnalis Dream Maulana Kautsar bersama sejumlah jurnalis media lokal, sempat mewawancarai Endy. Dia menceritakan mengenai kiprah ekonomi syariah dan perjalanan pionir Bank Muamalat. Lantas apa mimpinya dalam bisnis perbankan syariah ini?

Bank Muamalat dikenal sebagai pionir bank syariah di Indonesia. Bagaimana Bank Muamalat membawa perubahan gaya hidup masyarakat?

Bank Muamalat sebagai pionir dalam perbankan syariah ini punya tugas dan kewajiban untuk memberikan sebanyak mungkin infrastruktur dan kesempatan sehingga kalangan Muslim dapat berbanking dengan industri syariah. Karena yang kita berikan tidak ada bedanya dengan bank-bank konvensional. Dari sisi produk, convenience, kenikmatan dan lain sebagainya. Nah itu yang tugas kami untuk membangkitkan semangat syariah kepada lebih luas.

Bagaimana Anda melihat pertumbuhan ekonomi syariah? Melihat asetnya sendiri sudah sekitar 5 persen?

Saya rasa kalau kita berbicara dan melihat pertumbuhan asetnya, memang agak tertahan 5 persen. Tapi kalau kita melihat jumlah masyarakat penabungnya jumlahnya jauh lebih banyak.

Orang Indonesia jauh lebih banyak bermain di retail?

Ya (masyarakat) Indonesia lebih banyak di retail. Kalau kita tiga aspek industri syariah, ada retail consumer, corporate banking, dan ada investment banking. Kalau investment banking memang yang besar ada di Timur Tengah dan Eropa. Kalau kita bicara corporate banking mungkin yang besar di Malaysia. Kalau kita bicara retail consumer, dunia melihat Indonesia sebagai pusatnya. Kalau kita melihat total jumlah nilainya, jumlahnya mungkin kecil, tapi cakupan nasabah, jumlahnya sangat besar. Bank Muamalat sendiri nasabahnya sudah mencapai empat juta lebih.

 

1 dari 3 halaman

Separuh Belanja Modal untuk IT

Separuh Belanja Modal untuk IT © Dream

Apakah tahun depan cakupan online akan dikembangkan lagi?

Pastinya. Ke depannya bank ini akan diarahkan ke arah digital. Jadi di jalur perbankan itu, digitalisasi akan semakin maju ke depannya dan akan dikembangkan lagi. ATM adalah taraf pertama dari elektronik banking.

Sejauh ini berapa banyak Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang dimiliki Bank Muamalat?

Kami telah menyediakan sekitar 1.998 unit ATM. Kami belum akan menambah tahun depan, namun kami akan maksimalkan dulu yang ada.

Untuk modal infrastruktur penunjang, apakah akan ditingkatkan di tahun depan?

Kami akan terus kita tingkatkan. Belanja modal di 2015 ini telah banyak dan di 2016 mendatang kami akan tingkatkan lagi.

Berapa yang dihabiskan?

Saya tak perlu menyebutkan angkanya. Yang pasti jumlahnya sangat besar. Tapi jumlah sebesar 50 persen telah dihabiskan untuk IT. Dan IT akan menjadi tonggak penting bagi Bank Muamalat karena visi yang dicanangkan Bank Muamalat tadi. Kami harus mampu memberikan layanan yang cepat tadi. Sebab, IT akan menjadi penunjang penting bagi kemajuan industri perbankan ke depan.

Jelang pergantian tahun, Bank Muamalat juga membuat rencana jangka panjang. Meski begitu, Endy mengatakan target Bank Muamalat di 2016 tidaklah muluk-muluk. Dia beralasan, Bank Mualamat masih berada dalam fase pertama, yaitu fase membangun pondasi infrastuktur dan sistem untuk visi jangka panjang mereka.

 

2 dari 3 halaman

Mau Apa di 2016?

Mau Apa di 2016? © Dream

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di 2015 telah membuat intensif untuk jaringan induk di tahun 2016. Bagaimana strategi Bank Muamalat sendiri sejauh ini?

Ya kami mungkin satu-satunya bank syariah yang tidak mempunyai jaringan induk di Indonesia. Untuk itu kami, mau tidak mau kami harus bisa bersaing tidak hanya dengan memanfaatkan e-channel tapi dengan berbagai inovasi produk. Contohnya, kita melakukan kerja sama dengan Manulife Insurance. Selain itu ada juga mobile banking. Bank Muamalat adalah satu-satunya bank syariah yang sudah masuk ke mobile banking.

Dengan inovasi produk ini nantinya Bank Muamalat akan bersaing dengan bank-bank syariah yang memiliki ‘orangtua’. Kami juga berharap dengan inovasi produk itu dapat memosisikan diri sejajar dengan bank-bank konvensional besar seperti Bank Mandiri, BCA, BRI, BNI dan lain-lain. Sebab, nasabah juga menginginkan perbankan syariah yang modern, berkualitas, produknya banyak, dan dapat aksesnya mudah.

Kami juga akan memacu industri ini menjadi industri yang moden dan profesional. Kami tidak ingin dikonotasikan sebagai bank kelas dua. Tidak sama sekali.

Visi Bank Muamalat di tahun mendatang seperti apa?

Kami di tahun 2015 ini kami mencanangkan tahun perbaikan. Nah, di 2016 seiring dengan harapan pemerintah mengenai ekonomi yang positif, kami tidak akan terburu-buru untuk membuat target yang muluk-muluk. Tentu kami berharap pertumbuhan yang positif. Kami akan mengeset pertumbuhan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional 15 persen. Sebab, kami telah mencanangkan tiga fase panjang Bank Muamalat.

Apa tiga fase tersebut?

Fase pertama, di 2015-2017 merupakan perbaikan untuk infrastruktur dan sumber daya manusia. Di fase kedua, 2018-2020, kami berharap infrastruktur yang telah dibangun dari tahun sebelumnya dapat membawa Bank Muamalat melampaui industri perbankan secara umum. Kami yakin dengan infrastruktur yang sudah dibangun itu kami dapat tumbuh berkesinambungan.

Adapun fase yang ketiga, 2020-2025 kami berharap Bank Muamalat dapat menjadi pemimpin dan melaju melampaui pesaingnya. Dan kami berharap bank-bank syariah pada umumnya, sudah dapat bersaing dengan bank-bank konvensional lain, dari sisi produk, profesionalisme, kecepatan, dan sebagainya.

Pada saat itu juga, industri syariah juga sudah dilirik kalangan muda yang mencari kerja. Selain itu kami berharap, di tahun itu industri syariah di Indonesia juga telah berkembang pesat.

Lifestyle hijab dan kecenderungan ke sistem syariah mulai hidup, bagaimana seharusnya peran bank syariah melihat fenomena ini?

Seperti sebelumnya saya bilang tadi, bank syariah harus bisa menyediakan solusi perbankan yang convenience, yang baik bagi nasabah kita. Saya meyakini ke depannya, populasi Islam kita adalah populasi Islam yang modern. Untuk itu kita tidak bisa lagi hanya memaksa orang untuk memakai bank syariah karena perbankan syariah menggunakan asas kepercayaan. Tapi kita harus mampu membangun sesuatu yang lebih modern. Contohnya yang mereka yang berhijab. Mereka mampu mengubah gaya hijab dengan menyesuaikan dengan gaya yang ada di masa kini.

 

3 dari 3 halaman

Harapan Masifnya Perbankan Syariah

Harapan Masifnya Perbankan Syariah © Dream

Apa perbedaan yang terasa saat memimpin bank syariah dengan bank konvensional?

Kita selalu melihat seolah-olah ada garis. Tapi sesungguhnya tidak ada perbedaan. Bedanya ini sebuah produk berbasis ajaran Islamnya. Kalau kita bicara bank, ya sama secara umumnya.

Apakah Anda sempat mengalami kekagetan ketika masuk bisnis syariah ini?

Enggak. Hahaha ...

Apa harapan bagi perbankan syariah di Indonesia?

Harapan kami dengan majunya perbankan syariah dan semakin majunya pendidikan masyarakat Indonesia terutama yang Islam, terutama yang mengikuti dan mengetahui bahwa kewajiban juga sebagai seorang Muslim untuk tidak saja salat lima waktu dan puasa tetapi juga untuk menjalankan hal-hal lain termasuk dalam hal ini perbankan syariah yang sesuai dengan ajaran Islam.

Beri Komentar