Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Pandemi Covid-19 ternyata telah mengubah kebiasaan belanja kalangan tajir di negeri China. Memiliki banyak uang, para hartawan ini lebih lebih banyak berbelanja barang mewah di dalam negeri daripada luar negeri.
Perubahan pola belanja miliarder China ini membuat ancaman bagi perusahaan brand ternama global serta tujuan wisata yang selama ini bergantung dari kantong turis Negeri Tirai Bambu tersebut.
Melansir Bloomberg, data penjualan yang dikumpulkan oleh Sandalwood Advisors mencatat, sekitar 62 persen pengeluaran barang mewah oleh konsumen China terjadi pada bulan April 2023, meningkat dari 41 persen pada bulan yang sama di tahun 2019, sebelum Covid-19.
Penjualan barang mewah di dalam negeri China telah berkembang dengan kecanggihan dan jangkauan yang lebih luas.
Bergesernya lokasi berbelanja barang mewah kalangat orang berduit China ini diduga dipicu harga barang yang naik di seluruh dunia. Alhasil antusiasme pembeli China untuk meninggalkan rumah semakin berkurang.
“ Sebagian besar kekuatan konsumsi akan bertahan di pasar domestik karena kemudahan dan kenyamanan,” kata Prudence Lai, analis senior di penyedia riset pasar Euromonitor International.
Meskipun kini turis China perlahan-lahan makin banyak pelesir ke luar negeri, analis yang disurvei oleh Bloomberg mengatakan bahwa porsi belanja mereka di luar negeri tidak akan kembali ke masa kejayaannya.
China sendiri merupakan sumber turis dengan pertumbuhan tercepat di dunia sebelum Covid-19. Di tahun 2019, sebagian besar porsi pengeluaran barang mewah mereka, yakni sekitar 70 persen, dilakukan di luar China.
Tempat belanja dan liburan seperti Thailand hingga Italia juga disebut cemas menunggu kembalinya turis China.
Masa depan belanja mewah China dapat dilihat di Hainan, pusat domestik untuk belanja kelas atas di China.
Di kawasan ini terjadi ledakan penjualan selama bertahun-tahun ketika orang China terjebak harus tinggal di rumah selama Covid-19. kondisi ini tidak berhenti meskipun Beijing telah mencabut kebijakan Covid-19yang ketat akhir tahun lalu.
Penjualan di Hainan tetap mencapai 203 persen di atas level 2019, berdasarkan data Sandalwood.
Pergeseran ini juga berdampak pada kota mewah seperti Hong Kong dan Macau yang merupakan wilayah administrasi khusus China.
LVMH, konglomerat mewah top dunia, bahkan mengalihkan sumber daya dari Hong Kong dan memfokuskan lebih banyak investasi di kota-kota daratan termasuk Shanghai dan Shenzhen, seperti yang dilaporkan Bloomberg bulan lalu.
Selain itu, perusahaan global lainnya seperti Procter & Gamble Co yang memproduksi perawatan kulit mewah SK-II juga kini merasakan dampaknya.