Bursa Efek Indonesia (merdeka.com)
Dream - Diselimuti sentimen negatif dari dalam dan luar negeri, bursa saham Indonesia belum sanggup beranjak dari zona merah. Kondisi ini ditambah aksi jual pemodal asing meski dengan nilai kecil.
Pelaku pasar kini mulai mengamati perkembangan konflik Ukraina yang kembali memanas. Belum lagi, sentimen dari sidang perdana kasus gugatan hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 yang dilayangkan kubu Prabowo-Hatta.
Pada pra-pembukaan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, 6 Agustus 2014, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka melemah 27,27 poin (0,53%) ke level 5.081,81. Sebanyak lima emiten bergerak menguat dan 30 lainnya mengalami koreksi.
Di sesi pembukaan, laju IHSG masih belum beranjak dari zona merah. IHSG terus bergerak melemah. Sementara itu, pemodal asing di awal perdagangan ini mencatat nett sell sekitar Rp 17,78 miliar.
Banyaknya sentimen negatif mulai dari krisis Ukraina hingga pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2014 yang melambat, juga berpengaruh pada dua indeks saham syariah di BEI.
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pagi ini dibuka melemah 0,54 poin (0,32%) ke level 167,80. Turunnya harga saham dari 21 emiten membuat ISSI tak kuasa bertahan di zona merah.
Di sesi pagi ini, nilai transaksi perdagangan saham syariah mencapai Rp 21,54 miliar dari 84,73 miliar saham.
Kondisi yang sama dialami indeks saham bluechips syariah, Jakarta Islamic Index (JII) yang melemah 3,34 poin (0,48%) ke level 693,8.
Hampir seluruh sektor saham kali ini terjatuh ke teritori negatif. Penguatan hanya dialami emiten-emiten yang bergerak di bidang pertanian dengan kenaikan 0,14 persen.
Kepala Riset PT Trust Securities, Reza Priyambada dalam ulasannya memprediksi laju bursa saham nasional kali ini berpeluang besar melemah dibandingkan penguatan.
" Namun diharapkan pelemahan yang terjadi dapat terbatas," katanya.
Di pertengahan pekan ini, gerak bursa saham kawasan regional bergerak kompak di zona merah. Seluruh indeks saham utama Asia seperti Nikkei, Hang Seng, dan Strait Times terpuruk di zona merah.
Pelemahan juga terjadi di pasar keuangan Asia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah 55 poin (0,47%) menjadi 11.745 per dolar AS.