Tidur. (Source: Shutterstock)
Dream - Pernahkah kamu mendengkur saat tidur? Apakah pasanganmu sering mendengkur saat tidur? Jika ya, tentunya kamu atau pasanganmu pernah atau sering merasa terganggu saat tidur di malam hari.
Mendengkur tidak hanya mengganggu orang lain, hal tersebut juga bisa berdampak buruk pada diri sendiri. Tanpa disadari, mendengkur bisa jadi merupakan kebiasaan yang menandakan seseorang sedang kesulitan bernapas saat tidur.
Internis, RA Adaninggar, mengungkapkan bahwa mendengkur terjadi saat pangkal lidah jatuh ke belakang. Akibatnya, jalan napas menyempit dan tubuh membutuhkan tekanan penghisap udara untuk mendorong udara agar bisa masuk ke paru-paru. Ketika itulah langit-langit mulut pun bergetar dan menyebabkan seseorang mendengkur.

Pada sebagian orang, mendengkur bisa menyumbat total saluran napas atas. Sehingga, napas pun bisa berhenti berulang dan tubuh pun kekurangan oksigen selama tidur. Akhirnya, seseorang akan mengalami Obstructive Sleep Apnea (OSA) yang berujung pada berbagai gangguan kesehatan.
Meski banyak orang yang memiliki kebiasaan mendengkur, namun potensi mengalami OSA meningkat pada penderita obesitas, hidung tersumbat, amandel membesar, sedang hamil, terbiasa tidur terlentang, merokok, minum alkohol, atau sering merasa kelelahan.
Jika tidak segera diatasi, kamu bisa mengalami kekurangan oksigen berulang, peningkatan radikal bebas, peradangan, aktivasi saraf simpatis, serta hipertensi.
Ketika sudah mengalami hipertensi, kamu berpotensi lebih tinggi untuk mengalami komplikasi organ. Apalagi, OSA merupakan penyebab hipertensi yang sulit terkendali meski telah mengonsumsi obat-obatan.

Oleh karena itu, sebaiknya, lakukan deteksi dini dengan menyadari beberapa kebiasaan seperti mendengkur sangat keras tiap malam, bangun karena tersedak, kelelahan berlebihan di siang hari, serta sering tertidur di tengah aktivitas meski cukup tidur malam.
Kamu juga harus berhati-hati jika memiliki kebiasaan mendengkur dan sedang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan, gondok, terbiasa merokok, serta mengonsumsi alkohol. Jika kamu mengalami gejala seperti yang telah disebutkan, segera berkonsultasi pada dokter.
Umumnya, pemeriksaan OSA dilakukan dengan metode polisomnografi, yaitu merekam gelombang otak, kadar oksigen dalam darah, denyut jantung, pernapasan, gerakan tangan dan kaki saat tidur, melihat siklus serta tahap tidur yang terganggu.
Selanjutnya, penderita OSA bisa mengatasinya dengan modifikasi gaya hidup seperti menurunkan berat badan, berhenti merokok, menghindari minuman beralkohol, mencegah kelelahan, dan memiringkan tubuh saat tidur.
Agar lebih efektif, penderita OSA bisa menggunakan alat bantu napas CPAP saat tidur, memakai alat khusus di mulut agar pangkal lidah tidak jatuh ke belakang, atau mengatasi buntu hidung, operasi amandel, serta operasi untuk mengatasi sumbatan saluran napas.
Laporan: Siti Sarah Al Hafiz
Advertisement
Dompet Dhuafa Kirim 60 Ton Bantuan Kemanusiaan untuk Penyintas Bencana di Sumatera

Perlindungan Rambut Maksimal yang Ringan dan Praktis Lewat Ellips Hair Serum Ultra Treatment

Temukan Pengalaman Liburan Akhir Tahun yang Hangat di Archipelago Hotels

Kolaborasi Strategis KEC dan Archipelago Hadirkan Perusahaan Manajemen Hotel Baru di Madinah

Komunitas `Hutan Itu Indonesia` Ajak Anak Muda Jatuh Cinta Lagi pada Zamrud Khatulistiwa


Siiru Jalin Kerja Sama Strategis dengan BPKH Limited untuk Perkuat Ekosistem Umrah Mandiri Indonesia
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK

Siiru Jalin Kerja Sama Strategis dengan BPKH Limited untuk Perkuat Ekosistem Umrah Mandiri Indonesia

Viral 300 Juta Tayangan dalam Sehari, MOMOYO Rayakan 1.000 Gerai dengan ‘Capybara Chocolate’



Viral 300 Juta Tayangan dalam Sehari, MOMOYO Rayakan 1.000 Gerai dengan ‘Capybara Chocolate’

Siiru Jalin Kerja Sama Strategis dengan BPKH Limited untuk Perkuat Ekosistem Umrah Mandiri Indonesia