Jokowi Jawab Isu Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi Pertalite

Reporter : Okti Nur Alifia
Kamis, 25 Agustus 2022 17:47
Jokowi Jawab Isu Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi Pertalite
Jokowi menegaskan bahwa dia telah memerintahkan jajarannya untuk menghitung secara detail, sebelum memutuskan menaikkan harga Pertalite.

Dream - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya berbicara perihal kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite yang santer dikabarkan akan dinaikkan. Untuk saat ini presiden mengaku baru memerintahkan jajaran menteri untuk menghitung dengan teliti harga BBM tersebut.

“ Semuanya saya suruh hitung betul, hitung betul sebelum diputuskan,” tegas Presiden dalam keterangannya di Jakarta, dikutip dari laman setkab.go.id, Kamis, 25 Agustus 2022.

Menurut Jokowi, keputusan menaikkan harga Pertalite perlu pertimbangan yang hati-hati, karena memberikan pengaruh besar terhadap hajat hidup orang banyak. Dia berharap perhitungan yang dibuat jajaran menterinya turut menghidung dampak kenaikan harga BBM terhadap masyarakat. 

“ semuanya harus diputuskan secara hati-hati. Jangan sampai dampaknya menurunkan daya beli rakyat, menurunkan konsumsi rumah tangga,” tutur Presiden.

Selain itu, Presiden juga mengingatkan jajarannya untuk mengkalkulasi penyesuaian harga BBM dan dampaknya pada inflasi yang bisa saja menutunkan pertumbuhan ekonomi nasional yang sedang membaik saat ini.

 

1 dari 3 halaman

Harga Pertalite Diprediksi Bisa Jadi Rp10 Ribu per Liter

Dream - Harga minyak dunia diperkirakan akan terus bergejolak hingga akhir 2022. Kondisi ini tentu saja jadi beban pemerintah karena disparitas harga BBM subsisidi semakin jauh dari harga keekonomiannya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa pemerintah hanya mengalokasikan anggaran subsidi energi, termasuk untuk subsidi BBM sebesar Rp336,7 triliun dalam RAPBN 2023. Itu lebih rendah dibanding anggaran subsidi energi yang berjalan di 2022 ini, senilai Rp502,4 triliun.

Sri Mulyani menyebut, pemangkasan anggaran subsidi tersebut dibuat lantaran pemerintah sudah menghitung proyeksi harga keekonomian minyak mentah dunia pada tahun depan.

Adapun bila mengacu pada asumsi dasar ekonomi makro 2023, harga minyak diperkirakan sebesar US$90 per barel, lebih rendah dari outlook 2022 sebesar US$95-105 per barel.

2 dari 3 halaman

Namun, Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, menilai, pemerintah cenderung masih terlalu optimistis dengan hitungan tersebut. Pasalnya, sejumlah lembaga internasional memprediksi harga minyak mentah dunia bisa berdiri di kisaran US$95 per barel.

Bila asumsi itu terjadi, bisa saja harga Pertalite terkerek dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter di tahun depan.

" Saya kira harga minyak ke depan paling tidak di atas US$95 per barel. Kalau pun menang harus ada kenaikan, saya kira paling tidak Pertalite-nya di angka Rp10.000 (per liter), terus juga Solar subsidi pun di angka Rp8.000 (per liter). Ini cukup enggak cukup masih ada ruang fiskal di APBN kita," ungkap Mamit kepada Liputan6.com, dikutip Kamis, 18 Agustus 2022.

Secara kuota, dia tidak terlalu khawatir itu akan kekurangan. Sebagai contoh Solar, di mana Komisi VII DPR RI beberapa waktu lalu sudah merestui kuotanya ditambah menjadi 17 juta KL untuk tahun ini.

3 dari 3 halaman

Menurut Mamit, kunci terpenting menjaga pasokan dan harga BBM ke depan yakni dengan melakukan revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.

" Makanya kuncinya revisi Perpres. Kalau revisi Perpres berbicara bahwa penggunaan Pertalite hanya untuk kendaraan roda dua, angkutan umum pelat kuning, saya kira ini akan lebih secure," ungkapnya.

" Begitu juga untuk solar subsidi. Misalnya hanya untuk angkutan umum dengan pelat kuning. Terus dibatesin, solar ini hanya untuk kendaraan roda empat, per hari 100 liter aja, itu bisa lebih aman lagi," tambahnya.

 

Beri Komentar