Di Arab Kebutuhan Perbankan Digital Semakin Mendesak

Reporter : Ramdania
Selasa, 7 April 2015 15:02
Di Arab Kebutuhan Perbankan Digital Semakin Mendesak
Bank harus meningkatkan layanannya sesuai dengan kebutuhan nasabah. Jika tidak, bank tersebut akan ditinggalkan. Kuncinya saat ini, teknologi.

Dream - Sebuah survei yang dilakukan Bain & Company, menemukan terdapat tren kebocoran nasabah karena adanya produk lain yang lebih menarik yang ditawarkan bank lain. Hal ini karena sebagian besar bank terlalu malas untuk mengetahui keinginan nasabahnya.

Seperti dikutip dari Gulf News, Selasa, 7 April 2015, tren kebocoran nasabah ini semakin meningkat karena start-up digital yang ditawarkan perusahaan perbankan khusus. Dengan sistem ini, segala transaksi keuangan menjadi lebih mudah dan sederhana.

Sementara itu, bank-bank klasik, yang ditandai dengan adanya hubungan personal antara bank dan nasabah, jaringan cabang yang besar dan reputasi keamanannya, mulai runtuh.

Akibatnya, pendapatan perbankan dan margin keuntungan semakin menurun. Di Jerman, Perancis dan Italia, misalnya, Bain memperkirakan setidaknya 30 persen dari pendapatan bank ritel beresiko berpindah atau menghilang pada tahun 2020.

Saat melakukan survei terhadap nasabah bank Uni Emirat Arab (UEA) pada tahun 2013, Bain menemukan bahwa 40 persen dari sekitar 2.500 responden mengatakan online dan mobile banking akan menjadi pilihan utama.

Ini tidak mengejutkan, karena penetrasi smartphone di UEA tertinggi di antara warga MENAP (Timur Tengah, Afrika Utara, dan Pakistan). Di antara pemilik ponsel di UEA, 78 persen memiliki smartphone, menurut Nielsen.

Bank-bank di UEA mendapat manfaat dari data tersebut dengan menciptakan aplikasi mobile banking di berbagai platform untuk menarik dan mempertahankan nasabah.

Banyak bank mulai menyadari nilai kenyamanan aplikasi mobile banking bagi nasabah mereka. Smartphone telah menjadi kanal perbankan yang paling banyak digunakan di 13 dari 22 negara. Mobile banking menyumbang sekitar 30 persen dari semua interaksi perbankan di seluruh dunia.

Survei juga menunjukkan bahwa secara global nasabah dari kalangan anak muda bersedia menggunakan bank yang memiliki rekam jejak pendek tapi punya banyak fasilitas online, seperti Fidor.

Mulai beroperasi sejak 2009, Fidor adalah bank di Munich, Jerman yang semua pengoperasiannya dilakukan secara online. Nasabah Fidor bisa mendapatkan bonus 50 Euro jika mereka membuat video bantuan yang user-friendly di YouTube.

Dalam salah satu kampanye, Fidor memangkas suku bunga pinjaman dan menaikkan tingkat bunga tabungan sebesar 0,1 persen untuk setiap 2.000 'Like' yang mereka terima di halaman Facebook resminya. Start-up digital seperti Fidor merupakan ancaman tak kentara sekaligus salah satu inovasi perbankan digital yang sangat menarik bagi nasabah.

Siapa yang akan diuntungkan dari semua ini? Yang pasti adalah nasabah. Sama seperti belanja online yang menambah kenyamanan dan fleksibilitas untuk belanja barang, transformasi perbankan digital berarti layanan yang lebih nyaman, lebih cepat, dan lebih murah.

Beri Komentar