Kenali 6 Macam Pembeli Bisnis Anda

Reporter : Ramdania
Jumat, 25 September 2015 11:14
Kenali 6 Macam Pembeli Bisnis Anda
Jangan sembarangan menjual bisnis yang sudah Anda rintis sejak lama. Hal ini demi keberlangsungan bisnis tersebut. Untuk itu, perlu diketahui karakteristik calon pembelinya.

Dream - Ada banyak cara yang dapat Anda ambil saat menjual perusahaan. Juga banyak cara mengetahui karakter pembeli atau orang yang akan Anda hadapi di meja perundingan. Poin-poin itu  menjadi salah satu hal yang paling penting untuk dipahami.

Ada enam tipe pembeli umum yang mungkin akan Anda temukan saat menjual bisnis. Karena masing-masing memiliki prioritas yang berbeda-beda, maka mempelajari setiap jenis pembeli adalah salah satu langkah pertama saat melakukan penjualan perusahaan.

Seperti dikutip dari situs Entrepreneur, September 2015, berikut beberapa macam pembeli:

1. Pembeli strategis

Ini mungkin tipe pembeli perusahaan yang paling umum. Sebuah perusahaan besar membeli perusahaan lainnya. Bisnis yang mengejar pertumbuhan melalui akuisisi yang sering disebut sebagai strategic buyers ata 'pembeli strategis'. Nama ini diberikan karena perusahaan mencari target akuisisi yang sejalan dengan strategi inti mereka, daripada karakteristik lain dari suatu perusahaan, seperti metrik keuangan.

Satu keuntungan dari menjual ke pembeli strategis adalah bahwa bisnis Anda mungkin memiliki harga jual yang lebih tinggi. Pembeli biasanya akan membayar mahal atas sinergi bisnis Anda dengan mereka jika cocok secara alami.

Namun biasanya harga akuisisi yang sangat mahal bisa mendatangkan kerugian. Sinergi sering disertai tumpang tindih antara dua perusahaan yang dapat dihilangkan selama merger atau akuisisi.

Dengan menjual ke pembeli strategis, Anda mempertaruhkan pekerjaan karyawan di departemen yang tumpang tindih (seperti akuntansi, sumber daya manusia dan pemasaran). Selain itu, merek dan identitas Anda yang telah dibangun bertahun-tahun akan hilang.

Akibatnya, menjual ke pembeli strategis sangat ideal untuk pemilik usaha yang mencari jalan keluar yang menguntungkan, di mana masa depan perusahaan dan karyawan tidak menjadi perhatian utama.

2. Private equity

PE adalah perusahaan pengelola investasi yang mendapat sponsor dari berbagai pihak baik individual maupun institusi.

Tugas PE adalah mencari perusahaan-perusahaan yang bermasalah yang layak disuntik investasi, lalu ditingkatkan kinerjanya, dan kemudian dijual kembali.

PE digunakan perusahaan di atasnya untuk membeli perusahaan lain, biasanya dalam industri tertentu. PE berusaha untuk memaksimalkan pertumbuhan portofolio perusahaan selama lima sampai tujuh tahun sebelum menjualnya kembali dan mendapatkan keuntungan untuk mereka sendiri dan investor mereka.

Menjual ke perusahaan PE adalah cara yang bagus untuk membantu bisnis Anda mengembangkan potensi secara penuh. Namun, mengingat sifat dari dana mereka, perusahaan ekuitas biasanya mencari cara untuk memaksimalkan keuntungan bisnis dalam jangka pendek.

3. Bisnis keluarga

Bisnis keluarga menyerupai private equity dalam beberapa hal, tetapi mereka berbeda. Alih-alih sebagai kendaraan investasi untuk individu dan institusi, bisnis keluarga menanamkan uang dari anggota keluarga kaya. Biasanya dengan fokus pada industri yang merupakan jaring kekayaan keluarganya. Tujuan utama bisnis keluarga adalah memastikan bahwa kekayaan keluarga bisa diwariskan ke beberapa generasi.

Akibatnya, dibandingkan dengan PE, bisnis keluarga cenderung memegang portofolio yang lebih konservatif, berinvestasi pada waktu yang lebih lama dan mengambil peran yang jauh kurang aktif di perusahaan portofolio mereka.

Namun, bisnis keluarga langka dan sulit dijangkau. Karena mereka hanya berinvestasi dengan uang tunai (dan tidak ada utang), harga jual yang mereka tawarkan biasanya lebih rendah dari PE atau pembeli strategis. Bisnis keluarga ideal bagi pemilik usaha yang mencari bimbingan tentang industri yang digelutinya.

4. Holding company

Ini adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis. Penggabungan badan usaha merupakan alasan pemilik perusahaan untuk lebih mengembangkan usahanya di masa yang akan datang.

Pembentukan holding company pada umumnya merupakan cara yang dianggap lebih menguntungkan, dibanding dengan cara memperluas perusahaan dengan cara ekpansi investasi.

Dengan penggabungan ini, perusahaan akan diperoleh kepastian mengenai daerah pemasaran, sumber bahan baku atau penghematan biaya melalui penggunaan fasilitas dan sarana yang lebih ekonomis dan efisien.

Holding company biasanya tidak menjual produk atau jasa mereka sendiri. Sebaliknya, mereka menghasilkan pendapatan dari dividen dan laba dari saham yang mereka miliki di bisnis lain. Contoh yang paling terkenal adalah Warren Buffett Berkshire Hathaway.

5. Search fund

Ide dari search fund adalah mengelola bisnis melalui seorang individu. Search fund biasanya terdiri dari seorang individu, yang didukung oleh tim investor. Mereka mencari sebuah bisnis untuk dibeli dan diambil alih operasinya. Mungkin hampir mirip dengan private equity.

Seringkali, individu tersebut adalah lulusan MBA baru yang bercita-cita untuk menjalankan sebuah bisnis. Tim investornya bersedia membeli perusahaan untuk dijalankan oleh individu tersebut. Dengan keyakinan bahwa individu tersebut akan menghasilkan keuntungan dari perusahaan yang sudah dibeli.

Meski skenario ini melibatkan pembeli yang masih 'hijau' atau kurang pengalaman, namun ini adalah cara yang bagus untuk memastikan keberlangsungan bisnis Anda dalam jangka panjang.

Masalahnya, di dalam bisnis Anda terdapat orang-orang muda yang penuh energi dan kreativitas, yang pantang menyerah. Jika Anda ingin melihat bisnis berjalan tanpa Anda dan Anda ingin bertaruh pada ambisi, menjual ke search fund merupakan pilihan.

6. Karyawan sendiri

Menjual ke pihak lain - seperti pilihan di atas - bisa membuat arah atau tujuan bisnis Anda berubah. Jika Anda ingin menjual perusahaan tetapi ingin mempertahankan kondisi seperti saat ini, Anda bisa melirik kepada karyawan Anda.

Cara tersebut diatur dalam rencana kepemilikan saham karyawan (Employee Stock Ownership Plan/ESOP). ESOP secara bertahap akan mentransfer kepemilikan perusahaan kepada karyawan.

ESOP dilakukan dalam beberapa cara, antara lain perusahaan memberikan sahamnya secara cuma-cuma (stock grant) kepada karyawan, menjual saham perusahaan pada karyawan (umumnya dengan harga diskon) dan memberikan opsi kepada karyawan untuk membeli saham perusahaan pada periode dan harga tertentu.

ESOP akan membuat karyawan lebih menghargai perusahaan. Secara otomatis mereka bersedia memberi masukan dan kontrol atas perusahaan. Tetapi mereka juga bisa menambah rintangan administratif yang dapat memperlambat perkembangan perusahaan di masa depan. (Ism)

Beri Komentar