Kisah Wanita Inggris Sukses Dobrak Tabu Bisnis Syariah

Reporter : Syahid Latif
Rabu, 28 Januari 2015 13:30
Kisah Wanita Inggris Sukses Dobrak Tabu Bisnis Syariah
"Jelas sekali keengganan mereka untuk berbicara dengan saya berakar pada budaya bukan karena ada masalah tertentu dengan saya sebagai individu,"

Dream - Sulit membayangkan jika Stella Cox pernah kesulitan meyakinkan rekan-rekannya dalam kemampuannya di perbankan syariah. Usai 30 tahun, Cox kini justru menjadi orang nomor satu di perusahaan keuangan syariah.

Cox, wanita Inggris yang meniti karir di perbankan syariah selama 30 tahun ini awalnya kesulitan menembus sektor yang didominasi kaum pria itu. Tidak hanya itu, dia juga sempat kesulitan menghadapi klien pria yang sebagian besar merasa risih jika harus bekerja dengan wanita.

Namun siapa sangka jika Cox kini beranjak menjadi direktur utama perusahaan investasi keuangan syariah, DDGI, yang berpusat di London.

Ketertarikan Cox pada perbankan syariah mencuat pada pertengahan tahun 1980-an. " Saat itu, saya bekerja di bank milik Jepang cabang Inggris," katanya seperti dikutip laman Cityam, Rabu, 28 Januari 2015.

" Meja Timur Tengah berada di sebelah saya dan saya pikir meja itu terlihat menantang sehingga saya minta bergabung di dalamnya."

Cox mengaku tertarik dengan aktivitas para pegawai di bagian keuangan syariah yang terlihat penuh semangat. “ Saya bisa melihat tim tersebut sedang terlibat dalam inovasi keuangan baru," katanya

Namun sebagai wanita, Cox kesulitan untuk menembus tim yang hanya terdiri dari pria itu.

Beragam lobi dilakukannya hingga tim Timur Tengah akhirnya mengizinkan Cox bergabung selama 6 bulan sebagai masa percobaan dengan segala risikonya. Awalnya Cox ditempatkan di bagian belakang meja administrasi. Tapi lama-lama ia mulai bekerja di bagian yang berhadapan langsung dengan klien.

Berurusan dengan pegawai wanita merupakan hal yang tidak biasa di Timur Tengah. Alasannya, sebagian besar kantor di Timur Tengah tidak memiliki pegawai wanita khususnya di bidang keuangan.

" Jadi jelas sekali keengganan mereka untuk berbicara dengan saya berakar pada budaya bukan karena ada masalah tertentu dengan saya sebagai individu," jelasnya.

Sebagai akibatnya, Cox berusaha keras untuk membangun hubungan dan kepercayaan. Namun akhirnya dia bisa melakukannya. Dan 15 tahun kemudian, dia diangkat sebagai direktur utama DDGI.

NEXT>>> " Kisah Hadapi Klien Konservatif ...."

1 dari 1 halaman

Kisah Hadapi Klien Muslim Konservatif

Kisah Hadapi Klien Muslim Konservatif © Dream

Langkah yang diambil Cox sangat cerdas karena sejak awal perbankan syariah masuk Inggris, pertumbuhannya sangat positif. Hal itu terbukti ketika Inggris menjadi negara Eropa pertama yang menerbitkan sukuk pada Juni 2014. Debut sukuk Inggris bahkan mampu menyedot dana 2 miliar pound sterling.

Prestasi itu merupakan bagian dari rencana George Osborne untuk menjadikan Inggris sebagai pusat keuangan syariah. Dia berharap penerbitan tersebut bisa merangsang banyak lagi penerbitan sukuk korporasi.

Hanya berjarak 3 bulan kemudian, bank terbesar AS Goldman Sachs mengumumkan rencana untuk menerbitkan obligasi syariah pertama. Hal ini menunjukkan keinginan perbankan Barat untuk bergabung perbankan syariah telah menyebar ke luar Inggris.

Cox percaya industri perbankan syariah akan tetap menarik, selain kini lebih mudah bagi wanita untuk menjadi bagian darinya.

" Saat ini saya tidak melihat klien kurang bersedia untuk terlibat dengan saya daripada dengan pria," katanya. " Tidak ada satu pun tempat yang saya sekarang kunjungi yang tidak memiliki pegawai wanita, dan itu telah menjadi perubahan yang nyata - ada wanita muslim dan non-muslim yang bekerja di jasa keuangan di semua pasar utama keuangan syariah."

Selain itu, kesempatan bagi wanita tidak lagi terbatas di Timur Tengah, karena semakin banyak investor konvensional memilih untuk berinvestasi di sektor syariah. Bahkan, sekitar 50 persen dari investasi obligasi syariah sekarang datang dari investor konvensional karena mereka menyukai cara kerja sukuk.

" Jika Anda seorang investor muslim, Anda hanya dapat berinvestasi dalam struktur keuangan syariah, tapi tidak ada yang menghentikan investor konvensional untuk berinvestasi secara islami, asalkan mereka senang dengan laba dan profil risiko," kata Cox.

Namun, Cox mengingatkan perempuan masih perlu melihat perbedaan budaya ketika berhadapan dengan klien muslim konservatif.

" Saya pikir hal yang paling penting adalah jasa keuangan berbasis agama akan membawa kita ke pasar tertentu di mana ada adat istiadat setempat memiliki dampak."

Beri Komentar