Dream - Rontoknya kurs rupiah beberapa bulan terakhir menguras dompet Bank Indonesia. Hingga akhir Maret 2015, cadangan devisa (Cadev) turun US$ 3,9 miliar menjadi US$ 111,6 miliar.
Pada bulan sebelumnya, posisi Cadev Indonesia masih berada di level US$ 115,5 miliar.
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Peter Jacobs mengatakan salah satu pengeluaran terbesar berasal dari stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental.
" Penurunan posisi Cadev juga dipengaruhi peningkatan pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah," ujar Peter seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis, 9 April 2015.
Data BI menunjukan, sepanjang bulan lalu bank sentral melakukan operasi terbuka dengan anggaran Rp 301,56 miliar. Operasi terbuka salah satunya merupakan instrumen pemerintah untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.
Meskipun turun, bank sentral memastikan posisi Cadev per akhir Maret 2015 itu masih cukup membiayai 6,9 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Posisi ini juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
BI menilai Cadev tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Seperti diketahui, rupiah bulan lalu memang sempat mengalami tekanan hebat. Menguat dolar AS sempat merontokan kurs rupiah hingga diatas level 13.000 per dolar AS.
Bloomberg bahkan mencatat kurs rupiah kala itu mencapai level terendahnya sejak krisis moneter 1998. (Ism)
Advertisement
Perlindungan Rambut Maksimal yang Ringan dan Praktis Lewat Ellips Hair Serum Ultra Treatment

Temukan Pengalaman Liburan Akhir Tahun yang Hangat di Archipelago Hotels

Kolaborasi Strategis KEC dan Archipelago Hadirkan Perusahaan Manajemen Hotel Baru di Madinah

Komunitas `Hutan Itu Indonesia` Ajak Anak Muda Jatuh Cinta Lagi pada Zamrud Khatulistiwa

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari
