Koleksi Pakaian Yang Disewakan. (Foto: Facebook Sarah Freeman)
Dream - Apakah Anda tipe orang yang membeli pakaian baru hanya untuk dipakai sekali sebelum membuangnya? Anda mungkin tidak sendirian.
Survei YouGov baru-baru ini telah menunjukkan bahwa kira-kira seperempat penduduk Australia membuang pakaian setelah mengenakannya sekali saja.
Pengusaha Australia Sarah Freeman terkejut dengan temuan itu. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang cukup unik.
Alih-alih menjual pakaian melalui toko-tokonya, Sarah menyewakannya seolah buku di perpustakaan. Ya, Sarah mendirikan perpustakaan pakaian di Sydney.
Di perpustakaan unik itu, pelanggan bisa menyewa pakaian yang disukainya. Dengan begitu, pelanggan bisa memakainya sekali dan tidak perlu boros dengan pakaian.
“ Saat ini masyarakat memakai pakaian seperti kondom. Mereka memakainya sekali dan kemudian membuangnya,” kata Sarah.
Sarah kemudian menjelaskan statistik dari perusahaan konsultasi McKinsey & Company yang menyebut, produksi pakaian global meningkat dua kali lipat antara tahun 2000 hingga 2014.
Slogan bahwa pakaian zaman sekarang tidak seperti buatan zaman dulu yang terkenal kuat dan awet, ternyata benar. Pakaian zaman sekarang hanya bisa bertahan dua atau tiga kali cuci saja.
Selain menguras kantong, pakaian zaman sekarang yang mudah rusak juga bisa berdampak buruk pada lingkungan.
Mayoritas pakaian ini dibuat di negara ketiga di mana pabriknya menggunakan buruh murah dan limbahnya dibuang dengan seenaknya.
Untuk mengurangi dampak ekonomi dan lingkungan itulah yang mendorong Sarah untuk mendirikan perpustakaan pakaian.
Dream - Pelanggan dapat membayar biaya berlangganan bulanan seperti kita langganan TV Kabel. Setelah jadi anggota, pelanggan bisa meminjam 4 hingga 6 item pakaian per bulan.
Mereka juga dapat membeli pakaian yang dipakai dengan diskon yang cukup lumayan. Namun jika anggota ingin mendapat penghasilan tambahan, mereka dapat menjual pakaian mereka kepada Sarah.
Sarah berharap perpustakaan pakaiannya benar-benar dapat membuat perbedaan dan menjadi bisnis yang mudah ditemukan di setiap mal.
“ Semoga ini akan menarik perhatian banyak orang. Membuat mereka menjadi lebih sadar tidak gampang beli pakaian dan kemudian membuangnya begitu saja. Maksud saya jika kita berhenti mencarinya, maka mereka (pengecer) harus berhenti memasoknya," kata Sarah.
Tapi apakah usaha Sarah ini bisa berhasil? Mungkin saja. Membaca buku bekas dibaca orang lain di perpustakaan tidak menimbulkan masalah, tapi memakai pakaian bekas dipakai orang lain mungkin menyisakan masalah lain.
Tetapi dengan koleksi pakaian bermerek mahal dan terkenal seperti Carla Zampatti, Boss, Marc Newman, Calvin Klein, atau Zegna, tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi perpustakaan pakaian Sarah ini.
Bagaimana Sahabat Dream? Tertarik menyewa atau bahkan mendirikan tempat penyewaan jas atau pakaian mahal di Indonesia?
(ism, Sumber: OddityCentral.com)