Turun Lagi, Indeks Syariah di Posisi Terendah Sepanjang 2018

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Selasa, 20 Maret 2018 16:50
Turun Lagi, Indeks Syariah di Posisi Terendah Sepanjang 2018
Aksi jual pemodal asing masih tinggi

Dream - Indeks acuan saham syariah di Bursa Efek Indonesia (BEI) belum juga bisa keluar dari zona merah. Tercatat, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Index (JII) tak berkutik selama enam hari perdagangan berturut-turut.

Tekanan jual pemodal asing yang masih tinggi serta sentimen negatif dari regional dan global menahan pelaku pasar melantai di bursa saham Indonesia.

Pada penutupan perdagangan harian BEI, Selasa 20 Maret 2018, indeks ISSI kembali terkapar di zona merah dengan melemah 1,778 poin (0,97%) ke level 182,377. ISSI mendekam di teritori negatif sepanjang hari usai dibuka melemah di level 183,503. ISSI sempat terperosok ke level terendahnya di 181,520.

Level penutupan ISSI hari ini merupakan yang terendah sepanjang 2018. Posisi terendah terakhir yang sempat dicetak ISSI terjadi pada 13 Desember 2017 saat indeks acuan saham syariah ini ditutup menguat di level 181,589.

Bergugurannya 19 emiten unggulan syariah juga membuat indeks JII tak mampu berbuat banyak. Dihuni 30 emiten bluechips syariah, indeks JII terkoreksi 9,320 (1,3%) ke level 706,154.

Hingga sesi paska penutupan perdagangan, sebanyak 65,24 juta saham diperdagangkan pelaku pasar dengan dana berputar sampai Rp4,52 triliun. Aksi jual beli ini meningkat dari perdagangan di awal pekan kemarin. 

Aksi lepas saham yang dilakukan investor mendorong 161 saham syariah melemah. Hanya 77 emiten penghuni ISSI yang sempat menguat dan 76 lainnya bertahan stagnan. 

Investor asing belum cukup yakin kembali melantai di bursa saham Indonesia. Di jajaran saham syariah, asing mencatat nilai jual bersih Rp619 miliar, hanya berkurang sedikit dari perdagangan kemarin. 

Perdagangan hari ini diwarnai aksi investor yang menjual sahamnya. Indeks sektoral yang turun drastis adalah infrastruktur sebesar 2,35 persen dan industri dasar 1,14 persen.

Penguatan indeks pertambangan sebesar 0,15 persen dan industri aneka 0,10 persen tidak cukup kuat menahan laju pelemahan perdagangan.

Saham-saham UNVR menguat Rp100, INCO Rp40, PGAS Rp40, ADRO Rp30, dan PTBA Rp30.

Sebaliknya, yang menjadi top loser adalah UNTR yang harga sahamnya turun Rp450, ICBP Rp250, INDF Rp200, TLKM Rp160, dan LPPF Rp150.

Dari pasar uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 10 poin (0,07%) ke level Rp13.755 per dolar AS. Kurs rupiah terhadap dolar sempat tergelincir ke level Rp13.772 per dolar AS.

(Sah)

 

Beri Komentar