Mimpi Rio Haryanto Jadi Pembalap F1 Terwujud

Reporter : Maulana Kautsar
Kamis, 18 Februari 2016 21:45
Mimpi Rio Haryanto Jadi Pembalap F1 Terwujud
"Saya ingin terus menunjukkan ada orang Indonesia yang cukup spesial dan berbakat untuk bisa memenangkan balapan,," kata Rio sembari tersenyum.

Dream - Siang itu, 30 Mei 2010 di lintasan balap Speed Park, Istanbul, Turki, mobil balap hitam bernomor 8 melaju melewati garis finish. Peluh membasahi wajah si pengendara seiring adrenalin yang memuncah.

Mobil itu berhenti. Pertanda kemenangan sudah di genggaman. Pemuda pengendara mobil itu turun seraya membuka helm warna hitam. Tampak senyum kepuasan mewarnai wajah orientalnya.

Ya, hari itu menjadi momen paling tak terlupakan bagi pebalap Rio Haryanto dan masyarakat Indonesia. Di usianya yang kala itu baru menginjak 17 tahun, Rio telah berhasil meraih posisi pertama pada race ke-2 seri ke-2 balap GP3.

Bahagia sudah tentu dirasakannya. Tetapi, saat Rio menjejakkan kaki di panggung podium kesunyian terasa. Tak ada lagu Indonesia Raya yang menggema. Bahkan, bendera merah putih yang dikerek merupakan bendera Polandia yang dibalik.

Alhasil, gema Indonesia Raya pun hanya keluar dari bibir pemuda kelahiran Surakarta, 22 Januari 1993 itu. Belakangan Rio baru mengetahui cerita. Dia mendengar kabar panitia tidak siap karena alasan sepele.

" Mungkin karena tidak ada ekspektasi dari panitia, pembalap Indonesia juara,” kata Rio, di ReCapital Building, Jakarta Selatan, Selasa, 16 Februari 2016.

Tak hanya panitia yang dibuat terkejut. Indah Pennywati, sang ibunda, yang juga manajer Rio, mengaku semua pihak cukup terkejut saat Rio melewati kibaran bendera putih hitam sebagai yang pertama.

" Rio sendiri cukup terkejut bisa memenangkan race tersebut,” ujar Indah kepada Dream.co.id melalui sambungan telepon.

Kemenangan di seri balap Turki itu menunjukkan kemampuan menyetir Rio mumpuni. Ia mulai diperhitungkan di kancah balap dunia. 

Meski begitu, perjalanan karirnya di dunia balap tidak mudah. Dalam beberapa seri balap GP3 yang diikutinya, diskriminasi terus dirasakannya.

Diskriminasi itu Rio rasakan saat seri balap GP3 Silverstone. Rio yang kembali naik podium kala itu, dianggap curang oleh panitia. Mobilnya pun dibongkar. Padahal tak ada upaya sedikit pun dari dia untuk mencurangi regulasi yang ada.

Namun, insiden kecil itu tak sedikit pun menyurutkan semangat Rio meraih mimpinya. Mimpi masa kecilnya tampil di balap jet darat Formula 1 konsisten ia jaga. Tekadnya kokoh. Ingin menunjukkan kepada dunia, ada juara balap asal Indonesia.

“ Saya ingin terus menunjukkan ada orang Indonesia yang cukup spesial dan berbakat untuk bisa memenangkan balapan,” kata dia sembari tersenyum.

Mimpi putra bungsu pasangan Sinyo Haryanto dan Indah Pennywati untuk membalap di lintasan Formula 1 itu telah dimulai sejak usia enam tahun. Seperti para pembalap lain, Rio menjajaki karir membalap dari ajang balap gokart.

Demi prestasi, Rio rela menempuh jarak dari Surakarta ke Jakarta untuk mengikuti kompetisi balap gokart nasional. Rio kecil pun rela mengurangi waktu bermain demi mimpinya itu. Membagi waktunya hanya untuk sekolah dan balap.

“ Jadi, ya membagi-bagi waktu antara sekolah dan balap,” kata Indah.

Kegigihan Rio untuk menjadi pemenang sudah mulai terlihat sejak dini. Indah mengisahkan, Rio pernah beberapa kali menangis karena kalah dalam perlombaan yang diikutinya.

“ Tapi, lama-kelamaan setelah dikasih tahu ya enggak nangis lagi,” ujar dia sambil tertawa mengingat.

1 dari 2 halaman

Sosok Pebalap Religius

Sosok Pebalap Religius © Dream

Dream - Mendekati dimulainya musim balap Formula 1 2016, Rio dirundung kekhawatiran. Sebab, tim yang menjadi pilihannya, Manor Racing telah mengumumkan Pascal Wehrlein sebagai pebalap utama. 

Artinya, hanya ada satu tempat tersisa dan untuk mendapatkan posisi bergengsi itu, Rio harus berebut dengan dua pebalap dunia lain yaitu Alexander Rossi, asal Amerika Serikat, dan Will Stevens asal Inggris.

Beban Rio bertambah pelik kala dana kontrak yang harus disetorkannya kepada tim Manor Racing mengalami kekurangan. Padahal dana itu menjadi syarat utama Rio untuk menembus ajang Formula 1. 

Rio diharuskan membayar pada tim satelit asal Inggris sebesar 15 juta Euro (Rp226 miliar) dengan enam termin pembayaran. Dan kini, down payment (DP), sebesar 3 juta Euro (Rp45 miliar) telah keluar dari kocek pribadinya.

“ Dana itu kami pinjam dari bank,” ujar Indah.

Sisa pembayaran itulah yang kini tengah diupayakannya. Beberapa sponsor telah mengajukan diri untuk membantu. Pertamina, misalnya, yang selama ini menjadi sponsor tetap, telah bersiap menggelontorkan 5 juta Euro (Rp75 miliar). 

Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) juga berjanji akan mengeluarkan Rp100 miliar untuk Rio.

“ Kami sudah buat surat ke Menteri Keuangan, ke DPR kiranya di APBN perubahan agar dana itu bisa dibahas. Bisa didalami,” ujar Menpora Imam Nahrawi, di Gedung Kemenpora, Senayan, Jakarta, Selasa, 16 Februari 2016.

Sadar bahwa segala ketetapan berada di bawah kuasa Tuhan. Di tengah perjuangannya mencari kucuran dana, Rio terus mengiringi dengan doa. Bahkan tak jarang Rio terlihat melakukan salat Tahajud demi menghilangkan kecemasan.

Ya, Rio adalah sosok yang cukup religius. Sayangnya, tak banyak yang tahu itu. Namun orang-orang dekatnya tahu persis betapa pebalap muda ini begitu mementingkan agama dan ibadah. Hal ini diakui pula sang ibunda.   

“ Kemarin-kemarin itu dia lagi deg-degan karena terus menunggu kepastian sponsor. Jadi, dia hanya meminta kepada Tuhan jawaban yang terbaik melalui salat Tahajud begitu,” ujar Indah.

Sisi religius Rio juga terlihat pada mobilnya. Sebuah stiker bertuliskan Ayat Kursi tertempel di bagian bawah setirnya. Bukan syirik, Rio menempatkan itu sebagai cara untuk mendekatkan diri agar diberi ketenangan dari Sang Pencipta saat membalap.

“ Saya ingin selalu ingat kepada Sang Pencipta,” kata Rio dalam sebuah wawancara.

Indah menambahkan, stiker itu dipasang bukan tanpa alasan. Sebab, di arena lintasan balap kerap terjadi kecelakaan. Untuk itu, Indah menyarankan kepada Rio menempelkan Ayat Kursi itu agar dapat dibaca sebelum start dimulai.

“ Supaya dapat ketenangan hati dan bisa konsentrasi. Biar bisa mendapat perlindungan gitu,” ujar Indah memberi saran.

Di luar lintasan balap, selain religius, sosok yang mengidolai pebalap asal Brasil Ayrton Senna itu juga dikenal berjiwa sosial yang tinggi. Menurut kabar yang beredar, Rio memiliki sebuah pondok pesantren dan panti yatim bernama Al-Hikam di daerah Bangak, Surakarta. 

Tetapi, Ibunda Rio menyanggah kepemilikan pesantren itu. Menurut Indah, pesantren itu sebetulnya milik kakek dari Rio.

“ Bukan Mas. Itu jadi gini. Pondok pesantren itu punya kakeknya Rio. Pengelolaannya kami berikan ke orang. Ada sekolahnya juga. Kalau Rio ke Solo dia sering berkunjung ke sana,” ujar Indah.

2 dari 2 halaman

OrangTua Jadi Kunci Utama

OrangTua Jadi Kunci Utama © Dream

Dream - Sebagai putra bungsu, sisi manja Rio amat jelas terlihat. Dia kerap tampil di hadapan publik ditemani sang ibunda yang juga merangkap sebagai manajernya, Indah.

Sosok Indah memegang peran penting di balik kesuksesan Rio. Usaha Indah dalam proses pencarian dana untuk langkah Rio ke Formula 1 sangat terlihat. Rio mengaku sangat terpesona dengan usaha yang dilakukan ibundanya tersebut. 

“ Peran ibu sangat luar biasa dan saya sangat berterima kasih atas perjuangan ibu yang selalu mendampingi di track dan off the track juga,” kata Rio dengan suara bergetar.

Rio pun bersyukur dapat memiliki ibunda yang mendukung penuh karirnya. Ekspresi kekagumannya yang luar biasa terhadap sang bunda lantas ia luapkan lewat sebuah kalimat sederhana.

“ Aku sayang ibu,” ucapnya diiringi senyum merekah.

Selain Indah, sosok penting dalam awal karir Rio tentu saja adalah sang ayah, Sinyo Haryanto. Mantan pebalap nasional itu mengerti betul kemampuan bakat putranya. Melalui didikan dan arahannya lah, Rio dapat menjejaki karir sebagai pebalap.

Gokart pemberian Sinyo kepada Rio di usia tujuh tahun menjadi pemantik awal semangat sang anak. Hingga akhirnya Rio membulatkan tekad untuk terus melaju di dunia balap. Sinyo tak hanya memfasilitasi. Dia juga senantiasa menanamkan disiplin dan memberi wejangan penyemangat kepada Rio.

“ Tetap semangat dan jangan menyerah,” pesan Sinyo, dalam suatu wawancara.

Kini Rio bisa bernafas lega. Manor Racing yang merupakan tim satelit asal Inggris telah mendaulatnya sebagai salah satu pembalap musim depan. 

" Manor Racing, secara resmi memastikan Rio untuk bergabung ke tim Manor Racing," kata Direktur Balap Tim Manor Racing Save Ryan lewat konferensi pers melalui Skype di Gedung Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis, 18 Februari 2015.

Menurut Dave, keputusan menempatkan Rio sebagai pembalap inti karena Rio memiliki talenta besar. Yang lebih mengejutkan, dalam ajang balap jet darat itu, Rio dipastikan akan tampil secara penuh.

Rio akan menjadi pembalap pertama dari Indonesia yang berlaga di panggung dunia. Tentu banyak orang tak sabar melihat aksinya melaju di atas lintasan trek, bersaing dengan Lewis Hamilton, dan Sebastian Vettel. Kita tunggu saja!

Beri Komentar