Pendiri Makaroni Ngehe, Ali Muharam, Berbagi Cerita Merintis Bisnis Makaroni Ngehe. (Foto: Merdeka.com)
Dream – Pendiri Makaroni Ngehe, Ali Muharam, memulai “ kehidupannya” setelah merantau ke Jakarta. Dia bertekad ingin sukses dan tak mau merepotkan orang lain.
Dia merantau ke Jakarta pada 2005 dan berkelana sendiri tanpa ditemani oleh seorang pun. Yang membuatnya nekat adalah tujuan hidupnya. Ali ingin sukses meskipun tidak tahu bagaimana caranya.
" Secara akademis, saya tidak kuliah. Secara koneksi pun saya tidak punya siapa-siapa," kata Ali di Jakarta, dikutip dari Merdeka.com, Selasa 20 Agustus 2019.
Menjajal berbagai profesi pun sudah pernah dilakoninya. Mulai dari penjaga dan pencuci piring di warteg sampai penulis skenario sebuah sinetron.
Tanpa pengalaman tersebut, dirinya menuturkan bahwa tidak akan bisa mencapai kesuksesan. Lalu, untuk sampai ke titik tersebut dia mempunyai sebuah prinsip.
Prinsip untuk memiliki kesuksesan dalam berbisnis adalah bisnis yang tidak hanya sekadar untuk diri sendiri, tetapi juga bisa bermanfaat bagi orang lain.
" Saya harus bisa bermanfaat untuk seseorang, minimal satu orang, yaitu saya bisa merekrut seorang pengangguran," kata dia.
Ali mengatakan, tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Menurut dia, semua orang berhak untuk sukses versinya masing-masing. Hal ini bergantung kepada cita-cita seseorang.
“ Semua orang punya mimpi atau cita-cita. Tapi, analisis saya bahwa semua orang itu punya potensi,” kata dia.
Titik pencapaian Ali ini merupakan warisan dari sang ibu. Dia mengatakan, camilan macaroni ini selalu disediakan di rumah saat ada tamu yang datang.
Saatnya ibunya sudah meninggal, Ali memutuskan untuk menggunakan resep sang ibu sebagai langkah awal membuka usaha makaroni di gerobak kecil.
Bisnis ini terus tumbuh dan berkembang, mulai dari jualan gerobak sampai menjadi sebuah gerai.
Kini, gerai Makaroni Ngehe sudah tersebar di area Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Karawang, Purwokerto, Semarang, Surabaya, Malang, dan Palembang. Makanan ringan ini sudah memiliki 33 outlet dan 350 karyawan.
" Untuk membangun makaroni ini harus ada planning, yaitu 50 persen plan dan 50 persen nekat," kata Ali.
Dengan modal awal sebesar Rp20 juta, dia berhasil memperluas bisnisnya dimulai dengan satu gerai di wilayah Kebon Jeruk. Modal tersebut dia dapatkan melalui pinjaman dari temannya.
Ali membeberkan alasan menggunakan nama “ ngehe” untuk merek makanan. Dia bercerita tentang kehidupannya yang 'ngehe' ini membawanya pada nama camilan makaroni.
Ketika dijadikan brand makanan, nama itu juga punya arti yang baik.
“ Setelah saya dapat nama ngehe, saya mulai memikirkan apa arti yang benar. Nationalism Giving Entrepreneurship Humanism Environment. Saya cinta Indonesia, peduli lingkungan, dan memberi kepada sesama," kata dia.
Ali mengatakan camilan makaroni sudah banyak ditiru oleh kompetitor. Namun, untuk tetap bertahan di industri ini, kualitas pada servis yang menjadi perhatian utamanya kepada bisnis.
" Mereka lupa bahwa bisnis itu bukan hanya 1000 persen totalitas. Bukan hanya dari segi orang bisa beli atau cicip. Kita harus kasih perhatian kepada SDM-nya juga. Hal itu lah yang bisa mempertahankan untuk selalu terjaga kualitasnya dan servisnya," kata dia.
Pembeli, kata Ali, tidak akan kembali apabila layanannya tidak baik meskipun makanannya enak. “ Jadi, itu tidak hanya di produk, tapi detail lainnya juga harus diperhatikan,” kata dia.
Menurut Ali, tujuannya menjadi wirausaha adalah mencari kebebasan agar bisa melakukan hal yang disukainya.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN