Kisah Penghafal Alquran Dirikan Bisnis Fesyen, Sempat Tutup Butik hingga Orderan Tembus Malaysia

Reporter : Okti Nur Alifia
Rabu, 8 Februari 2023 09:35
Kisah Penghafal Alquran Dirikan Bisnis Fesyen, Sempat Tutup Butik hingga Orderan Tembus Malaysia
Wanita muda ini harus jatuh bangun dalam membangun bisnis fesyen.

Dream - Miftahul Janati memang masih belia, baru berusia 22 tahun. Namun dia sudah menangguk kesuksesan dari dunia bisnis fesyen.

Wanita yang kerap disapa Ajeng itu merupakan alumni Rumah Gemilang Indonesia (RGI) yang mulai mendirikan usahanya sejak 2018. Tentu tidak mudah, dia harus jatuh bangun sebelum meraih sukses.

Wanita yang mempunyai hobi traveling ini sempat ikut bekerja dengan sang bibi untuk meneruskan butik. Butik itu memiliki nama brand Hafiyya Almahiyra dengan modal awal dan fasilitas bisnis berasal dari bibi dan pamannya.

Namun setelah tiga bulan Ajeng menjalani usaha, tidak ada kemajuan. Justru ia mengalami bangkrut dikarenakan masa pandemi. Akhirnya ajeng memutuskan untuk menutup butiknya dan mendaftar kerja di salah satu butik dengan nama Rizanagari.

1 dari 5 halaman

Kembali Dirikan Butik

Ajeng pun memberanikan diri untuk memulai usahanya kembali pada tahun 2022. Berbagai style baju mulai dipasarkan di media sosial Instagram lewat akun @hafiyyaalmahiyra.

Mulai dari pakaian santai sehari-hari, gaun pengantin, mukena, gamis, tunik, kerudung, koko, dan baju bridesmaid.

Hasilnya, dalam satu hari, jika orderan sedang membludak, Ajeng dapat menerima ratusan permintaan jahit. Tidak tanggung-tanggung pemesan terjauh berasal dari Malaysia. 

“ Alhamdulillah, usaha yang saya jalani ini semakin berkembang. Untuk membantu memberdayakan teman-teman di RGI juga sampai saat ini saya sudah merekrut dua orang alumni RGI untuk membantu di rumah produksi,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Dream.

2 dari 5 halaman

Kecintaan Fesyen Turun dari Sang Ibu

Kecintaan Ajeng pada dunia fesyen berawal dari sang ibu. Saat itu, ibunya kerap kali menjahit untuk pakaian kebutuhan keluarga. Namun, seiring berjalannya waktu teman-teman Ajeng pun mulai memesan untuk dibuatkan kerudung. 

Akibat pesanan yang semakin banyak, akhirnya Ajeng mulai belajar menjahit agar bisa membantu ibunya hingga akhirnya dia dapat menjahit kerudung dengan baik.

Cikal bakal inilah yang terus menjadi semangat Ajeng untuk terus belajar menjahit dan bercita-cita dapat membuka usaha sendiri.

3 dari 5 halaman

Santri RGI

ajeng© Istimewa

Sebelum menjalani bisnis fesyen, Ajeng sempat mendaftarkan diri di sekolah fesyen di Bandung, Islamic Fashion Institut melalui jalur program beasiswa penghafal Alquran. 

Namun sayangnya beasiswa tersebut hanya ada per tiga tahun sekali. Ajeng tidak putus semangat hingga akhirnya mendapatkan rekomendasi untuk belajar di RGI angkatan 21 tahun 2019.

Bergabung menjadi salah satu santri RGI menjadi keputusan terbaik yang dipilih Ajeng. Kemampuan menjahit dasar yang dimilikinya dapat semakin terasah dengan mengikuti kelas diklat selama enam bulan penuh di jurusan tata busana. 

Ajeng mengaku mendapat banyak ilmu selama belajar di RGI. Jika sebelumnya hanya belajar secara otodidak, selama di RGI Ajeng dapat belajar langsung dengan para instruktur profesional di bidangnya.

4 dari 5 halaman

“ Pertama kali saya masuk di RGI, saya belum punya banyak ilmu tentang menjahit. Di sana saya benar-benar belajar dari nol lagi, mulai dari belajar membuat pola, potong bahan, sampai jahit dan benar-benar jadi baju, mukena dan produk fesyen lainnya,” kenang Ajeng.

Ajeng juga mendapatkan pengetahuan seputar bisnis dari para instruktur. Berkat dukungan semangat dan motivasinya membuat Ajeng ada di posisi seperti sekarang ini.

“ Semoga adik-adik RGI yang baru mulai berjuang saat ini, dapat menyelesaikan masa diklat dengan baik. Mampu memetik ilmu sebanyak-banyaknya agar cita-cita yang diinginkan dapat segera tercapai dan ilmunya semakin bermanfaat,” katanya.

5 dari 5 halaman

Penghafal Alquran

Dikenal sebagai santri berprestasi dan juga penghafal Alquran, membuat Ajeng dipercaya menjadi ketua kerohanian angkatannya. Secara rutin Ajeng membimbing dan mendampingi teman-temannya dalam belajar Alquran dan menyetor hafalan.

Tidak hanya kenangan manis yang dialaminya selama menjadi santri di RGI, Ajeng juga mengungkapkan pengalaman paling berkesan sekaligus menjadi motivasi untuk dirinya hingga saat ini.

“ Pengalaman luar biasa yang saya rasakan waktu itu, pernah ditegur keras instruktur sampai akhirnya sekarang-sekarang baru kepikiran kalau apa yang beliau berikan itu sangat bermanfaat sekali dan bisa membentuk karakter saya saat ini. Mungkin teguran tersebut cukup keras bagi saya, tapi ini justru bisa bangkitkan semangat saya agar terus berkarya lebih baik lagi,” ungkapnya.

 

Beri Komentar