Foto : Shutterstock
Dream - Kondisi komunitas muslim Uighur di China masih menjadi sorotan dunia. Meski pemerintah Tiongkok sudah membantah adanya upaya kekerasan, pengakuan warga yang menjadi korban masih terus bermunculan. Slaah satunya datang dari Sayragul Sautbay.
Dia adalah mantan penghuni kamp di wilayah paling barat Tiongkok, Xianjiang. Meski sudah dua tahun dibebaskan, ingatannya tentang mimpi buruk dan kilas balik dari “ penghinaan dan kekerasan” yang dialaminya selama ditahan masih terpatri jelas.
Sayragul Sautbay merupakan muslim Uighur yang pernah ditahan di ‘kamp pendidikan ulang atau kamp konsentrasi’ di Provinsi Xinjiang, China. Kini Sautbay menjadi seorang doktor medis dan pendidik di Swedia.
Baru-baru ini, ibu dua anak itu menerbitkan sebuah buku tentang pengalamannya selama di kamp konsentrasi.
Dalam wawancara dengan laman Al Jazeera, Sautbay menyampaikan adanya praktik pemukulan, dugaan pelecehan seksual, strerilisasi secara paksa, dan penghinaan lainnya yang dialami Uighur dan minoritas Muslim lainnya selama ditahan. Tak sampai di sana, mereka juga dipaksa untuk mengonsumsi daging babi, sesuatu yang sangat dilarang dalam Islam.
Muslim Uighur yang pernah ditahan di ‘kamp pendidikan ulang atau kamp konsentrasi’ di Provinsi Xinjiang, China, Sayragul Sautbay, menceritakan bagaimana dia dan minoritas Muslim lainnya dipaksa untuk memakan daging babi.
“ Setiap Jumat kami dipaksa makan daging babi. Mereka sengaja memilih hari yang suci bagi umat Islam. Dan jika kamu menolaknya, maka kamu akan mendapatkan hukuman yang berat,” kata Sautbay.
Menurutnya, kebijakan itu dirancang untuk menimbulkan rasa malu dan bersalah pada diri seorang Muslim. Ketika memakan daging babi, dia mengatakan susah menjelaskannya dengan kata-kata karena dia sulit menerimanya dan merasa menjadi orang yang berbeda.
“ Saya merasa seperti orang yang berbeda. Di sekitarku menjadi gelap. Sangat sulit menerimanya,” tegasnya.
Sautbay juga memaparkan, di suatu sekolah di Altay, sebuah kota di utara Xinjiang, siswa juga dipaksa makan daging tersebut. Ketika banyak yang menolak dan berdemonstrasi melawan administrator sekolah mereka, pemerintah mengirim tentara untuk turun tangan.
Pemerintah Xinjiang juga telah memulai inisiatif yang disebut makanan gratis untuk anak-anak Muslim di taman kanak-kanak. Makanan itu berupa hidangan daging babi tanpa sepengetahuan mereka. Idenya adalah dengan menyajikan daging babi sejak kecil, sehingga anak-anak Muslim akan terbiasa dengan rasa makanan non-halal.
Pengusaha Uighur, Zumret Dawut, memberitahu Al Jazeera tentang pengalaman penahanannya secara langsung. Dia dijemput pada Maret 2018 di Urumqi, kota kelahirannya. Dia juga mengatakan dia disajikan daging babi berulang kali.
" Ketika Anda tinggal di kamp konsentrasi, Anda tidak bisa memutuskan apakah akan memakannya atau tidak. Untuk bisa hidup, kami harus makan daging (babi) yang disajikan untuk kami," ujarnya.
Zumret Dawut, yang sekarang tinggal di pengasingan di AS, juga mengatakan kepada saluran tersebut bahwa dia ditahan selama dua bulan di kampung halamannya di Urumqi dan berulang kali dipaksa makan daging babi selama dalam penahanan.
Seorang antropolog Jerman dan sarjana Uighur, Adrian Zenz, mengatakan, ada upaya aktif untuk mempromosikan dan memperluas peternakan babi di wilayah tersebut. Merujuk pada sebuah artikel yang diterbitkan pada Mei lalu, Zenz menyebut, ada sebuah peternakan baru yang diproyeksikan menempati lahan seluas 25 ribu meter persegi di wilayah Kashgar Selatan yang bertujuan untuk menghasilkan 40 ribu babi setiap tahunnya.
Peternakan babi ini bukan dimaksudkan untuk diekspor, tetapi untuk memastikan pasokan daging babi di wilayah Kashgar, yang 90 persen dari total populasi adalah Muslim Uighur. Zenz menilai, ini merupakan upaya untuk memberantas secara penuh budaya dan agama orang-orang di Xinjiang.
“ Ini merupakan bagian dari strategi sekularisasi, yang mengubah orang-orang Uighur menjadi sekuler dan mengindoktrinasi mereka untuk mengikuti Partai Komunis dan menjadi agnostik atau ateis,” lanjutnya.
Pemerintah China tidak bicara banyak tentang masalah ini. Namun berbagai publikasi yang dikendalikan negara tersebut mempertanyakan kredibilitas Sautbay dan Dawut ketika mereka membuat tuduhan pelanggaran di Xinjiang. Di samping itu, China menuduh antropolog Jerman dan sarjana Uighur, Adrian Zenz, telah memalsukan fakta dan data. Zenz dituduh memilih kaitan dengan faksi ‘sayap kanan’ pemerintah AS.
Lebih lanjut, China juga membantah keberadaan kamp pendidikan ulang di mana PBB mengatakan lebih dari satu juta orang telah ditahan. Sebaliknya, Beijing mengklaim bahwa kamp tersebut merupakan tempat untuk mengoperasikan pusat kejuruan yang memungkinkannya untuk melatih kembali populasi Uighur dan mengajari mereka keterampilan baru.
Sumber : Aljazeera
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia