Bus (Indiatimes.com)
Dream - Sudah dua tahun lebih pandemi Covid-19 merundung Bumi. Tak hanya merenggut nyawa, virus corona juga memorak-porandakan ekonomi dunia, termasuk di India.
Saat ini, beberapa sektor ekonomi di negeri Bollywood itu mulai menggeliat. Namun, pariwisata masih terhuyung-huyung. Akibatnya, roda-roda bus pariwisata banyak yang berhenti, tak lagi beroperasi.
Sebelum pandemi, bus-bus mewah sleeper dan semi-sleeper menjadi pemandangan biasa di wilayah Kerala. Mereka biasanya penuh dengan wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri. Namun, pemandangan itu kini semakin langka.
Sejumlah perusahaan bus sudah tak sanggup lagi menghidupkan mesin mobil-mobil jumbo itu karena krisis. Beberapa di antara mereka bahkan mengaku harus meninggalkan industri mereka untuk selamanya karena tidak memiliki sumber daya untuk memulai dari awal lagi.
Salah satunya Royson Joseph, pengusaha bus mewah dari Kochi. Pada puncak bisnisnya, Royson's Royal Travels, punya 20 armada bus mewah. Karena rugi, kini busnya tinggal 10, itupun dia harus mati-matian menghidupi perusahaan.
Kisah pedih Joseph belakangan terungkap melalui unggahan Facebook Contract Carriage Operators Association Kerala (CCOA). Joseph mengaku ingin menjual semua busnya sebagai barang bekas hanya untuk memberi makan keluarganya.
Joseph sempat berharap dunia pariwisata kembali menggeliat antara Desember hingga Januari lalu, yang tahun-tahun sebelumnya menjadi musim turis tersibuk di Kerala. Namun nyatanya tetap sepi order.
Dalam sepekan terakhir hanya tiga busnya yang beroperasi melakukan perjalanan ke Munnar, itupun hanya sekali. Kini, Joseph merasa sudah cukup berjuang menghidupi usaha busnya.
Joseph sekarang ingin menjual bus-busnya sebagai barang bekas. Bus-bus yang tersisa itu bahkan akan dijual rongsokan dengan harga 45 rupee perkilo atau Rp8.500 perkilogram.
Tekad Joseph mungkin susah dimengerti orang kebanyakan. Namun rupanya dia sudah tidak menemukan jalan keluar untuk bertahan. Ketika bus-busnya tidak beroperasi, Joseph tetap dipaksa membayar pajak, asuransi, gaji karyawan, dan perawatan. Jadilah kantong Joseph bolong.
" Saya tidak bisa menjalankan bisnis ini lagi. Saya sudah menjual sepuluh dari 20 bus saya untuk bertahan hidup. Saya siap menjual sisa bus dengan nilai bekas. Kelangsungan hidup keluarga saya tergantung pada ini. Karyawan kami juga dalam krisis," kata Joseph, dikutip dari indiatimes.com.
Joseph juga menuding polisi dan dinas kendaraan bermotor setempat terus mengganggu para operator bus dengan dalih pemeriksaan Covid-19. Dia juga mengaku operator harus membayar denda besar untuk pelanggaran kecil.
" Saya membayar pajak hampir 40.000 rupee untuk setiap bus. Saya juga membayar pajak untuk bahan bakar dan membayar 80.000 rupee sebagai asuransi. Namun, bus saya ditarik oleh petugas di tengah perjalanan tanpa alasan," katanya.
Menurut CCOA, kasus Joseph bukanlah satu-satunya. CCOA menyebut banyak anggotanya telah mengundurkan diri karena krisis keuangan. Ribuan bus juga telah ditarik dari operator yang tak bisa membayar utang.
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati