Yusuf Ramdhani- Owner & CEO Athletica & Geoffmax. (Foto: Dream.co.id/Elyzabeth Yulivia)
Dream – Pandemi Covid-19 membuat sebagian orang sadar pentingnya menjaga kesehatan. Tidak hanya memperhatikan pola makan dan istirahat yang cukup, hidup sehat yang seimbang bisa tercapai jika menerapkan olahraga atau melakukan aktivitas fisik secara rutin.
Beberapa tren olahraga seperti jogging, bersepeda, atau workout melalui YouTube, digemari oleh masyarakat semenjak pandemi. Perubahan pola perilaku masyarakat termasuk tren olahraga yang semakin berkembang, membuat permintaan terkait peralatan olahraga ikut meningkat salah satunya sepatu.
Berbagai jenis sepatu dihadirkan oleh para produsen sepatu olahraga untuk memanfaatkan momentum ini, tak ketinggalan sepatu lokal asal Bandung yakni Athletica.
Brand yang berdiri di tengah pandemi ini menggunakan bahan baku serta material dari Indonesia. Diproduksi secara lokal, Athletica memanfaatkan SDM dalam negeri dan berhasil memasarkannya di seluruh Indonesia.
© MEN
(Yusuf Ramdhani, Owner & CEO Athletica & Geoffmax/Foto: Dream.co.id/Elyzabeth Yulivia)
Sebelum melahirkan brand sepatu olahraga, dua sahabat yaitu Fauzan Efwanda dan Yusuf Ramadhani lebih dulu merintis brand sepatu kulit dan sepatu kanvas GeoffMax. Sayangnya, lonjakan harga bensin pada 2013 mempengaruhi harga bahan baku, proses produksi, serta menurunkan daya beli masyarakat.
Di tengah badai ujian tersebut dua sahabat ini masih dinaungi Dewi Fortuna karena brand sepatu mereka masih mencatat peningkatan penjualan. Strategi bisnis juga digulirkan Fauzan dan Yusuf yang mulai fokus mengembangkan sepatu kanvas yang dianggap lebih ekonomis dan dapat diterima oleh masyarakat Indonesia.
Setelah sukses dengan GeoffMax, dua pemuda yang bermimpi menjadi seorang wirausahawan dan memberikan dampak positif kepada masyarakat ini inimulai memberanikan diri menciptakan brand olahraga lokal. Athletica pun lahir pada 2020, di tengah pandemi yang berlangsung.
Meluncurkan brand di tengah pandemi menjadi tantangan tersendiri. Dalam virtual media briefing yang diadakan oleh Shopee, Yusuf menjelaskan bahwa usahanya juga terdampak akibat pandemi Covid-19 terlebih dalam hal produksi.
“ Tantangan kita untuk nyari tempat yang emang fit untuk sepatu olahraga. Kedua, untuk pemasarannya juga harus punya strategi yang berbeda dari brand sebelumnya,” kata Yusuf pada Selasa, 28 September 2021.
© Dream.co.id/Elyzabeth Yulivia
Sebagai brand yang tergolong baru, Yusuf menjelaskan bahwa sulit untuk meyakinkan para produsen tetap melakukan produksi di tengah pandemi. Cara pendekatan bisnis juga dilakukan Yusuf dengan mengajak para produsen bertukar pikiran terkait visi misi Athletica.
“ Jadi gak hanya sekadar transaksional. Lebih dari itu, kita ngobrol lebih dalam soal visi misi kedepan,” kata dia.
Selain tantangan dalam hal produksi, Yusuf berkata bahwa warehouse Athletica sempat kebanjiran sehingga menghambat proses penjualan.
© Dream.co.id/Elyzabeth Yulivia
“ Lebih dari 50 persen produk kita hanyut terbawa air, padahal di warehouse lagi banyak produk yang siap untuk dijual,” kata Yusuf.
Kondisi ini membuat Yusuf bersama timnya sedih dan terpuruk. Namun masih ada kepercayaan dalam diri Yusuf jika cobaan ini merupakan jalan yang memang harus mereka lalui.
Sebagai seorang pemimpin, Yusuf berusaha menjaga semangat para tim agar bisa bangkit dan tidak berlarut-larut dalam kesedihan.
Situasi yang dialami Athletica saat itu, tidak membuat Yusuf dan Fauzan berhenti untuk mengejar mimpi. Semangat yang dimiliki oleh timnya, membuat dirinya bangkit dan memberanikan diri untuk melampaui batasan-batasan yang ada.
© Instagram @athletica.id
(Foto; Instagram @athletica.id)
Semangat tak pantang menyerang ini membuat Athletica berhasil menambahkan dua kali lipat jumlah karyawan, penambahan kapasitas warehouse, serta penambahan jumlah pabrik rekanan.
“ Alhamdulillah growth-nya cukup signifikan. Dengan adanya Athletica ini yang tadinya warehouse cukup, pada waktu itu jadi penuh karena demand-nya lumayan tinggi. Karyawan juga yang tadinya karena pandemi mau kita kurangi, malah gak jadi gitu,” jelas Yusuf merasa bahagia dengan pencapaian ini.
Di tengah hadirnya brand lokal yang semakin menjamur, membuat persaingan di industri ini semakin ketat. Sebuah brand dituntut untuk berbeda dan memiliki ciri khas sehingga mampu meraih market yang dituju.
Yusuf menjelaskan, persaingan ini membuat timnya semakin semangat dan menciptakan peluang untuk berkolaborasi sesame brand lokal. Menurutnya, era digital membuat kolaborasi menjadi cara untuk bertahan di tengah persaingan yang ada.
Yusuf berpesan untuk menjaga mindset positif di tengah kondisi apapun. Ia juga berpesan kepada orang-orang yang baru merintis usaha untuk tidak takut memulai apa yang ingin diperjuangkan.
“ Semangat untuk mengejar apa yang kita inginkan dan apa yang menjadi target kita. Terlebih sekarang ada banyak platform atau media sosia yang bisa membantu usaha kita,” kata Yusuf.
Laporan: Elyzabeth Yulivia