Punya Rp1.048 T, RI Cuma Kuasai 8% Aset Keuangan Syariah Dunia

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Senin, 6 November 2017 07:15
Punya Rp1.048 T, RI Cuma Kuasai 8% Aset Keuangan Syariah Dunia
Bahkan, di kancah global, aset perbankan syariah berada di peringkat ke-10.

Dream - Indonesia harus mengakui tertinggal dari negara tetangga, Malaysia dalam hal keuangan syariah. Laporan Global Economic Indicator 2017 mencatat posisi aset perbankan syariah Indoenesia berada di peringkat ke-10 dunia.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso, mengatakan posisi Indonesia kalah karena pangsa pasar perbankan syariah yang masih sangat minim.

Pada tahun 2016, pangsa pasar bank syariah di Indonesia cuma 5,3 persen, kalah jauh dari Arab Saudi 51,1 persen, Malaysia 23,8 persen, dan Uni Emirat Arab 19,6 persen.

Wimboh mengatakan pada Agustus 2017, total aset keuangan syariah di Indonesia mencapai Rp1.048,8 triliun. Rinciannya, aset perbankan syariah Rp389,74 triliun, industri keuangan non bank (IKNB) syariah Rp 99,15 triliun, dan pasar modal syariah Rp559,59 triliun.

“ Jika dibandingkan dengan total aset industri keuangan yang mencapai Rp13,092 triliun, market share industri keuangan syariah sudah mencapai 8,01 persen,” kata dia dalam acara " Prospek Indonesia sebagai Pusat Keuangan Syariah Global" belum lama ini.

Wimboh mengatakan perlu upaya untuk memposisikan Indonesia sebagai kiblat perekonomian syariah global. OJK bersama dengan Bank Indonesia (BI), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) bekerj asama mengatur regulasi perekonomian syariah. Sejumlah program diharapkan mampu memajukan ekonomi syariah, seperti dengan pengembangan kemandirian ekonomi di pesantren wilayah Sumatera, Jawa dan Kalimantan Timur.

“ Pelatihan diberikan dalam bentuk program kemitraan seputar perkebunan dan daur ulang,” kata dia.

Untuk mendukung sektor halal, akan diadakan pula Sharia Economic Forum and Fair pada 7-11 November mendatang. Agenda tersebut dilakukan sebagai perwujudan implementasi halal supply chain yang mencakup sektor pertanian terintegrasi (integrated farming), industri pengolahan (food and fashion), energi terbarukan (renewable energy) serta sektor wisata halal (halal tourism).

(Sah/Laporan: Annisa Mutiara Asharini)

Beri Komentar