Indonesia Membutuhkan Rp77 Ribu Triliun Investasi Untuk Mencapai Target Net Zero Emission
Dream - Indonesia membutuhkan investasi setidaknya Rp77 ribu triliun untuk memenuhi target net zero emission (NZE) dalam menangkal perubahan iklim. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kebutuhan investasi yang sangat besar itu membuat pembiayaan ekonomi hijau menjadi sangat penting.
" Pemerintah mendorong berbagai instrumen untuk membiayainya, antara lain green sukuk, dan juga beberapa pemanfaatan daripada refinancing green sukuk,” kata Airlangga saat sambutan acara CIMB Niaga The Cooler Earth Sustainability Summit secara virtual, Rabu, 21 September 2022.
Selain dari sektor pembiayaan, Airlangga menambahkan, pemerintah telah mengembangkan inovasi di berbagai sektor untuk mencapai target NZE diantaranya lewat energi baru dan terbarukan (EBT), perlindungan hutan dan lahan gambut, peningkatan produktivitas lahan, penanganan limbah terpadu, hingga penggunaan teknologi untuk ekonomi hijau.
“ Dengan proyek ini bisa dihitung pengurangan emosi yang bisa dicapai,” lanjutnya.
Sedikit gambaran tentang kebutuhan investasi Indonesia tersebut, jika dana sekitar Rp77 ribu triliun dikonversikan ke dalam harga BBM nonsubsidi, kebutuhan investasi hingga tahun 2060 mendatang setara dengan 5,3 triliun liter Pertamax yang saat ini dijual Rp14.500 per liter.
Dengan volume Pertamax tersebut, total kebutuhan investasi untuk mencapai target NZE yang disepakati dalam Perjanjian Paris tersebut mampu membuat 118 miliar unit mobil Toyota Avanza yang memiliki kapasitas tangki maksimal 45 liter terisi penuh.
Percepatan energi terbarukan sendiri telah diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 112 tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
Perubahan iklim, dikatakan Airlangga merupakan isu yang saat ini menjadi perhatian berbagai negara. Dengan adanya Perpres tersebut diharapkan dapat mempercepat capaian target dari EBT serta menurunkan gas emosi rumah kaca.
“ Isu perubahan iklim menjadi perhatian utama berbagai negara di dunia karena berpotensi menaikan suhu bumi sebesar 2,5 sampa 4,7 derajat celsius di tahun 2100 akibat peningkatan gas rumah kaca,” ungkap Airlangga.
Dorong Akselerasi Pemulihan Ekonomi
Selain perubahan iklim, isu pandemi Covid-19 dan tensi geopolitik menurut Airlangga juga masih menjadi tantangan utama dalam pemulihan ekonomi global baik dalam jangka pendek maupun menengah.
“ Bank dunia menyebutkan bahwa telah terjadi perlambatan ekonomi di Amerika, China dan Uni Eropa. Perlambatan juga disebabkan risiko global yang terus membayangi pertumbuhan ekonomi salah satu risiko adalah tantangan ekonomi dalam jangka menengah dan panjang,” katanya.
Sebagai langkah untuk melakukan akselerasi pemulihan ekonomi pasca Covid-19, pemerintah menyusun grand strategi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Disebutkan Airlangga strategi yang dijalankan antara lain melalui UU Cipta Kerja, percepatan digitalisasi, pemberantasan kemiskinan, hingga peningkatan output perekonomian dengan hilirisasi industri yang berbasis dengan prinsip keberlanjutan ekonomi hijau.
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang