Ferdike Yunuri Nadya/ Dream.co.id
Dream - Beberapa waktu lalu, produsen kosmetik asal Amerika Serikat, Revlon mengajukan kebangkrutan ke pengadilan. Perusahaan yang pernah menjadi ikon kosmetik dunia ini diketahui tengah menghadapi masalah gangguan rantai pasokan global yang mendorong kenaikan biaya bahan baku, serta mendorong vendor untuk menuntut pembayaran di muka.
Lalu bagaimana dengan Revlon Indonesia? Saat ditemui pada acara #RevlonIsMe Bebas Tentukan Pilihan, General Manager Sales dan Marketing Revlon Indonesia, Deby Wibisana menjelaskan bahwa isu kebangkrutan di Amerika Serikat tidak berhubungan dengan Revlon Indonesia.
" Revlon Indonesia masih beroperasional seperti biasa, sebenarnya itu tidak ada hubungan dengan Indonesia karena kami di bawah naungan group besar Tempo Scan Pasific," jelas Deby.
Diketahui dalam pengajuan kebangkrutannya, Revlon mengatakan gangguan rantai pasokan di musim semi mendorong persaingan ketat untuk bahan-bahan yang digunakan untuk membuat produknya. Namun di Revlon Indonesia pasokan bahan-bahan masih aman.
" Kita sejauh ini masih lancar, ingredients kita memang banyak dari luar tapi sejauh ini aman saja," tambah Deby.
Revlon pun terus percaya diri melihat penjualan produk-produknya di Indonesia masih tumbuh positif.
" Kami tetap percaya diri, kita tetap masih ada untuk pecinta revlon hingga 90 tahun lagi," tambah Deby.
Dream - Produsen kosmetik asal Amerika Serikat, Revlon telah mengajukan kebangkrutan ke pengadilan. Perusahaan yang pernah menjadi ikon kosmetik dunia ini diketahui tengah menghadapi masalah gangguan rantai pasokan global yang mendorong kenaikan biaya bahan baku, serta mendorong vendor untuk menuntut pembayaran di muka.
Dikenal dengan produk cat kuku dan lipstiknya, dalam beberapa tahun terakhir ini Revlon telah kehilangan ruang rak di toko-toko. Kehadirannya tergusur sejumlah perusahaan rintisan bidang kosmetik yang didukung selebriti seperti Kylie Cosmetics dari Kylie Jenner dan Fenty Beauty dari Rihanna.
Dalam pengajuan kebangkrutannya, Revlon mengatakan gangguan rantai pasokan di musim semi mendorong persaingan ketat untuk bahan-bahan yang digunakan untuk membuat produknya.
Pada saat yang sama, vendor menuntut pembayaran di muka sebesar 75 persen sebelum pesanan baru dilakukan, selain itu Revlon juga kekurangan tenaga kerja dan inflasi yang semakin memperburuk situasi.
“ Dengan kekurangan bahan yang diperlukan di seluruh perusahaan, persaingan untuk mendapatkan bahan yang tersedia sangat ketat," tulis Kepala Restrukturisasi Revlon, Robert Caruso dalam pengajuan pengadilan, dikutip dari rappler.com, Jumat, 17 Juni 2022.
Pandemi Covid-19 juga telah memperpanjang waktu pengiriman kapal sejak 2020, dan hal ini yang mendorong biaya pengiriman. Ditambah dengan konflik Rusia-Ukraina dan lockdown di Shanghai yang semakin mengganggu rantai pasokan tahun ini.
Dikabarkan, saham Revlon turun sebanyak 44 persen pada hari Kamis, 16 Juni, kemarin, karena pengajuan kebangkrutan sebelum ditutup turun 13 persen.
Advertisement
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya