Crocs
Dream - Pergantian tren fashion cepat berubah seiring berjalannya waktu. Mulai dari baju, celana, dress, hingga sepatu. Salah satu tren alas kaki yang sempat dianggap sebagai tren terburuk adalah Crocs.
Lucunya, kini Crocs menjadi salah satu tren fashion yang digandrungi banyak orang, terutama para Gen Z. Alasannya tentu beragam, mulai dari pilihan warna yang unik dan beragam, bentuk dan tinggi yang dapat dipilih sesuai keinginan, serta Jibbitz atau charm khusus untuk Crocs dengan beragam desain lucu dan unik.
Crocs diciptakan sejak tahun 2001 oleh Scott Seamans, Lyndon “ Duke” Hanson, dan George Boedecker, Jr. Crocs merupakan hasil inovasi dari produk bakiak busa oleh brand Kanada, Foam Creations. Brand tersebut kemudian diakuisisi oleh Crocs.
Crocs memproduksi model pertamanya, the Beach, pada acara Fort Lauderdale Boat Show 2002 di Florida. Crocs awalnya dirancang sebagai sepatu berperahu. Desain tersebut terinspirasi dari bakiak jadul dari Denmark. Tujuan awal tersebut menjadikan alasan dari desain Crocs yang unik itu.
Desain sol yang berfokus pada pegangan, bahan tahan air, dan pelindung kaki diharapkan dapat membantu para pelaut saat menggunakan Crocs. Crocs terbuat dari busa paten yang disebut Croslite. Busa eksklusif untuk Crocs itu bukanlah terbuat dari plastik atau karet, melainkan dari resin sel tertutup.
Crocs kemudian berinovasi pada Croslite, menciptakan LiteRide di tahun 2018. Bahan LiteRide 25% lebih ringan dan 40% lebih lembut dari Croslite, namun tetap memberikan penyerapan dan dukungan goncangan. Bahan tersebut digunakan guna menimbulkan rasa aman dan nyaman saat Crocs digunakan di darat maupun laut.
Lubang-lubang yang terdapat pada sendal dan sepatu Crocs merupakan salah satu ciri khas brand tersebut. Desain tersebut bertujuan sebagai ventilasi dan untuk mengeluarkan kelembaban yang berlebih agar penggunanya tetap merasa nyaman.
Nama Crocs sendiri juga mencerminkan tujuan awal dari sepatu tersebut, yaitu dapat digunakan di darat dan laut. Crocs diambil dari nama kata 'Crocodile', yang berarti buaya. Sebagai hewan amfibi, buaya dapat hidup di darat maupun laut, sejalan dengan konsep alas kaki Crocs. Crocs resmi mendaftarkan nama dan logo buaya sebagai trademark di lebih dari 40 negara di dunia, termasuk Amerika Serikat pada tanggal 31 Desember 2007.
Di tahun 2005, muncul perusahaan keluarga Jibbitz yang menghasilkan charm indah yang dapat dipasangkan di lubang-lubang Crocs. Perusahaan tersebut dibanding oleh Sheri Schmelzer dan suaminya Rich. Produk ini muncul karena Sheri terinspirasi untuk menghias Crocs anak-anaknya dengan bunga dan pesona palsu. Perusahaan tersebut pun kemudian diakuisisi oleh Crocs. Kini, Jibbitz menjadi salah satu daya tarik Crocs.
Crocs terus mengembangkan produknya ke pasar global. Di tahun 2007, Crocs telah memiliki 5.300 karyawan. Di Indonesia sendiri, Crocs mengawali kariernya sebagai sendal spa. Crocs awalnya menuai pro dan kontra. Desain yang unik membuat opini masyarakat seakan terpecah, ada yang menyukai dan membencinya.
Seiring berjalannya waktu, Crocs tetap eksis dan konsisten. Gen Z dari berbagai belahan dunia pun kini telah mengembalikan tren Crocs ke pasar. Crocs kini telah ada di lebih dari 90 negara dan telah menjual lebih dari 720 juta pasang sepatu.
Laporan : Erdyandra Tri Sandiva
Advertisement
Begini Beratnya Latihan untuk Jadi Pemadam Kebakaran
Wanita Ini Dipenjara Gegara Pakai Sidik Jari Orang Meninggal Buat Perjanjian Utang
4 Glamping Super Cozy di Puncak Bogor, Instagramable Banget!
Menkeu Lapor Capaian Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran, Tingkat Pengangguran Turun
Cerita Darsono Setia Rawat Istrinya yang Tak Bisa Kena Cahaya Selama 32 Tahun
Harapan Baru bagi Pasien Kanker Payudara Lewat Terapi Inovatif dari AstraZeneca
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Sentuhan Gotik Modern yang Penuh Karakter di Koleksi Terbaru dari Dr. Martens x Wednesday
Panas Ekstrem, Warga Cianjur Sampai Tuang 2 Karung Es Batu ke Toren