Seorang Pria Bekerja Lembur Di Kantor. (Foto: Shutterstock)
Dream - Terlalu banyak lembur tak baik juga bagi kesehatan. Selain bisa sakit, lembur yang berlebihan bisa memicu kematian dini, seperti yang terjadi pada seorang pria di Hangzhou, China.
Dikutip dari World of Buzz, Rabu 3 Desember 2019, pria berusia 36 tahun itu meninggal dunia saat mengikuti wawancara kerja. Dia mengembuskan napas terakhir setelah terus lembur dalam pekerjaan sebelumnya.
Pria yang tak disebutkan namanya itu tiba-tiba kolaps saat berbicara dengan pewawancara kerja. Dia langsung dibawa ke rumah sakit saat pupilnya melebar dan dinyatakan meninggal dunia.
Pewawancara mengatakan pria ini selalu lembur dan ini alasannya ingin berganti pekerjaan. Tak hanya itu, kandidat ini juga punya darah tinggi.
Dokter mengatakan, pria itu meninggal karena serangan jantung. Pasien yang mengidap penyakit jantung koroner dan hipertensi berisiko tinggi mengalami serangan jantung. Penyakit serangan jantung ini juga bisa menyerang siapa pun yang sehat.
Dokter yang menangani pria ini sempat merawat pasien lain yang bertahan dari serangan jantung di tempat kerjanya dua minggu sebelumnya.
Setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit, kondisi pasien membaik. Namun, pasien ingin keluar dari rumah sakit karena masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
Dokter menyarankan siapa pun yang pernah mengalami serangan jantung harus berhati-hati dan menghindari bekerja terlalu keras. Ini bisa menghindarkan diri dari potensi serangan jantung.
Dream – Peringatan bagi kamu yang sering bekerja lembur. Kajian menyebutkan ada potensi kebotakan dua kali lebih cepat yang dialami oleh karyawan yang bekerja lebih dari 52 jam per minggu.
Dikutip dari World of Buzz, Kamis 24 Oktober 2019, peneliti dari Sungkyunkwhan University of Medicine di Korea Selatan, menemukan orang-orang yang bekerja lebih dari 52 jam per minggu akan mengalami kebotakan dua kali lebih cepat daripada yang bekerja di bawah 52 jam per minggu.

Dalam kajian yang dirilis di “ Annals of Occupational and Environmental Medicine”, pada 2017, peneliti membagi 13.391 responden menjadi tiga kelompok berdasarkan jam kerja, yaitu normal (bekerja 40 jam per minggu), panjang (52 jam per minggu), dan sangat panjang (lebih dari 52 jam per minggu). Para responden ini merupakan pria dan wanita yang berusia 20—59 tahun. Mereka juga didata berdasarkan umur, status pernikahan, pendidikan, dan faktor-faktor lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan jam kerja tinggi mendorong peningkatan rambut rontok. Kondisi ini bsa memicu terjadinya kebotakan.
Menurut kajian, grup “ normal” memiliki tingkat kebotakan 2 persen, “ panjang” 3 persen, dan “ lebih panjang” 4 persen. Dikatakan juga pria yang memiliki jam kerja lebih panjang, memiliki tingkat kebotakan lebih tinggi daripada yang normal.
Jam kerja yang tinggi menimbulkan stres. Nah, stres ini bisa menghentikan pertumbuhan rambut di kepala. Terlalu lama bekerja juga bisa mengubah level hormon yang bisa berdampak negatif kepada tubuh.
Berdasarkan penelitian, periset meminta legislator untuk mengurangi jam kerja karyawan.
Dream – Sahabat Dream sering diminta lembur? Sebaiknya diskusikan informasi penting ini dengan atasan?
Seorang kajan baru menunjukan pegawai yang sering begadang karena bekerja sampai larut malam berisiko tinggi meninggal lebih cepat dibandingkan rekannya yang hanya bekerja di siang hari.
Dilansir dari Metro, Jumat 13 April 2018, para ilmuwan menemukan fakta mereka yang bekerja pada malam hari rentan terkena penyakit jantung dan disfungsi metabolisme jika harus bangun pagi.
![]()
Tak hanya itu, para pekerja malam ini akan terkena risiko kematian 10 persen lebih besar.
Anggota dari Northwestern University di Chicago, Amerika Serikat, Kristen Knutson, mengatakan perusahaan sebaiknya memberikan aturan yang fleksibel bagi karyawan yang lembur.
“ Mereka seharusnya tidak dipaksa untuk bangun jam 08.00,” kata Knutson.
Sumber data temuan itu diperoleh dari informasi medis dan genetik 500 ribu orang Inggris berusia 40 tahun-69 tahun dari Biobank selama enam tahun. Hasil kajian diterbitkan dalam jurnal Chronobiology International.
Selain penyakit jantung dan disfungsi metabolisme, “ pekerja malam” memiliki risiko diabetes dan gangguan mental yang lebih tinggi.
“ Ini adalah masalah kesehatan masyarakat yang tidak bisa lagi diabaikan,” kata rekan penulis kajian, Malcolm von Schantz.
(Sah)
Advertisement
Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian

Update Korban Banjir Sumatera: 846 Meninggal Dunia, 547 Orang Hilang

Anggota DPR Minta Menteri Kehutanan Raja Juli Mundur!

Salut! Praz Teguh Tembus Aras Napal, Daerah di Sumut yang Terisolir karena Banjir Bandang


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian

Update Korban Banjir Sumatera: 846 Meninggal Dunia, 547 Orang Hilang