Fokus Bukalapak Setelah Jadi Emiten Startup Unicorn Pertama di BEI

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Jumat, 9 Juli 2021 19:12
Fokus Bukalapak Setelah Jadi Emiten Startup Unicorn Pertama di BEI
Platform e-commerce ini melepaskan sebagian sahamnya ke publik.

Dream – PT Bukalapak Indonesia berencana menggunakan dana hasil penawaran umum saham perdana (IPO) untuk pengembangan bisnis perusahaan. Menjadi startup unicorn pertama yang melantai di pasar modal Tanah Air, Bukalapak optimistis bisa memperkuat jaringan serta bisa memajukan UMKM.

“ Melalui rencana IPO ini, kamu yakin dapat semakin memperkuat jaringan bisnis dan memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk berkembang bersama untuk mewujudkan ekosistem digital,” kata Presiden Direktur Bukalapak, Rachmat Kaimuddin, Jumat, 9 Juli 2021.

Menurut Rachmat, Bukalapak setelah IPO akan fokus kepada digitalisasi warung sebagai infrastruktur tambahan.

“ Kalau tidak didorong secara serius, warung akan punah. Tujuannya agar warung bisa naik kelas,” kata dia.

Kinerja Bukalapak

Sekadar informasi, total processing value (TPV) perseroan pada 2020 mencapai Rp85 triliun. Hingga 31 Desember 2020, jumlah pengguna yang terdaftar sebanyak 104,9 juta.

Dari TPV tersebut, sekitar 70 persen transaksi berasal dari kota-kota di luar wilayah tier 1. Hal ini membuktikan fokus Bukalapak dalam hal pemerataan ekonomi nasional.

Bukalapak juga bertumbuh dengan performa finansial yang terus meningkat, strategi bisnis yang efektif, dan didukung oleh potensi pasar yang besar. Dari 2018 hingga 2020, rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) pendapatan perseroan mencapai 115 persen.

Pada 2020, pendapatan Bukalapak sebesar Rp1,35 triliun. Tahun ini, Bukalapak terus berkembang menjadi perusahaan teknologi yang tidak hanya memberikan manfaat bagi UMKM secara online, tapi juga melalui platform dan layanan offline.

Perseroan memiliki rekam jejak program online to offline (O2O) yang dikenal dengan nama Mitra Bukalapak yang telah terbukti menunjukkan hasil yang bertumbuh secara signifikan. Pertumbuhan pendapatan mitra Bukalapak dari 2018 hingga 2020 lebih dari 1.200 persen.

Berdasarkan riset Frost & Sullivan, Bukalapak merupakan platform e-commerce yang paling banyak memiliki jaringan mitra di Indonesia. Tahun lalu, sekitar 27 persen dari TPV Bukalapak berasal dari mitra. Per akhir Desember 2020, jumlah mitra yang terdaftar sebanyak 6,9 juta dengan pertumbuhan penjualan per mitra setelah bergabung mencapai tiga kali lipat, berdasarkan estimasi internal perusahaan. 

1 dari 1 halaman

Ingin Libatkan Lebih Banyak Masyarakat

Melalui IPO, Bukalapak ingin melibatkan lebih banyak masyarakat untuk mendukung perkembangan perusahaan lokal dalam memajukan perekonomian bangsa. Sebagai perusahaan All-Commerce, Bukalapak melayani inti dari ekonomi konsumen Indonesia yang terdiri atas physical products, virtual products, SaaS, dan financial inclusion.

Platform All-Commerce tersebut menjadi salah satu kekuatan kompetitif yang dimiliki Bukalapak. Selain itu, kepemimpinan pasar yang semakin nyata di pasar ritel mikro offline juga menjadi kekuatan Bukalapak. Di samping itu, Bukalapak merupakan pemain All-Commerce yang sukses dari inisiatif O2O, memiliki komitmen yang kuat untuk memimpin dalam hal teknologi, dan pertumbuhan yang menuju profitabilitas.

Tim manajemen Bukalapak juga didukung oleh pemegang saham dengan kepentingan strategis yang selaras, mampu mendorong manfaat sosial bagi mitra dan komunitas Bukalapak, serta memiliki peluang yang sangat besar untuk e-commerce Indonesia dan pasar ritel mikro offline.

“ Dengan menggabungkan bisnis offline dan online, saya yakin tingkat pertumbuhan perusahaan ini akan lebih optimal,” ujar Presiden Komisaris Bukalapak, Bambang Brodjonegoro.

Beri Komentar