Qurban (4): Showroom Sapi SPG Cantik

Reporter : Ramdania
Senin, 29 September 2014 18:37
Qurban (4): Showroom Sapi SPG Cantik
Memulai usaha dari pasar. Pernah dihina pembeli. Bisnis sapinya sukses setelah belajar di Australia. Pakai jasa SPG cantik.

Dream - Lelaki ini memulai bisnis dari pasar. Pada 1970 itu, usianya baru 20 tahun.  Saban hari, semenjak pagi dia tenggelam pada keriuhan Pasar Cisalak Depok. Meski bermodal cekak, dia menabung mimpi besar. Kelak punya rumah potong sendiri. Punya peternakan sendiri. Dan demi semua mimpi itu dia keras bekerja. Untung selalu ditabung.

Lelaki muda itu sukses. Dan hari ini, kita mengenalnya sebagai  Haji Doni. Pemilik  Mall Hewan Qurban. Usaha itu ramai diberitakan semenjak tahun lalu, lantaran hewan-hewan itu dijaga sejumlah gadis cantik alias Sales Promotion Girls (SPG). Menyatukan gadis cantik dan sapi, memang terbilang mengejutkan.  

Tapi, sesungguhnya itu bukan teknik dagang yang kebetulan belaka. Ada pengalaman panjang di belakang gagasan itu. Haji Doni telah melalangbuana ke sejumlah Negara mempelajari banyak soal. Belajar seputar sapi.  Dari cara membesarkan hingga menjual. Dia, misalnya, mendata hewan-hewan itu dengan cara digital. Melibatkan para professional. Usaha ini sukses.

Sukses besar Haji Doni itu bukan hasil kerja semalam. Dia memulainya dari tempat yang susah. Ya, Pasar Ciasalak itu. Saat uang terkumpul, dia memberanian diri membuka peternakan di daerah Tapos. “ Sejak saat itu saya mulai memasok daging sapi ke sejumlah pasar tradisional, dengan jumlah daging mencapai 20 kilogram atau sama dengan ukuran seekor sapi," ujarnya kepada reporter Dream.co.id, Ervina, di Mall Hewan Qurban, Depok, 26 September 2014.

Setelah sukses mempunyai peternakan, Haji Doni berguru ke sejumlah Negara. Dia memilih Negara-negara yang sukses dalam peternakan sapi. Dengan modal nekat dan bantuan seorang kawan, pergilah dia ke Australia.  “ Saya nekat saja, padahal tidak bisa bahasa Inggris. Beruntung teman saya itu warga negara Australia yang bisa bahasa Indonesia. Jadi beliaulah yang bantu saya memahami berbagai hal," kenangnya.

Di negeri yang terkenal karena Kanguru, dan bukan karena sapi itu, Haji Doni mempelajari cara beternak yang baik. Negeri itu ternyata mempunya sistem peternakan yang hebat. Berhari-hari dia mempelajari bagaimana cara menghasilkan daging yang berkualitas. Cara pengemasan. Cara pendinginan  sehingga daging tetap segar bugar untuk waktu yang lama.  

Pulang ke tanah air, dia mempraktekan semua ilmu yang dipetik di sana. Usaha peternakan dan rumah potong berkembang pesat. Tapi dia lebih memilih memasok daging untuk pasar tradisional ketimbang supermarket. Alasannya sederhana saja. Proses pembayaran pasar tradisional ini cepat. Dan pilihan itu sungguh jitu.
Kini, saban hari dia sudah bisa memasok 100 ekor sapi untuk pasar tradisional.

Belum puas dengan kesuksesan itu, demi mengembangkan penjualan, dia kemudian mendirikan Mall Hewan Qurban. Ide Mall Hewan Qurban itu muncul setelah seorang pembeli menghinanya, ketika Haji Doni masih menjual sapi di Pasar Cisalak itu.

Si pembeli yang datang ke peternakan di Cisalak sambil tutup hidung. Si pembeli ini nego harga tapi sembari menutup mulut dan hidungnya dengan sapu tangan. Jadilah omongannya tidak jelas terdengar.  Padahal Haji Doni tidak tuli. “ Saya lalu punya  mimpi agar hewan kurban ini ditempatkan di lokasi yang lebih baik," ungkapnya.

Pada tahun kelima usahanya, Haji Doni mulai memikirkan untuk memindahkan pusat bisnisnya ke tempat yang lebih baik. Agar pembeli lebih yakin. Dia  menginginkan agar  sapi-sapinya dapat dijual di tempat seperti show room mobil.

" Pada mulanya, tidak sedikit yang menganggap konsep ini gila. Saya cuek saja. Ini kan demi memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggan. Tidak risih dan merasa kebauan," tegasnya.

Maka dipilihlah lokasi di salah satu jalan utama kawasan Depok. Mall Hewan Kurban merupakan sebuah bangunan dalam ruangan yang memuat sekitar 1.000 ekor sapi. Di luar musim berkurban, tempat ini sehari-harinya merupakan showroom mobil yang juga milik Haji Doni.

Mengapa Memakai SPG Cantik

Gagasan menyewa para wanita cantik itu, dilakukan setelah Haji Doni berkunjung ke sejumlah Negara seperti
Jerman, Australia, dan Selandia Baru. Di sejumlah Negara itu dia menyaksikan sejumlah perempuan bekerja mengurusi hewan ternak. Jumlah hewan yang dikelola juga banyak. Dari 500 hingga seribu ekor.  

" Dari situ muncul ide untuk melahirkan konsep yang sama. Jadi, akhirnya saya terapkan konsep tersebut di Mall Hewan Qurban,“ kenangnya. Penyewa jasa para perempuan cantik itu dimulai tahun 2004.

Hasilnya sangat signifikan. Hanya dalam setahun, Haji Doni mampu menjual 1.250 ekor sapi. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya, yang hanya mampu menjual 125 ekor. Lalu, pada tahun 2008, dia mulai menggunakan jasa SPG, yang notabene merupakan karyawannya di show room mobil. Hasilnya pun cukup mencengangkan, penjualan sapi Haji Doni mencapai 2.000 ekor pada awal penggunaan jasa para SPG itu.

Saban hari ada 20 staf Haji Doni yang akan membantu melayani para konsumen. Dan ada empat perempuan cantik diantara para pelayan pria. Mereka siap melayani dan memberikan informasi detil mengenai sapi-sapi ‘montok’ yang dipasarkan.  Sebenarnya mereka bukan SPG tapi karyawan Haji Doni di showroom mobilnya. “ Hanya saja saya biarkan. Silahkan saja kalau media mau menganggap mereka sebagai SPG," ujarnya.

Haji Doni terus melakukan inovasi dalam metode penjualan.  Saban hari kostum para SPG itu mengusung tema tertentu. Konsep mall yang diusung, membuat keempat wanita cantik yang berjaga di sana bersolek dan mengenakan kostum yang tahun ini mengusung tema ‘Arabian Look’. Pada tahun sebelumnya, SPG ini menggunakan kostum bertema cowboy.

Tema Arabian Look ini diputuskan lantaran pada tahun ini, Haji Doni akan mendatangkan beberapa unta untuk dijual di showroom-nya. Unta ini rencananya didatangkan dari Australia. Hanya saja, karena terkendala masalah perizinan, rencana tersebut urung diwujudkan.

Padahal harga sudah sepakat. Tapi karena perizinannya rumit, rencana ini batal. Meski unta gagal didatangkan ke Depok itu, empat karyawan perempuan di bagian pemasaran tetap memakai tema Arabian. “ Untuk kostum setiap harinya ada tim yang mengurusnya, “ kata Haji Doni. Dan para cantik itu bekerja dengan semangat.

Kisah Para SPG

Mayang, Oshie, Neni, dan  Junita adalah karyawan yang bekerja di showroom sapi itu. Sebenarnya mereka adalah  karyawan Haji Doni untuk showroom mobil. Mereka ditawarkan Haji Doni untuk bekerja memasarkan hewan kurban sekitar sebulan menjelang Idul Adha. Bukan hal yang mudah menjadi " SPG" hewan kurban ini.

Berbagai pertimbangan perlu diputuskan seperti bisa atau tidaknya berlama-lama di dekat sapi, serta tempat tinggal yang tidak terlalu jauh dari Depok, karena jam kerja yang lumayan panjang, yaitu dari jam 09.00 sampai 21.00 WIB, serta tanpa libur di akhir pekan. " Tapi yang paling utama sih pas ditawari ditanya ‘tahan ngga sama bau?’ Itu yang jadi pertimbangan pertama sekali," ujar Mayang.

Semula Mayang mengaku sulit menyesuaikan diri.  Tapi lama kelamaan, dia sudah terbiasa dengan bau khas hewan ternak itu. Bahkan, dia dan Neni sudah membantu Haji Doni sejak musim kurban tahun lalu. Menjadi SPG hewan kurban, kata Mayang, banyak berkahnya.

Sebab selain mendapatkan gaji tetap, jika mereka mampu menjual sapi-sapi kelas eksekutif sampai limousine, maka mereka akan memperoleh tambahan penghasilan sebesar 10% dari harga sapi yang terjual. Selain itu, mereka pun mendapatkan makan dan istirahat yang cukup setiap harinya.

Mayang menyebutkan setiap harinya, dia bisa menjual 50 ekor sapi. Sementara pada akhir pekan, penjualan sapi bisa dua kali lipat. Saat ini, sapi yang laku terjual merupakan kategori menengah dengan bobot 250-300 kg. Penjualan mulai meningkat biasanya sekitar 7 hari menjelang Hari Raya Idul Adha.

Mayang menambahkan bahwa dia bangga dengan pekerjaannya saat ini. Pasalnya, meski disebut sebagai " SPG" , tetapi dia merasa berbeda dengan SPG lain yang menggunakan busana minim. Bahkan, keluarga mendukung  penuh pekerjaan ini. Karena halal dan sopan.

" Saya sih tidak masalah dengan istilah atau tanggapan apa dari orang lain tentang profesi ini. Toh saya cari penghasilan dengan cara halal," paparnya.

Seperti pekerjaan lainnya, pasti ada saja pengalaman yang kurang enak. Begitu juga menjadi SPG Hewan Kurban ini. " Pengalaman lucu tuh sempat dialami sama Oshie dan Junita. Pada hari pertama, Oshie sempat disundul oleh  sapi. Junita malah dijilat salah satu sapi," cerita Mayang.


Laporan: Ervina Baca Juga: Cara Baru Berkurban Kisah Mak Yati, Pemulung yang Berkurban Beda Solmed, Cara Azis Berjualan Kurban

Beri Komentar