Tagihan Listrik Yang Tiba-tiba Membengkak Masih Menjadi Buah Bibir Di Kalangan Masyarakat. (Foto: Shutterstock)
Dream – Masalah tarif listrik yang membengkak di tengah pandemi Covid-19 terus bergulir. PT PLN (Persero) menegaskan kenaikan tersebut bukan karena tarif dinaikkan. Perusahaan tidak pernah menaikkan tarif listrik sejak 2017.
Dikutip dari Liputan6.com, Kamis 11 Juni 2020, Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PT PLN Bob Saril menegaskan tagihan listrik yang melonjak murni disebabkan pemakaian pelanggan.
" Yang kita catat itu murni dipakai pelanggan. Kenaikan ini murni disebabkan kenaikan pemakaian ditambahkan carry over karena PSBB petugas nggak bisa catat meteran," ujar Bob dalam diskusi virtual.
Bob menjelaskan, formula tarif listrik terdiri dari 2 variabel yaitu volume pemakaian listrik dikali tarif yang berlaku di segmen pelanggan. Karena tarif tidak naik, variabel volume yang naik otomatis membuat tagihan listrik yang dipakai akan melonjak.
Petugas PLN di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyampaikan tagihan listrik berdasarkan angka stand meter rata-rata 3 bulan terakhir. Hal ini disebabkan petugas tidak datang mencatat meteran secara manual.
Misalnya, pemakaian terakhir tercatat hingga 100 kWh, artinya dasar penagihan tarif listrik di satu rumah tangga yaitu 100 kWh. Di bulan April, misalnya, pemakaian mencapai 120 kWh. Bulan Mei, pemakaian mencapai 140 kWh.
" Nah, kan lebihannya 20 (dari April) ditambah 40 (dari Mei), yaitu 60 kWh, artinya ini belum ditagihkan oleh PLN awalnya. Lalu bulan Juni pemakaian 140 kWh. Nah ada carry over 60 kWh, ini totalnya berarti 200 kWh, dan ditagih pada bulan itu, jadi kelihatannya seperti naik 200 persen,” kata Bob.
Oleh karenanya, untuk meringankan pelanggan listrik, PLN membagi tagihan carry over itu untuk penagihan di 3 bulan selanjutnya.
" Jadi dari carry over 60 kWh tadi, 40 persennya dibebankan ke rekening Juni, yaitu sekitar 24 kWh. Lalu sisanya 46 kWh dibagi ke 3 bulan berikutnya," kata Bob.
(Sumber: Liputan6.com/Athika Rahma)
Dream – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan tarif listrik bagi 13 pelanggan non subsidi takkan naik untuk periode 1 Juli-30 September 2020. Besar tarif listrik untuk periode tersebut sama dengan sebelumnya, yaitu April-Juni 2020.
Mngutip keterangan tertulis Kementerian ESDM, Kepala Biro Komunikasi Layanan Infomasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, mengatakan, besaran tarif listrik ini juga sama dengan tarif yang berlaku sejak 2017. Ini berlaku bagi 25 golongan pelanggan bersubsidi, tarifnya tidak mengalami perubahan.
" Tarif tenaga listrik pelanggan non subsidi periode Juli-September tetap, besarannya masih sama sejak tahun 2017. Begitupun yang subsidi, beberapa golongan bahkan diberikan keringanan sebagai jaring pengaman sektor energi di masa pandemi, bagi rumah tangga 450 VA dan 900 VA tidak mampu, serta pelanggan bisnis 450 VA dan industri 450 VA," kata Agung di Jakarta.
Tarif listrik pelanggan non subsidi, untuk pelanggan Tegangan Rendah (TR) dengan daya listrik 1.300 Volt Amper (VA), hingga 5.500 VA, pelanggan bisnis daya 6.600 hingga 200 kVA, pelanggan pemerintah daya 6.600 hingga 200 kVA keatas, dan penerangan jalan umum, tarifnya tidak naik atau tetap sebesar Rp. 1.467 perkWh.
Sedangkan khusus untuk pelanggan rumah tangga 900 VA-RTM, tarifnya tidak naik atau tetap sebesar Rp. 1.352 per kWh.
Pelanggan Tegangan Menengah (TM) seperti pelanggan bisnis, industri, pemerintah dengan daya lebih dari 200 kVA, dan layanan khusus, besaran tarifnya sebesar Rp. 1.115 per kWh.
Sedangkan bagi pelanggan Tegangan Tinggi (TT) yang digunakan industri yaitu dengan daya 30.000 kVA keatas, tarif juga tidak mengalami perubahan, yaitu Rp. 997 per kWh.
Adapun tarif tenaga listrik untuk 25 golongan pelanggan bersubsidi lainnya juga tidak mengalami perubahan, besaran tarifnya tetap.
Kepada 25 golongan pelanggan ini tetap diberikan subsidi listrik, termasuk di dalamnya pelanggan yang peruntukan listriknya bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), bisnis kecil, industri kecil, dan kegiatan sosial.
Bahkan, pemerintah memberikan perlindungan sosial atas dampak COVID-19 melalui pemberian diskon tarif tenaga listrik untuk rumah tangga 450 VA dan 900 VA, serta pelanggan bisnis 450 VA dan industri 450 VA.
Sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 28 Tahun 2016 tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan oleh PT PLN (Persero) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 3 Tahun 2020, terdapat empat indikator makro ekonomi dalam menetapkan tarif tenaga listrik (tariff adjustment) setiap tiga bulan, yaitu: kurs, Indonesian Crude Price/ICP, inflasi, dan Harga Patokan Batuara/HPB.
Kementerian ESDM meminta agar PT PLN (Persero) terus berupaya melakukan langkah-langkah peningkatan efisiensi di segala bidang dengan membentuk gugus tugas-gugus tugas yang bertanggung jawab di sektor masing-masing dengan target waktu yang ditentukan manajemen serta mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif agar pasar bisa tumbuh berkembang pesat untuk jangka panjang.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak