Kurangi Limbah Plastik, Sedotan Produk Nestle Dibuat dari Kertas

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Jumat, 27 September 2019 19:36
Kurangi Limbah Plastik, Sedotan Produk Nestle Dibuat dari Kertas
Untuk proyek pertama, sedotan kertas itu akan digunakan untuk minuman kemasan tertentu.

Dream – Kesadaran perusahaan untuk mulai memperhatikan kelestarian lingkungan semakin meningkat. Komitmen itu ditunjukan juga oleh Nestle Indonesia yang memperkenalkan inovasi baru dalam produk kemasarannya.

Nestle rencananya akan mulai memperkenalkan sedotan kertas pertama.

“ Kami berencana untuk menerapkan solusi kemasan yang sama untuk varian ready to drink lainnya secara bertahap,” kata Presiden Direktur Nestle Indonesia, Dharnesh Gordhon, di Jakarta, Jumat 27 September 2019.

Untuk tahap pertama, sedotan ramah lingkungan ini akan dipakai untuk minuman kemasan Nescafe Ready to Drink di Indonesia. Tepatnya, untuk varian Cool Coconut dan Lively Yuzu. Minuman kemasan bersedotan kertas ini akan dijual di gerai Alfamart dan Indomaret se-Jabodetabek.

“ Tujuannya mengeliminasi 450 juta sedotan plastik setelah peluncuran,” kata dia.

sedotan kertas

Pada kesempatan yang sama, MILO juga meluncurkan penggunaan gelas kertas (paper cup) yang dapat didaur ulang 100 persen untuk menyajikan minuman MILO dingin dalam setiap kegiatan olahraga yang mereka lakukan.

Untuk turut mendorong perubahan perilaku dan pemahaman baru terkait cara menggunakan plastik, NESCAFE dan MILO juga mengajak generasi muda untuk berpartisipasi dalam gerakan sosial #AwalCintaiAlam dengan mengurangi konsumsi sedotan plastik.

(Sah, Laporan: Alfi Salima Puteri)

1 dari 5 halaman

Sampah Plastik Ciptakan Lapangan Kerja, Caranya?

Dream – Isu sampah plastik semakin berkembang dan menjadi persoalan yang memerlukan solusi bersama. Untuk membangun kesadaran mengelola sampah, Coca Cola Indonesia merangkul masyarakat Indonesia dengan konsep circular economy.

Direktur Sustainable Waste Indonesia, Dini Trisyanti, mengatakan konsep ini menggunakan prinsip 3R, yaitu reduce, reuse, dan recycle. Dengan konsep itu, plastik kemasan bekas pakai bisa memiliki “ hidup kedua”.

“ Reduce adalah prioritas pertama sebelum Reuse dan Recycle. Namun penerapan 3R ini masih di luar konteks kesadaran individu,” kata Dini di acara “ Plastic Reborn”, Jakarta, ditulis Selasa 3 September 2019.

Pengelolaan sampah kemasan botol plastik mulai dari collection-recyling-upcyling, sehingga dapat menciptakan sebuah model bisnis baru, yang pada akhirnya akan memberikan nilai pakai kembali.

“ Langkah Coca Indonesia melalui kegiatan Plastic Reborn ingin mengubah cara pandang terhadap plastik kemasan bekas pakai, menjadi sebuah bahan baku yang memiliki potensi untuk menghasilkan dari segi ekonomi,” kata Public Affairs and Communication Director Coca Cola Indonesia, Triyono Prijosoesilo.

Dengan adanya Circular Economy, lanjut Triyono, penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bisa berkurang.

“ TPA di Bantargebang saja diperkirakan oleh Dinas Lingkungan tidak bisa menampung sampah lagi dalam kurun waktu tiga tahun ke depan,” kata dia.

2 dari 5 halaman

Ciptakan Peluang Bisnis

Dini mengatakan ada banyak pihak yang bergantung pada industri daur ulang. Salah satunya adalah pemulung yang menggantungkan hidupnya pada sampah plastik.

Besarnya kebutuhan plastik menunjukkan, peluang bisnis industri daur ulang sangat besar. Sehingga dapat meningkatkan ekonomi dan penambahan lapangan pekerjaan.

Selain itu circular economy dapat meningkatkan kualitas lingkungan, karena material kemasan bekas pakai yang terbuat dari plastik dapat dipertahankan nilainya serta dimaksimalkan penggunaannya melalui proses daur ulang.

(ism, Laporan : Alfi Salima Puteri)

3 dari 5 halaman

100% Kemasan Plastik Unilever Dapat Didaur Ulang di 2025

Dream – Masalah sampah plastik menjadi sorotan dunia termasuk Indonesia. Sebuah penelitian menempatkan Indonesia sebagai peringkat kedua penghasil sampah plastik ke Laut terbesar setelah Tiongkok.

Alasan kepraktisan membuat bahan plastik banyak dipakai masyarakat Indonesia dalam aktivitas sehari-hari.  Dengan penduduk ratusan juta orang, sampah plastik itu akhirnya menumpuk.

Yang tak disadar, plastik merupakan jenis sampah anorganik yang tidak dapat membusuk atau terurai oleh alam dalam waktu singkat Butuh perhatian serius untuk membersihkan sampah ini.

Unilever bersama pemerintah berupaya untuk mengurangi sampah plastik dengan cara memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana memilah dan mengelola sampah agar dapat didaur ulang.

" Komitmen kami adalah pada tahun 2025, 100% kemasan plastik produk kami akan dapat didaur ulang, digunakan kembali atau dapat terurai menjadi kompos,” kata Head of Corporate Communications PT Unilever Indonesia Tbk, Maria Dewantini Dwianto, di Jakarta, 31 Juli 2019.

4 dari 5 halaman

Komitmen Tekan Berat Plastik

Menurut Maria, Unilever secara global telah berkomitmen mengurangi berat kemasan produknya hingga 70 persen pada 2020 mendatang. Perusahan juga akan meningkatkan penggunaan konten plastik daur ulang di kemasan minimal 25 persen pada 2025.

Untuk mencapai target tersebut, perusahaan telah menerapkan tiga kerangka kerja yakni Less Plastics atau mengurangi plastik, Better plastics (plastik yang lebih baik) atau yang dapat didaur ulang dan No plastics/tanpa plastik.

" Upaya ini merupakan realisasi dari strategi unilever secara global yaitu USLP (Unilever Sustaainable living plan) untuk terus menumbuhkan bisnis seraya mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan dalam operasi bisnis kami, serta meningkatkan manfaat sosial bagi masyarakat,” kata dia.


(Sah, Laporan: Vika Novianti Umar)

5 dari 5 halaman

Menteri Susi Ajak Masyarakat 'Diet' Kantong Plastik

Dream - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengajak masyarakat untuk menolak menggunakan plastik sekali pakai yang saat ini beredar di pasaran.

" Mari kita tolak sampah plastik sekali pakai," ujar Susi dikutip dari laman Liputan6.com, Minggu 21 Juli 2019.

Pernyataan itu Susi sampaikan ketika menghadiri pawai kampanye diet sampah plastik di Monas, Jakarta.

Direktur Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, Tiza Mafira mengatakan, masyarakat sebaiknya membawa kantong sendiri ketika berbelanja. Sehingga dapat mengurangi peredaran sampah plastik sekali pakai.

" Kami sudah siap bawa tas belanja sendiri, tidak menggunakan sedotan dan sebagainya," ucap Tiza.

Selain itu, Tiza meminta kepada pemerintah segera membuat aturan khusus mengenai penggunaan plastik. Sebab, peredarab sampah plastik di Indonesia sudah masuk kategori serius.

" Kita ingin menujukan komitmen individu dan mendesak kepada pemerintah bahwa plastik sekali pakai adalah masalah sangat serius," kata dia.

 

(Sumber: Liputan6.com/Muhammad Radityo Priyasmoro)

Beri Komentar