Efek Mengerikan Pukulan Pada Otak Anak

Reporter : Mutia Nugraheni
Rabu, 23 November 2016 13:42
Efek Mengerikan Pukulan Pada Otak Anak
Segera hentikan kebiasaan memberi hukuman fisik yang menyakiti anak.

Dream - Mencubit, memukul, menjewer, dan hukuman fisik lainnya, sampai saat ini masih dianggap wajar diberikan pada anak. Padahal orangtua dan pendidik masih punya banyak sekali pilihan cara untuk membuat anak lebih disiplin.

Bukan hanya trauma, otak anak bisa mengalami gangguan yang berdampak pada kesehatan mental dan perkembangan intelektualnya. Hal ini dibuktikan dari penelitian yang dilakukan 2009 lalu. Pada anak yang mendapat hukuman fisik cukup keras (harsh corporal punishment/ HCP), area abu-abu di otaknya mengalami penyusutan.

Area abu-abu di bagian otak korteks prefrontal berkaitan dengan risiko depresi, kecanduan dan gangguan kesehatan mental. Hukuman fisik (HC) di sini yaitu hukuman satu pukulan tiap
bulan dan telah berlangsung selama tiga tahun.

Penelitian yang dipublikasi dalam Journal of Aggression, Maltreatment and Trauma juga mengungkap ada efek signifikan antara jumlah area abu-abu tersebut dengan hasil tes IQ anak. Diketahui, memukul anak 3 tahun nantinya bisa meningkatkan risiko berkembangya sifat kasar dan agresif pada usia 5 tahun.

Hukuman fisik yang terus-menerus bisa merusak area abu-abu tersebut. Efek jangka panjangnya adalah anak jadi kurang memiliki kontrol diri.

" Padahal semakin banyak area abu-abu tersebut, maka semakin baik kemampuan dalam pengambilan keputusan serta menganalisis sebab akibat," ujar Elizabeth Gershoff, seorang associate professor di University of Texas, psikolog yang meneliti efek pukulan pada anak selama 15 tahun.

Kenyataan tersebut jadi ironi. Pukulan dan hukuman fisik diharapkan bisa mengontrol anak. Tapi efek yang terjadi justru sebaliknya, anak malah berkembang jadi pribadi yang kurang
memiliki kemampuan mengontrol diri.

" Bagaimana mungkin anak bisa belajar mengontrol dirinya, jika orangtua, pendidik dan orang dewasa di sekitarnya malah berbuat kasar dan tak terkontrol ketika menghadapi anak," ujar Gershoff.

(Sumber: CNN)

Beri Komentar