Alat Prosedur DSA (Foto: Neurosurgery Blog)
Dream - Prosedur Digital Subtraction Angiography (DSA) yang dikembangkan dr. Terawan Agus Putranto membuat dirinya mendapat 'kartu merah' dari Majelis Kode Etik Kedokteran (MKEK) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Sang dokter yang berpraktik di RSPAD Gatot Subroto dianggap melakukan pelanggaran berat pada kode etik kedokteran. Hal ini lantaran ia dianggap mengiklankan secara berlebihan dengan klaim tindakan DSA untuk pengobatan (kuratif) dan pencegahan (preventif).
Terkait hal tersebut, Ahli Neurologi dari RS Gading Pluit, dr. Andreas Harry, Sp.S(K) mengungkap, DSA merupakan prosedur yang bisa digunakan untuk tujuan diagnostik dan terapi.
Yaitu dengan memasukkan kateter khusus ke dalam pembuluh darah yang mengaliri organ sasaran. DSA otak yang awalnya dilakukan dengan tujuan diagnostik, berkembang menjadi terapi, yang dikenal dengan istilah brain spa atau cuci otak.
" DSA itu bisa untuk diagnostik seperti pembuluh darah melembung, dan terapi pada kemoterapi," ujar Andreas, saat diwawancarai Health Liputan6.com.
Menanggapi soal kasus cuci otak yang menimpa dokter Terawan, dr Andreas mengatakan bahwa antikoagulan bernama heparin yang disemprotkan menggunakan alat DSA hanya dapat digunakan untuk mencegah terjadinya stroke dan serangan jantung.
" Jadi bukan mengobati. Dan juga cuci otak menggunakan DSA dengan semprotan heparin itu enggak bisa digunakan untuk semua penyakit," tegas Andreas.
Terkait dengan metode 'cuci otak', Andreas mengakui banyak orang yang salah kaprah. Menurutnya, heparin, yang selama ini dianggap sebagai penghancur gumpalan darah, ternyata hanya memiliki fungsi pencegahan.
" Jadi apanya yang mau dicuci? Kalau penghancur gumpalan itu namanya trombolitik, jadi jangan salah kaprah," ujar Andreas.
Penyemprotan heparin dengan menggunakan metode DSA ternyata memiliki efek samping mengerikan, walau jarang terjadi, yaitu perdarahan di otak.
Oleh sebab itu, Andreas mengimbau untuk berhati-hati dalam penggunaan obat tersebut dan pastikan berkonsultasi secara matang dengan dokter terlebih dahulu.
Sumber: Liputan6.com/ Aretyo Jevon Perdana
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN