Ilustrasi
Dream - Tidak boleh menonton televisi, gadget disita, uang jajan dikurangi atau tak boleh main keluar rumah. Mungkin hukuman-hukuman tersebut pernah diberikan Sahabat Dream pada anak Anda.
Hukuman memang jadi salah satu cara untuk membuat anak jadi pribadi yang lebih disiplin.
Dengan hukuman anak diharapkan bisa diajak kerja sama. Namun cara ini hanya bersifat jangka pendek. Dalam jangka panjang, hukuman bagi anak ternyata tidak efektif.
" Faktanya anak-anak tidak akan belajar ketika mereka merasa terancam, mereka akan lebih mengerti jika diperlihatkan sebuah sebab akibat, " kata Jane Nelsen, Ed.D., seorang psikolog pendidikan.
Misalnya, jika kamar anak sangat berantakan, dan dia tak bisa menemukan buku pelajarannya, biarkan saja. Jangan malah memberikannya hukuman lain, seperti tak boleh menonton televisi atau menarik gadget kesayangannya.
Biarkan anak mencari bukunya di kamarnya yang super berantakan dan jangan membantunya. Anak jadi akan tahu kalau di dalam kamar yang berantakan akan sangat sulit untuk mencari barang.
Begitu pula jika si anak menolak pakai jaket. Biarkan saja dia merasa kedinginan, dengan begitu ia belajar konsekuensi logis atau sebab akibat.
" Untuk mengajarkan konsekuensi logis diperlukan keterlibatan orang dewasa yang sangat mengenal perilaku anak, dan orangtua adalah pihak yang paling tepat. Mengajarkan sebab akibat juga membuat anak jadi pribadi yang lebih matang, berpikir kritis dan ia jadi bisa melakukan pertimbangan sebelum melakukan sesuatu," ujar Nelsen.
Alih-alih hukuman, para psikolog anak lebih suka menyebutnya sebagai konsekuensi. Ada tiga trik yang bisa diterapkan saat mengajari anak soal konsekuensi perilakunya. Pertama, konsekuensi yang diberikan harus berhubungan.
Misalnya jika si anak tak mau membersihkan kamar, konsekuensinya ia harus merapikan segera dan tak akan ada yang membantunya mencari barang apalagi membersihkan kamarnya. Bukan dengan memberikan hukuman lain seperti tak boleh menonton televisi.
Lalu trik yang kedua adalah menghargai. Hindari kata-kata," tuh kan sudah dibilang" atau " apa mama bilang" . Ucapan tersebut malah akan membuat anak tak dihargai. Lebih baik membantunya untuk mencari solusi dari masalah yang ditimbulkannya daripada fokus menyalahkannya.
Trik ketiga adalah memberikan konsekuensi sesuai kemampuan anak, baik usia maupun fisiknya. Hal ini akan akan membantunya berkonsentrasi pada apa yang dia lakukan bukan pada membenci Anda.
Misalnya jika anak 3 tahun membawa susu dan tumpah, hindari untuk meneriakinya dan memarahi. Anak juga tak akan mengerti maksud teriakan dan yang ia lihat Anda malah jadi sosok menyeramkan. Lebih baik ambil dua tisu atau lap, satu berikan pada anak, dan satu lagi Anda pegang.
Ajak si balita untuk bersama-sama membersihkannya. Lakukan hal itu setiap ia menumpahkan sesuatu. Nantinya jika ia menumpahkan sesuatu lagi pasti dia akan mengambil tisu untuk membersihkannya. Memang, diperlukan konsistensi dan kesabaran untuk mengajarkannya.
(Sah/Sumber: Parents)
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati